Chapter 15 | Alasan Radea
Halo, selamat siang!!!!
Kalian udah sekolah offline?
Jangan lupa komen disetiap paragraf🥰
Now Playing | Sad Alex, Gnash - I'm Glad that you found someone
Bagian Lima Belas | Alasan Radea
Selamat Membaca Cerita Kaisar
Untukku. Kamu tetap bagian yang terpenting dalam hidupku. Meskipun untukmu, mungkin kehadiranku telah tergantikan oleh orang baru.
***
Kalian pernah gak sih merasa bahwa dunia tak pernah adil untuk kalian, seolah kalian mempertanyakan alasan kalian hidup itu untuk apa. Terkadang disaat-saat seperti ini Kaisar merasa seperti itu, jika hidupnya tak diinginkan oleh orang-orang disekitarnya, untuk apa mereka membiarkannya ada.
Kalau saat dalam mode overthinking seperti ini, Kaisar membutuhkan Radea. Tapi, sayangnya gadis itu tidak ada disisinya.
Dicabutnya ponsel yang tersambung dengan kabel charger, membuka roomchatnya dengan Radea yang sudah lama tak saling memberi kabar dan mungkin saja kontak Radea sudah berganti.
Dia apa kabarnya?
Dia menutup roomchatnya bersama Radea, berpindah ke roomchat yang masih baru dan akhir-akhir ini mereka menjadi sering berinteraksi satu sama lain.
Diketikannya pesan, namun beberapa kali dia hapus kembali. Rasanya canggung, tapi dia perlu distraksi untuk mengalihkan sejenak pikirannya.
Kaisar : Araa...
Kaisar : Sibuk ga?
Dua pesan itu dikirimkannya, dia harap cemas menunggu balasan dari gadis itu.
Layar ponselnya menyala, menandakan ada pesan masuk.
Ara : iya nih, Kai, lagi nugas
Ara : kenapa?
Kaisar terkekeh menertawakan hidupnya yang cukup lucu, lagi dan lagi tak ada yang berpihak. Tidak, dia tidak menyalahkan Ara hanya saja setiap orang memiliki kesibukan masing-masing.
Ia memejamkan matanya, kemudian ponselnya berbunyi. Kaisar mengerutkan dahinya, saat foto Radea memenuhi layar ponselnya.
Saat ini pikiran Kaisar kosong, blank, dia hanya menatap ponselnya yang masih menyala dengan panggilan masuk dari Radea yang belum dia angkat. Sampai panggilan itu mati dengan sendirinya. Namun tak menunggu lama, Radea kembali menelpon Kaisar dan untuk telepon yang kedua ini, Kaisar langsung mengangkat teleponnya.
"Kai..."
Suara itu, masih terasa seperti dulu. Perasaan Kaisar seperti dicabik-cabik, rasa rindunya membuncah. Bagaimana hanya sebuah panggilan saja, mampu membuat Kaisar ingin segera menemui gadis itu.
"Gue kangen," ujar Radea.
Rasanya sesak, Radea membuatnya semakin sulit bernapas. Bahkan dia tidak tau apa yang harus dilakukannya sekarang. Napasnya memburu, Kaisar memejamkan matanya. Tak terasa air matanya terjatuh.
Jika Radea ada disana bersamanya, gadis itu akan menertawakannya karena menangis dan mengejeknya.
"Kai, are you still there?"
"Hmm, ya," jawab Kaisar, suaranya pelan namun Radea pasti mendengarnya dengan jelas, "sama," kata Kaisar, "gue juga kangen sama lo." Tambahnya.
"Glad to hear Kai," ujar Radea, "Padahal gue yang mengajak bertaruh, namun nyatanya gue yang gak sanggup."
"Gapapa."
"Kai, lo baik-baik aja, kan?"
Dia selalu tau kalau Kaisar tidak sedang baik-baik saja, tapi rasanya hal ini terasa janggal, bagaimana Radea tau. Jika dulu mungkin masuk akal, mengingat mereka ada ditempat yang sama dan status mereka yang berpacaran, sementara kini keduanya sudah lama tak berkomunikasi.
"Gue dikabarin bokap lo," jelasnya, "gue khawatir, makanya gue melanggar aturan itu."
"Jadi ucapan kangen tadi cuman alibi?"
"Enggak, gue kangen sama lo. Kangen ngobrol banyak hal, atau kirim pesan random, beda banget Kai tanpa lo disini. Kaya, sebagian dari diri gue ilang aja."
"Lo baik-baik aja, kan disana?"
"Gue baik."
"Baguslah."
"Jadi, gimana?"
Setelah mendengar pertanyaan Radea barusan, Kaisar langsung menceritakan mengenai perasaannya. Tentang dia yang marah kepada Ayahnya karena melibatkan Mamanya dan juga banyak hal yang menjadi tekananan dia. Radea, mendengarkannya dengan seksama.
Setidaknya dia masih sama, pendengar yang baik dikala Kaisar membutuhkan orang untuk mendengarkan ceritanya.
"Kaisar..." Panggil Radea lembut, "Lo temani nyokap lo ya? Kalau bukan lo yang disampingnya siapa lagi?"
"Dit..."
"Kai, lo mau gue ada disana?" tanya Radea
"Mau." Jawaban implusif Kaisar, tapi tak peduli, dia memang menginginkan Radea ada disampingnya, menemani dia, "tapi emang lo bisa balik?"
"Kalau cuman beberapa hari bisa kok, gue usahain balik ya."
"Dite... lo udah nemu seseorang disana?"
"Kaisar bagaimana kabar tante?"
Dia mengalihkan pembicaraan, mungkin terlalu sensitif, tapi Kaisar mengerti, jika seseorang mengalihkan topik pembicaraan artinya dia tidak ingin membahas topik tersebut.
"Membaik, nanti jenguk Mama ya? Udah lama, kan?"
"Pasti Kai."
"Dite?"
"Ya?"
"Semoga lo selalu bahagia ya."
"Iya, lo juga."
"Kaisar..."
"Iya?"
"Gue akan jawab pertanyaan lo tadi saat kita ketemu ya, gapapa, kan?"
"Alright."
"Better?"
Kaisar mengangguk, meski Radea tidak bisa melihatnya, "Better."
"Gue udah boleh tutup gak teleponnya? Ada keperluan habis ini."
"Boleh," jawab Kaisar
"Dite?"
"Iya?"
"Gue boleh chat atau call lo kan setelah ini?"
"Boleh."
Senyum Kaisar mengembang saat mendengar jawaban Radea, hatinya menghangat dan sedikit tenang. Setidaknya dia akan kembali membalas pesan-pesan yang tidak jelas itu. Dia tidak menjauh lagi. Meskipun mereka sudah menjadi mantan, bukan berarti harus bermusuhan.
"Gue tutup ya?" Pintanya
"Oke."
Sambungan telepon itu terputus, dan Kaisar melihat ada beberapa pesan masuk salah satunya dari Radea. Gadis itu memberitahu bahwa dirinya sudah menyelesaikan tugasnya dan bertanya kenapa Kaisar menghubunginya.
Kaisar mengetikan balasan untuk Ara.
Kaisar : Udah tidur?
Balasan dari Ara datang beberapa menit setelahnya.
Ara : belum
Kaisar : Boleh gue call enggak?
Ara : lo gak lagi di kantor polisi lagi, kan?
Kaisar : Enggak hahahaha😂😂
Ara : hahaha trust issues abisnya😛
Ara : boleh, telepon aja
Ara : eh tapi bentar
Kaisar : Kalau lagi sibuk gapapa kok Ra, serius.
Ara : gak ganggu Kaisar :)
Kaisar : serem amat disenyuminnya gitu
Ara : 🙂 kalau gini?
Kaisar : Mending gini 🥰
Ara : jadi nelpon gak?
Kaisar : Jadi
Tanpa menunggu lama lagi, Kaisar langsung memulai sambungan telepon itu.
"Hei..." panggil Kaisar saat telepon itu terhubung.
"Halo."
"Halo Bandung," sahut Kaisar
"Kenapa mau call, Kai?"
"Mau denger suara lo aja."
"Gatau mau respons apa."
Kaisar tertawa pelan, Ara itu lucu terkadang dia terlalu blak-blakan, tak sadar kedua sudut bibir Kaisar terangkat membentuk lengkung yang sempurna.
"Ara..."
"Hmm..."
"Ceritain tentang lo dong, mau gak?"
"Gantian ya tapi?"
"Gue ceritain tentang gue besok sekalian berangkat bareng."
"Deal."
"Deal," jawab Kaisar
"Tentang gue ya? Gue tuh bingung sih kalau dikasih pertanyaan kaya begini. Karena hidup gue lurus dan membosankan menurut sebagian orang, katanya terlalu di zona nyaman. Tapi, gue gak mau melakukan hal lain hanya untuk menuruti permintaan orang lain Kai. Jadi, ini tentang gue, gue Azra Orianna, anak kedua dari dua bersaudara. Latar belakang keluarga gue semua Dokter. Gue anak yang kesehariannya belajar, bukan ambisius sih karena gue gak tau mau ngapain lagi selain belajar." Jedanya
Sebelum Ara melanjutnya ceritanya dia menunggu beberapa saat terlebih dahulu. "Gue gak terlalu suka hangout di tempat rame, kaya buat gue lebih baik sendirian daripada membicarakan hal yang tidak ada manfaatnya untuk gue. Gue lebih suka berpergian sendiri, nonton bioskop midnight time, kadang ditemenin kak Erdo sih atau kak Ezra. Gue suka menghabiskan waktu gue di rumah sakit, jadi begitulah kehidupan gue, gak ada yang spesial."
Ara menjelaskan tentang hidupnya kepada Kaisar dan Kaisar mendengarkannya dengan baik. Rasanya berbeda ketika mendengar suara Ara dan Radea disaat yang bersamaan. Kaisar tak mengerti, namun dia tak ingin implusif dengan menganggap bahwa dia tertarik pada Ara. Dia belum sejauh itu, dia hanya penasaran dengan kehidupan gadis seperti Ara yang menutup dirindari kehidupan luar.
"Lo bahagia Ra dengan hidup lo?"
"Kalau gue gak bahagia gue gak akan ngelakuin ini Kai. Bukannya kita hidup harus menuruti apa yang kita inginkan?"
Pemikiran yang simple, namun untuk Kaisar tidak bisa seperti itu konsepnya.
"Iya Ara, benar. Oh iya Ra, tanggal 15 lo ada acara?"
"Kenapa tuh?"
"Mau ikut gue? Gue mau ngenalin Dite ke lo, dia sahabat gue."
"Oh... sahabat?"
"Sekaligus mantan."
"Hah... gimana maksudnya?"
"Istri kedua bokap gue mau syukuran 7bulanan, ada nyokap kok dan keluarga gue, lo mau ikut? Nemenin gue?"
Entahlah, Kaisar mengatakannya secara gamblang tentang kehidupannya dan Ara tidak segera menjawab pertanyaan Kaisar barusan.
"Kalau lo gabisa gapapa Ra, gue cuman nawarin."
"Kalau gue gak ada acara, gue dateng Kai."
"Oke."
***
Terima Kasih sudah Membaca Cerita Kaisar
Kalian tim mana nih
KaisAra
KaisaRaDea
Atau tim KaisAraDea (nama mereka bertiga nyambung hahaha)
Aku bingung. Kalau disuruh milih jadi kayanya aku milih mereka bertiga aja. Soalnya Dea tuh pasti akan selalu ada untuk Kai dan tau saat Kai butuh dia, sementara Ara lebih fresh dan lucu, gemes, kaya remaja yang lagi kasmaran.
Spam komen dulu disini! Komen sebanyak-banyaknya biar aku tau berapa banyak yang nunggu cerita ini update!
***
Jangan lupa follow instagram kami :
asriaci13
Zhixinjiwakaisar
Azraorianna
Radeaprodhite
Alesdairabilerdo
***
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top