Bagian Tiga Puluh Satu | Pertanyaan
Setelah sekian lama gak update!!!
Halooooooo!!!
Selamat Malam Semua
Apa kabar?
Masih ada yang menunggu cerita ini? Komen disini!!
Kalian pembaca baru atau lama?
Jangan lupa berikan Vote dan Komen!
Selamat Membaca Cerita Kaisar
Now Playing | Giveon - HeartBreak Anniversary
Bagian Tiga Puluh Satu
Selama aku masih sanggup melakukan hal ini, aku tidak akan menyerah hanya karena perkataan orang saja. Aku melakukan ini karena aku mau bukan karena akan mendapatkan apa nanti hasilnya.
***
Sudah lebih dari satu jam Ara duduk di gazebo fakultas kedokteran, dia menolak pulang bersama dengan Caca, gadis itu lebih memilih duduk disana dengan iPadnya, menunggu Erdo selesai mengisi kelas.
Alasannya dia menunggu Erdo adalah karena pemuda itu akan pergi ke rumah sakit dan Ara pun akan kesana, daripada dia pulang sendiri lebih baik sedikit menunggu.
"Nunggu lama ya kamu Ra?" tanya Erdo dengan kacamata yang bertengger dihidung bangirnya, satu tangannya masih memegang beberapa jurnal yang sepertinya milik mahasiswa.
Ara mengangguk, "Sekitar sejam lebih," jawabnya sambil memasukan iPad ke tasnya.
"Kan udah dibilang kalau lama duluan aja," ujar Erdo, pemuda itu merasa bersalah membuat Ara menunggu sendirian.
"No need to be sorry kak." Ara tersenyum ringan, "kan Ara yang mau nunggu," sambungnya
"Tetep aja, kamu nunggu sendirian gini kaya anak ilang." Komentar Erdo, "Yaudah deh yuk?" ajaknya dan Ara langsung mengiyakan.
Erdo menyimpan barang bawaannya di jok belakang, sementara Ara sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil dan duduk di jok depan.
Ara suka aroma mobil Erdo, entahlah. Terkadang sebagian orang tidak menyukai parfume mobil, tapi aroma mobil Erdo sangat berbeda. Ketika Ara bertanya, Erdo hanya menjawabnya dengan kekehan dan tidak memberitahu Ara.
Lagipula tidak terlalu penting juga Ara tau.
"Kamu mau ngapain Ra ke Rumah Sakit?" tanya Erdo sambil melajukan mobilnya, "Disuruh Om Franz atau kak Ezra?"
"Cuman ingin," jawab Ara
"Gak yakin aku," ujar Erdo, "jangan bohong Ra, aku kenal kamu lama loh."
"Udah lama gak main kesana."
"Padahal baru tiga hari lalu." Kembali Erdo mengatakan kecurigaannya, "nemenin nyokapnya Kaisar lagi ya?"
"Eung..."
"Kaisar yang minta?" Erdo kembali menanyakan pertanyaan yang cukup sarkas, namun jawaban dari pertanyaan Erdo barusan mendapat gelengan kepala dari Ara.
"Enggak kok, Ara yang mau sendiri."
"Mau beneran atau kamu caper?"
Helaan napas Ara terdengar gusar, dia yang tidak biasanya mendelik sebal kini dia melakukannya. "Kak Erdo, Ara enggak caper." Sergah Ara cepat.
"Terus apa?"
Ara tak menjawabnya lagi, dia hanya diam. Yang jelas, dia sendiri bingung untuk apa dia melakukan hal ini. Padahal sebelum Erdo bertanya pertanyaan barusan, Ara sangat yakin bahwa dia hanya ingin menemani Mamanya Kaisar tidak ada maksud lain. Tapi, jika seperti sekarang dia juga jadi ragu pada dirinya sendiri.
Dia tulus melakukannya atau memang ingin terlihat baik dimata Kaisar.
"Ra..." suara Erdo melunak, "Kamu sesuka itu ya sama Kaisar?" tanyanya
Masih tak ada jawaban, karena kini pikiran Ara sibuk mencari jawaban dari pertanyaan Erdo sebelumnya, mengenai tujuan Ara menemani Mamanya Kaisar beberapa hari terakhir ini.
"Kamu jangan setransparan ini Ra," ujar Erdo mencoba memahami perasaan Ara yang menggebu-gebu, "Mungkin Kaisar mau nolak kamu aja segen Ra, karena kamu terlalu memperlihatkan seberapa tertarik kamu sama dia, atau Kaisar ngerasa kamu ngelakuin ini tulus makanya dia gak komen apapun. Paham, kan?"
"Kak Erdo, Ara gapapa kalau misalnya nggak sama Kaisar. Ara ngelakuin ini karena Ara seneng dan bukan karena ingin dilihat Kaisar. Mungkin awalnya seperti itu, Ara ingin menjadi seorang yang bisa dia andalkan dan lainnya. Tapi, semakin lama Ara paham bahwa saat kita melakukan hal yang kita sukai gak selamanya akan mendapat balasan. Jadi, Ara akan melakukan apa yang menurut Ara benar aja kak yang bisa membuat Ara bahagia dengan menjadi orang yang selalu ada buat Kaisar, meskipun Kaisar tidak melakukan hal yang sama untuk Ara." Kali ini Ara tidak ragu lagi akan jawabannya bahwa yang dia lakukan bukan untuk mendapatkan simpati atau perhatian Kaisar, tapi dia melakukannya karena dia suka karena hal itu membuatnya bahagia.
Tak peduli berapapun orang yang menganggap dan mengatakan bahwa yang dilakukan Ara akan sia-sia. Selagi dia merasa tidak terbebani dan merugikannya, dia akan tetap melakukannya sampai dia ngerasa cape dan hal ini tidak worth it untuk dia lanjutkan. Dia masih ingin memperjuangkan setidaknya agar tidak terjadi penyesalan dikemudian hari.
Jadi, dia akan tetap pada pendiriannya dan melakukan apa yang menurutnya benar saja.
"Jadi, kamu udah paham ya Ra, bahwa kalau suka sama seseorang sudah satu paket dengan rasa sakitnya?"
Meski ragu, Ara mengangguk, "Yaaa..."
"Tapi kamu inget Ara, yang udah pacaran aja gak selamanya bahagia. Justru kadang, punya pacar itu bukannya menyelesaikan permasalahan malah nambah permasalahan yang baru."
"Kenapa gitu?" tanya Ara
"Iya, kalau kamu ditolak permaslahannya hanya satu, kamu sakit hati saat dia tidak menerima pernyataan cinta kamu aja, tidak membalas perasaan kamu. Tapi, kalau dia menerima perasaan kamu, kamu bertanggung jawab atas perasaan dia, menjaganya dan akan banyak hal yang terjadi kedepannya. Dua kepala itu gak akan selamanya akan terasa sama, meski diawal kamu ngerasa bahwa kamu sudah mengenal dia saat kamu menjalin hubungan dengan dia rasanya akan berbeda. Jadi, kamu jangan berekspetasi tinggi, jangan beranggapan saat kamu sudah dapat menyentuh perasaan Kaisar dan dia membalasnya dia tidak memiliki kesempatan untuk nyakitin kamu, justru karena kamu sudah menjadi milik dia peluang dia nyakitin kamu lebih besar daripada kalian hanya berteman saja."
Perlu mencerna lebih lanjut dari perkataan Erdo, tapi Ara juga paham untuk tidak menggantungkan kebahagiaan dia pada orang lain. Karena hatinya adalah miliknya dan perasaannya adalah miliknya, jadi orang lain tidak perlu bertanggung jawab untuk perasaannya. Karena kebanyakan mereka yang sakit hati karena terlalu berekspetasi berlebihan akan sesuatu yang belum terjadi, mereka menganggap bahwa hidup bisa mereka prediksi, nyatanya perasaan orang siapa yang tahu.
Tidak semua orang yang dimata seseorang baik akan selalu menjadi orang baik.
"Kamu nanti pulangnya bareng aku enggak?" tanya Erdo saat mereka sudah sampai di rumah sakit.
Ara mengangguk, "Iya, kabarin aja kalau kerjaan kak Erdo kelar."
"Okay." Erdo mengangguk dan meninggalkan Ara.
Ara menghela napasnya perlahan, kemudian dia segera naik ke lantai dimana Mamanya Kaisar dirawat. Namun ada yang menarik perhatiannya saat dia membuka pintu ruangan itu, disaat yang bersamaan juga Luna, Ibu sambung Kaisar berniat keluar dari ruangan. Luna tersenyum ke arah Ara dan Ara membalasnya dengan senyuman canggung.
Untuk permasalahan mengenai konflik keluarga Kaisar, Ara tidak ingin masuk terlalu dalam dan Kaisar pun tidak pernah membahasnya lebih jauh. Jadi, Ara juga tidak mungkin mengorek informasi jika informasi tersebut sangat sensitif untuk Kaisar. Dia tidak ingin membuat Kaisar tidak nyaman berada disekitarnya.
"Kok kamu lama Ra?" tanya Eleah saat melihat Ara sudah masuk ke dalam ruangan, dan Ara langsung mencium punggung tangan Ibunya Kaisar, duduk di kursi sebelah ranjangnnya.
"Tadi Ara nungguin kak Erdo dulu Tante," jawab Ara, "bosen ya?" tanya Ara
"Kamu udah tau siapa yang datang barusan?"
Ara mengangguk pelan.
"Kalau kamu yang ada diposisi Kaisar, punya Ibu dua, kamu akan gimana?"
"Ah... tante, Kaisar bukan memiliki dua ibu. Dia tetap hanya punya satu Ibu, tante aja. Namun, tante Luna mungkin mendapat peran pengganti saja, tapi bukan untuk menggantikan tante untuk Kaisar."
"Menurut kamu begitu?"
"Iya, semisalkan itu terjadi sama Ara, Ayah nikah lagi menurut Ara orang itu tidak akan bisa menggantikan Bunda, karena bagaimanapun Bunda adalah orang tua kandung Ara. Dia hanya mendapatkan peran sebagai Istri ayah, bukan sebagai pengganti Bunda dihati Ara."
"Kamu udah sejauh mana dengan Kaisar?"
Ara yang ditodong dengan pertanyaan seperti itu, langsung melebarkan tatapan matanya. Dia tidak tahu bahwa akan terus mendapatkan pertanyaan jebakan hari ini.
"Hah... sejauh mana maksudnya tante?"
"Hubungannya Ara, kamu sama Kai nggak hanya sebatas teman, kan?"
"Ah..."
"Sebenarnya siapapun yang Kaisar pilih nantinya, kamu ataupun gadis lain, tante gak pernah permasalahin itu. Tapi, kamu nemenin tante bukan untuk mendapat simpati dari Kaisar, kan?"
Ara langsung menggeleng sesaat mendapatkan jawaban tersebut, "Enggak kok."
"Meskipun Kaisar enggak berakhir sama kamu, kamu akan tetap datang kesini?"
Ara mengangguk, "Iya. Kenapa harus nggak kesini, kecuali kalau tante yang larang Ara untuk main. Lagipula Ara enggak mencari simpati atau perhatian Kaisar, jadi gak masalah seandainya bukan Ara yang dia pilih."
Eleah yang mendengarnya tersenyum, kemudian dia menatap Ara yang sibuk mengupas buah sekarang. Dia bisa melihat bahwa gadis itu tulus menemaninya bukan karena ingin mendapat nilai lebih dari anak tunggalnya itu, dia sangat transparan dan Eleah yakin bahwa anaknya sadar akan perasaan Ara padanya.
"Ara..."
"Ya tante?"
"Kaisar itu orangnya peka, dan kamu jangan terlalu transparan sama dia. Dia bisa nyepelein perasaan kamu nantinya, karena dia rasa kamu akan mau sama dia dan akan selalu nunggu dia."
***
Spoiler:
Kaisar : Ara, lusa acara inagurasi, kamu bisa datang kan?
Azra Orianna : Belum tau Kai, masih ada tugas kayanya. Skip aja ya?
Kaisar : Tapi usahain datang ya?
Azra Orianna : Kenapa begitu?
Kaisar : Ya datang dulu aja kamunya, oke? :)
Azra Orianna : Oke, Ara usahain ya Kai.
***
Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Kaisar
Gimana? Kira-kira Kaisar ini ngerasa kasihan aja atau dia manfaatin kebaikan Ara?
Tim mana?
Kaisar
Erdo
Pokok Bonus.
Radea dan Rangga.
***
Spam Komen disini!!!
Spam Emoji disini!!!
Vote 2000 untuk lanjut!
***
Jangan lupa follow instagram
asriaci13
seputarkaisar
zhixinjiwakaisar
azraorianna
radeaprodhite
alesdairabilerdo
***
with Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top