Bagian Sepuluh | Hal yang Baru
NOW PLAYING | Tatiana Manaois - Like You
3 minggu enggak update! Ada yang kangen gak?
Kira-kira dari cerita ini apa yang dikangenin?
Kalau aku kangen sama interaksi antara Ara dan Kaisar. Mereka gemes banget.
Seperti biasa, jangan lupa pencet bintang untuk mendukung cerita ini dan aku ya🥰❤️
Komen disini bagi yang udah vote😣😣
Jangan lupa komen di setiap paragraf, kalau kalian aktif aku menjadi semakin semangat melanjutkan cerita ini.
***
Selamat membaca cerita Kaisar
Bagian Sepuluh | HAL YANG BARU
Ini adalah pertama kalinya untukku. Terima kasih telah memberi warna baru untuk hidupku yang sebelumnya kelabu.
***
Daripada harus menghubungi Ayahnya, Kaisar lebih memilih untuk tetap tinggal di kantor polisi saja. Saat itu Kaisar hanya memainkan ponselnya saja bertukar kabar dengan Radea. Gadis itu mengiriminya banyak foto, termasuk dia yang sudah mengunjungi banyak tempat semenjak dia di German.
Terkadang Radea juga mengirim foto random, ketika dia kelas atau dia melakukan aktivitas apapun.
Cute.
Bahkan hingga detik ini wallpaper ponsel Kaisar tetap menggunakan foto Radea.
Fix, terverifikasi bucin tingkat dewa.
Bucinin mantan yang sekarang jadi teman.
Selagi serius bebalas pesan dengan Radea, dia mendapatkan beberapa notifikasi pesan dari orang yang berbeda. Dia keluar dari roomchatnya bersama Radea dan mengecek pesan yang lain.
Kaisar menghela napasnya, melihat pesan paling atas yang dikirim oleh Ayahnya.
Membaca pesan yang dikirimkan oleh Ayahnya membuat Kaisar berdecak kesal. Ayahnya bukan khawatir karena Kaisar belum pulang, tapi ayahnya khawatir karena Ibu tirinya cari perhatian pura-pura khawatir kepadanya.
Menyebalkan.
Dia mengabaikan pesan itu, dan beralih ke pesan yang lain.
Masuk himpunan adalah langkah awal Kaisar untuk mewujudkan tujuannya, dia jadi mengingat pertengkarannya dengan Luna dan Ayahnya. Kalau seperti ini terpaksa dia harus pulang dan memiliki wali untuk menjemputnya.
Melihat reaksi berlebihan Doni sepertinya pemuda itu tidak bisa dimintai tolong oleh Kaisar sekarang. Otaknya terus bekerja mencari nama yang bisa menolongnya, tapi tak ada satupun nama yang menurut dia bisa dimintai tolong.
Kaisar itu memiliki banyak teman, namun dia terlalu sungkan karena tidak ingin merepotkan banyak orang. Merasa bahwa dirinya bisa melakukan segalanya sendirian, dia lebih suka dimintai tolong daripada meminta tolong.
Kaisar kembali membujuk Polisi yang berjaga, namun tidak berhasil, katanya kalau dia ingin pulang tetap harus memiliki wali yang menjaminnya.
Dia pasrah, ketika dirasa sudah tidak ada jalan keluar tiba-tiba ada satu nama yang terlintas dipikirannya. Hanya saja dia ragu untuk meminta tolong kepada orang itu, hubungan mereka tidak sedekat itu sampai bisa meminta tolong seperti sekarang.
Berulang kali Kaisar mengetikan pesan dan menghapusnya, dia berpikir bahwa gadis yang sekarang dia akan kirimi pesan tidak akan repot-repot datang kesini untuk membebaskannya. Namun, tidak ada salahnya mencoba, kan?
Terhitung 15 menit dari pesan terakhir yang dikirim oleh Kaisar, kini dia melihat Ara memasuki kantor polisi menggunakan piyama motif princess, rambutnya dicepol asal-asalan, dia juga mengenakan kaca mata.
Tanpa sengaja Kaisar tersenyum, dia datang dengan penampilan super cute seperti itu.
Ara melirik Kaisar yang duduk disana, tanpa menyapa Kaisar terlebih dahulu, Ara malah menghampiri Polisi yang menahan Kaisar dan mereka sedikit mengobrol. Sebelum akhirnya Polisi itu membebaskan Kaisar.
"Untung yang menjamin kamu Ara, adik kesayangan saya, saya juga percaya sama dia."
Kaisar mengucapkan terima kasih dan dia mengikuti Ara yang keluar lebih dulu.
"Jadi, kenapa bisa sampe di kantor Polisi? Untung Kak Erda yang jaga, kalau yang lain gak tau deh," ujar Ara
"Singkatnya gue nabrak trotar, selesai."
"Are you drunk?" tanya Ara
Kaisar menggeleng, "Kurang fokus aja."
"Butuh minum?"
"It seems so."
Kaisar itu pantang mengendarai mobil yang cacat, jadi dia menelpon bengkel untuk membawa mobilnya. Dia menatap ke arah Ara yang kini berjalan ke arah sepeda motor maticnya, dia tidak tahu kalau Ara bisa mengendari motor.
Karena dipikiran Kaisar itu, Ara tipe cewek yang duduk manis disupiri saya.
"Mobil gue dibawa ke bengkel, gue paling anti ngendarain mobil lecet dikit," beritahu Kaisar
Ara mengangguk, "Oh..."
"Kunci motor lo," pinta Kaisar
Ara mengerjapkan matanya lucu, sebelum dia sadar dan memberikan kunci motornya ke tangan Kaisar. Ara memberitahu bahwa jarak kantor polisi dengan rumahnya sangat dekat, sehingga dia bisa datang dengan cepat. Meskipun begitu gadis itu sepertinya sudah banyak persiapan, dari jaket yang dia kenakan juga helm cadangan yang dibawanya.
"Lo udah makan?" tanya Kaisar
Ara mengangguk, "Udah, ini kan udah lewat dari jam makan malam."
"Yaaah sayang," keluh Kaisar, "temenin gue makan mau?"
Sejenak gadis itu berpikir sebelum akhirnya mengangguk pelan, "Boleh, tapi jangan jauh-jauh ya, sekitaran sini aja. Udah malem soalnya, tadi Ara cuman izin sebentar terus angin malem kan gak sehat, mana dingin lagi."
Mendengar hal itu Kaisar segera melepas jaketnya dan menyampirkannya ke bahu Ara, meskipun Ara sudah mengenakan jaket, biar saja jadi double. Kan katanya dingin, Kaisar sudah peka.
"Loh kok dikasih ke Ara?"
"Katanya dingin."
"Ara kan udah pake jaket, Kai pake aja nanti sakit."
"Angin segini gak akan bikin gue sakit, ayo naik." Kaisar sudah siap mengendarai motor Ara, "katanya biar gak terlalu malem."
Meski ragu, kini Ara duduk di belakang Kaisar.
"Rekomendasi tempat makan sekitaran sini dong Ra."
"Ara jarang makan di luar, jadi gak tau, maaf ya."
"Gue lupa kalau hidup lo monoton," cibir Kaisar yang diselingi tawa.
Motor itu melaju dan Ara bisa mendengar suara tawa renyah Kaisar, dia menertawakan hidup Ara yang begitu monoton, terlalu biasa saja mudah ditebak. Karena selama ini Ara selalu mengikuti arus, tak pernah keluar dari zonanya.
"Mau coba sesuatu yang baru gak Ra?" tawar Kaisar
"Apa?"
"Pegangan."
Ara menempelkan kedua tangannya di bahu Kaisar dengan canggung. Kaisar melirik ke arah spion.
"Yakin pegangannya kaya gitu?"
"Iya, yakin, kenapa?"
Setelah mendengar jawaban Ara barusan, Kaisar hanya mengangguk paham. Tanpa bertanya kembali Kaisar menarik gas motor itu dengan kecepatan maksimal, membuat Ara panik dan mengubah letak tangannya menjadi melingkar di perut Kaisar dengan erat.
Kedua mata Ara terpejam, gadis itu tak henti-hentinya mengucapkan beberapa kalimat sepertinya berdoa. Namun, Kaisar tidak bisa mendengarnya karena bertabrakan dengan suara angin dan kendaraan lainnya.
Kedua sudut bibir Kaisar terangkat saat melihat Ara menyenderkan kepalanya di punggung Kaisar. Kecepatan motor melambat, dan saat itu Ara kembali sadar ke dunianya, dia merasa malu atas tindakannya, memeluk Kaisar tiba-tiba seperti itu.
"Maaf ya Kai," ucap Ara
"Dimaafin gak ya?" Kaisar malah menggoda Ara, kini motornya berhenti di kedai nasi goreng yang berada di dekat gerbang komplek perumahan Ara.
"Serius Ara gak sengaja, lagian Kai juga sih bawa motonya kebut-kebutan, Ara kan takut." Ara berdalih, dia menyalahkan Kaisar, pipi Ara sudah seperti tomat.
Kalau dipikir-pikir lama-lama melihat Ara lucu juga ya, dia mudah sekali salah tingkah dan bereaksi seperti ini. Padahal Kaisar hanya sedikit menggodanya saja.
"Kan udah gue kasih tau sebelumnya buat pegangan, lo aja yang milih pegangan di pundak gue."
"Itu pengalaman pertama Ara," jujurnya, "Makasih ya, barusan seru."
"Masa makasih aja, bayar dong."
"Bayar?" Ara melebarkan tatapan matanya, "Yaudah nanti Ara bayarin makanan yang dipesan Kai, gimana?"
"Gue punya duit Ra, gak perlu lo bayarin."
"Terus bayar pake apa?"
"Nanti gue pikir-pikir dulu."
Mereka masuk ke kedai itu dan Kaisar benar-benar makan dengan lahap, sementara Ara hanya menatap Kaisar. Dia hanya menemani, padahal Kaisar sudah menyuruh Ara untuk pesan apapun yang diinginkannya.
Waktu makan Kaisar hanya sebentar, lalu dia segera mengajak Ara pulang karena tatapan matanya terlihat gelisah.
Kaisar berhenti di depan komplek perumahan Ara.
"Gue anter sampe sini ya, lo berani, kan?"
"Nanti Kai pulang naik apa?"
"Emm, taxi, gocar atau lainnya."
"Yaudah, Kai bawa aja motor Ara gapapa kok, lagian gak suka dibawa ke kampus juga sama Ara, jadi sekarang Kai anterin Ara balik."
"Oke." Kaisar langsung mengiyakan saran Ara barusan, "Oh iya Ra kayanya gue udah tau deh lo harus bayar pake apaan."
"Apa?"
"Bayarnya pake besok berangkat bareng, boleh?"
"Emm... Tapi, besok Ara kelas pagi."
"Kebetulan gue juga ada keperluan pagi di kampus, jadi setuju nih?"
Ara diam, belum menjawab, dia terlihat bingung. Entah apa yang dipikirkan di kepala mungilnya itu.
"Kan sekalian nganterin motor Ra."
"Oh iya ya... yaudah deh."
"Jangan berubah pikiran ya?"
"Iya enggak."
"Btw lo manis pake kacamata kaya gitu. Kok ke kampus gak pernah pake?"
"Ah, ini minus Ara lebih suka pake kontak lens bening," katanya
"Waktu ospek juga begitu?"
"Hehe iya."
"Bandel ya, ternyata."
Obrolan singkat mereka berakhir sampai motor itu berhenti di depan rumah dua tingkat bercat putih, dan gerbang hitam. Ara turun dari motornya.
"Makasih ya Ra udah dateng tadi ke kantor Polisi, mau di repotin gue," ujar Kaisar
"Kan kita temen, temen harus saling bantu."
Kaisar tersenyum, lalu dia menepuk pelan puncak kepala Ara, "Masuk gih, udah malem, sampai ketemu besok ya Ra."
Ara mengangguk dia melambaikan tangannya ke arah Kaisar yang kini sudah menyalakan mesin motornya. Selama hidupnya Ara belum pernah diperlakukan semanis itu oleh siapapun. Kaisar yang pertama kali.
Ara senang, Kaisar mengenalkannya ke hal-hal yang baru. Ternyata sedikit tidak mengikuti aturan menyenangkan.
***
Terima Kasih sudah Membaca cerita Kaisar
Semoga kalian suka.
Aku tuh paling grmes kalau Ara udah manggil dirinya sendiri Ara, ada yang sama????
Spam Komen next disini!!!!
Oh iya mau nanya, kalian lebih suka kalau chat pake gambar seperti diatas, atau tulisan biasa?
Jangan lupa follow instagram ;
Zhixinjiwakaisar
Radeaprodhite
Azraorianna
Donialteriokvlr
***
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top