Bagian Enam Belas | Inikah rasanya jatuh cinta?

Halo selamat malam minggu!!

Satnight keluar atau di rumah aja?

Di rumah aja mending sambil baca Kaisar!!!

Jangan lupa komen disetiap line ya!!!!!🥰

Enjoy!

Now Playing | Finneas - Lets Fall in Love  for the night

Selamat Membaca Cerita Kaisar

Bagian Enam Belas

Seperti ini rasanya jatuh cinta? Hanya ingin semua perhatian dia terpusat untukku saja? Dan ada rasa tak suka ketika dia membaginya dengan orang lain.

***

"Ra... lo lagi di petrus sama Kaisar ya?" tanya Caca.

Niatnya Caca sleepover di rumah Ara tuh untuk mengejarkan tugas, karena biasanya Caca hanya akan menyalin saja pekerjaan rumah Ara, namun berbeda kali ini. Karena esok sang Dosen selalu memanggil NIM random untuk menjelaskan tugasnya. Sehingga, mau tak mau Caca harus belajar agar tidak menjatuhkan harga dirinya.

"Hah?" Ara menoleh ke arah Caca, "Enggak kok," jawab Ara

"Masa?" Caca kembali mempertanyakan hal itu, karena dia merasa bahwa Kaisar tengah mendekati Ara dalam arti ingin menjadikan Ara sebagai pacarnya.

Siapa yang tidak akan mengira, mereka sering berangkat bersama, meskipun tidak setiap hari, namun ada dibeberapa kesempatan bersama dan terhitung cukup sering. Lalu, jika jam jeda mereka sama, akan makan siang bersama dan kalau jam pulang sama pun demikian.

Jangan salahkan Caca, karena yang dilakukan Kaisar dengan Ara itu seperti salah satu motif pendekatan. Apalagi, setelah Caca tau seberapa intens cara mereka saling membalas pesan singkat.

"Iya kok."

Emang dasarnya Ara tuh goblog bin dungu. Gak bisa membedakan mana laki-laki yang emang niat berteman atau yang lgi dalam masa pendekatan. Pantes aja gak pernah punya pacar, orangnya tulalit seperti ini.

"Menurut lo emang temen-temen lo yang lain seperti dia? Ngabarin lo kalau pergi kemana, atau apakah dia udah sampe rumah apa belum."

"Mungkin Kai gak punya temen chat..." kali ini jawaban Ara menggantung, dirinya tak merasa yakin akan jawaban yang diberikannya.

"Wow... dia? Gak ada teman chat? Gak mungkin Ara, lo tau sebanyak apa temen Kaisar, dan berapa banyak cewek yang bersedia menunggu Kaisar. Kalau lo yang ngomong gitu, gue paham Ra, temen lo dikit. Gak make sense kalau buat Kaisar yang social butterfly."

Setelah dipikir-pikir apa yang dikatakan oleh Caca ada benarnya juga, selama hidupnya tak pernah ada yang memperlakukan dia seperti ini, apalagi siklus hidup Ara hanya disitu-situ saja. Berputar dari keluarganya dan Erdo saja.

Apa mungkin Kaisar sedang mendekatinya secara personal dan atas rasa perasaan?

Tapi, kalau Ara kegeeran gimana?

"Tapi mungkin dia ngerasa gue gak punya temen kali Ca, terus tulus temenan ama gue aja..." Lagi, Ara tetap menyangkal, membatasi dirinya bahwa yang dilakukan Kaisar adalah hal yang wajar dari pertemanan mereka.

"Sumpah! Sebel banget gue ngobrol ama lo," protes Caca, "Gue kasih lo pertanyaan deh sekarang--" belum saja Caca melanjutkan ucapannya, Ara sudah lebih dulu menahannya dan mengatakan dia harus menerima telepon dulu.

Caca mengomel padahal dia sedang ingin menanyakan pertanyaan sakral dan hanya bisa dijawab jika Ara memang memiliki perasaan lebih kepada Kaisar. Namun, dilihat dari bahasa tubuh mereka mungkin keduanya sudah saling nyaman. Tapi, takutnya disini hanya Ara yang merasakan sementara Kaisar hanya memperlakukan Ara seperti yang lainnya.

Semoga saja Kaisar tidak sebajingan itu.

"Ca, temen gue Sashi mau ikut nginep juga, oke, kan?"

"Lah kok nanya gue, ini aja rumah lo Ra, kocak dah lo."

"Oh iya juga." Ara tertawa pelan, lalu dia mengajak Caca untuk menunggu Sashi dibawah karena katanya gadis itu sudah sampai di depan.

Hanya saja pemandangan pertama kali yang dilihat oleh Ara dan Caca adalah Sashi turun dari motor dan dibukakan helm oleh seorang cowok yang mereka kenal. Doni.

Untuk sekadar informasi saja, Doni dan Caca itu tak pernah akur, terbukti saat mereka baru saja bertemu Caca sudah memaki Doni, tak peduli disana masih ada Sashi yang terlihat bingung.

"Heh bocil, ngapain lo disini?" tanya Doni

"Siapa yang lo panggil kecil?" Hardik Caca

"Lah gak ngerasa? Lo paling bogel diantara temen lo, makannya Ca, minum susu biar tinggi, jangan dibanyakin julid nanti yang tinggi bibir lo."

"Sialan banget sih!" omel Caca, "Gue bilangin Mama lo, kalau suka ngatain gue kaya gitu."

"Males, tukang ngadu, udah kecil, manja, ribet, kayanya musibah banget yang jadi cowok lo nanti. Pantes lo jomblo dari lahir."

"Ishhh.... ngeselin banget, gak lucu bercandaan lo."

"Gak ada yang bercanda tuh, orang gue serius," jawab Doni santai, lalu Doni melirik ke arah Ara yang diam saja, lalu ke arah Sashi.

"Gue balik duluan ya?" katanya kepada Sashi, Sashi tersenyum dan mengangguk.

"Hati-hati di jalan, kalau udah sampe kabarin ya."

"Siap. By Shi, Ra, kecil..." Doni sempat tersenyum ke arah Sashi dan Ara untuk berpamitan, sementara ke arah Caca menjulurkan lidah, dia senang sekali mengejek Caca dan membuat gadis itu kesal.

"Lo, pacarnya anak dakjal itu?" tanya Caca ke arah Sashi, Sashi menggeleng.

"Temen kok, belum pacaran."

"Jangan mau, dia jarang mandi, makannya banyak, kalau tidur ileran, bangunnya siang, beban keluarga banget." Caca langsung memberitahu semua keburukan Doni, "biar lo gak nyesel aja, dia didepan lo pencitraan banget, sayang lo cantik jangan mau sama Doni yang kek setan kelakuannya."

"Oh... lo kenal banget sama dia?" tanya Sashi

"Maunya sih enggak, tapi semenjak SMA dan waktu dia pindah rumah ke sampi rumah gue semuanya berubah. Gue beneran blokir semua akses, kalau gue bisa mengubah hidup, gue memilih gak kenal sama dia sih," cerocos Caca, "makanya, untuk menyelamatkan hidup lo, mendingan gak usah berhubungan sama Doni deh."

"Oh... gak masuk?" tanya Sashi

"Bentar nunggu dulu kak Erdo tadi dia bilang udah mau sampe."

"Masih Ra?" Sashi kembali bertanya

"Masih apa?"

Belum saja Sashi meresponsnya, klakson mobil Erdo menyadarkan mereka dan membuat Ara mempenuhkan atensinya untuk Erdo. Gadis itu berjalan ke depan pagar dan menemui Erdo. Erdo tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Sashi dan Caca sebagai bentuk formalitas.

"Nih..." Erdo memberikan satu kantong ke hadapan Ara, "dimsum pesanan Ara."

"Banyak banget."

"Katanya tadi ada yang nginep, kan sekalian."

"Makasih kak, berapa?"

"Apanya?"

"Harganya."

"Gausahlah, gak seberapa."

"Tetep aja gak enak dijajanin mulu."

"Gapapa Ara, gimana tugasnya ada yang perlu dibantu?"

Ara menggeleng, "Enggak sih, sejauh ini."

Erdo mengacak gemas puncak kepala Ara, "Pinternya adik, kakak."

"Belum sepinter kakak tau," respons Ara, "yaudah kayanya kak Erdo cape, aku juga mau lanjut belajar ama yang lain."

"Oke, semangat belajarnya, call aku aja ya kalau ada yang mau ditanyain."

"Siap kak."

Setelah Ara kembali, dia dihujani dengan pertanyaan-pertanyaan dari Sashi dan Caca. Sashi yang menanyakan hubungan dia dengan Erdo dan Caca yang mmepertanyakan bagaimana dengan Kaisar.

Tapi, Ara tak pernah berpikir sampai sejauh itu.

Apa mungkin keduanya memiliki perasaan yang lebih padanya? Bukan hanya menganggap dia sebagai teman saja? Entahlah, saat ini masih terasa abu-abu dan untuk Ara hal ini adalah suatu rasa yang baru dihidupnya.

"Ara..." panggil Sashi

"Iya?"

"Lo deket sama kak Erdo dari lama, tapi itu gak mengubah lo jadi orang baru. Tapi, saat lo kenal Kaisar lo banyak berubah, apa mungkin ini jawaban lo? Lo suka sama Kai?" tanya Sashi

"Hah? Enggak..."

"Enggak?" tanya Caca ingin tahu

"Enggak tau...." Ara menjawabnya seolah tak yakin akan jawabannya.

"Gapapa sih, dia juga gak punya pacar tapi gue tau dari Doni kalau Kaisar masih menyukai seseorang dari masa lalunya, namanya Radea tapi Kaisar sering manggil dia Dite."

Dite? Nama itu seolah tak asing diingatannya, kapan Ara pernah mendengarnya... kemudian ada rasa nyeri yang menyerang hatinya, dia ingat bahwa beberapa kali Kaisar menyebut nama cewek itu dan bahkan Mamanya Kaisar mengatakan bahwa Ara adalah gadis kedua setelah Radea.

Sudah benar, bahwa Kaisar tidak menganggapnya lebih dari teman. Untung saja, Ara belum merasa baper lebih lanjut, karena kenyataan menyadarkannya bahwa Kaisar masih menjaga satu nama dihatinya dan itu bukan Ara.

Berteman saja, seharusnya tidak masalah. Seperti yang sering dia lakukan sebelumnya. Tapi, mengapa rasanya sulit sekali menerima, seolah dia ingin merebut Kaisar dan membuat fokus serta atensi Kaisar hanya miliknya saja.

Mereka menyelesaikan tugasnya dan ketika selesai saat Sashi dan Caca sedang menonton, mereka akur lebih cepat dan bahkan Ara tidak bisa masuk ke obrolan mereka. Dia menyelinap keluar dari kamar menuju balkon, mengirim pesan kepada Kaisar dan menghabiskan sisa malamnya dengan mendengar suara Kaisar di ujung telepon.

Sepertinya dia sudah menyimpan rasa untuk Kaisar.

Apa seperti ini rasanya menyukai seseorang? Dia hanya ingin Kaisar untuknya dan melihatnya saja.

***

Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Kaisar

Sekedar informasi aja nih, bagi kalian yang suka chat-chat gemes semua karakter di cerita ini jangan lupa follow instagram : seputarkaisar

Jadi sampai detik ini kalian masih setia di tim mana?

1. Tentu KaisaRadea, Radea selalu ada saat Kaisar butuh

2. KaisaRa aja, orang baru mungkin lebih baik

3. ErdoRa, Erdo tuh jagain Ara banget dan ngemanjain Ara jadi gemes.

Sama vote side couple kita :

1. SashiDoni

2. CacaDoni

***

Spam Komen disini!!!!!!

***

Jangan lupa follow instagram :

Asriaci13

Zhixinjiwakaisar

Azraorianna

Radeaphrodite

Alesdairabilerdo

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top