Bagian Empat Puluh Tiga | Waktunya Pembalasan

Halo ada yang kangen cerita Kaisar?

Komen di sini yang kangen?

Kalian kalau suka sama orang pertama dari apanya sih?

Jangan lupa untuk vote dan komen dibab ini ya!

***

Selamat Membaca Cerita Kaisar

Now Playing | The Walters - I Love You So

Bagian Empat Puluh Tiga

Karena mereka sama. Mereka hanya ingin memperlihatkan apa yang ingin diperlihatkan, tidak akan ada yang bisa menebaknya kecuali diri mereka sendiri yang memberitahu segalanya.

***

Kaisar bisa melihat acara yang diadakan keluarganya cukup membuat kupingnya pengang. Dia bisa dihitung hitungan jari Kaisar menginjakkan kakinya di rumah ini semenjak lahir. Karena memang keluarga Ayahnya tak pernah suka akan kehadiran Ibunya sejak dulu. Jadi, meskipun sebelumnya hubungan dia dengan Ayah dan Ibunya baik-baik saja, tapi tidak dengan keluarga Ayahnya. Terlebih lagi, semenjak kehadiran wanita parasit itu.

Ponselnya menyala menampilkan sebuah pesan yang dikirim oleh kekasihnya, Ara.

"Gue jemput Ara dulu ke depan," pamitnya kepada Radea

Radea mengangguk, dia cukup sibuk dengan keluarga Kaisar di sana. Bahkan hari ini pun keluarganya ikut dalam perayaan dan penyambutan adik barunya Kaisar.

Tapi langkah kaki Kaisar tak lantas membawanya ke bagian depan rumah, melainkan ke kamar utama yang berada di lantai satu. Tatapan matanya nyalang, seringai di bibirnya tercetak begitu jelas, saat dia melihat sang nenek terbaring di sana.

Melihatnya tak berdaya seperti sekarang membuat perasaan dia senang bukan main. Belum lama ini, neneknya harus menggunakan kursi roda sebagai alat bantu dia untuk berjalan karena kakinya yang sudah mulai tak normal.

Tangan Kaisar menyentuh bagian leher sang nenek, dia tersenyum, mengeratkan tangannya secara perlahan sebelum mata sang nenek terbuka atas tindakan keji yang dilakukan oleh cucunya tersebut.

Seperti tercekat, ingin teriak namun tertahan. Kaisar tak berkata sepatah kata pun, dia hanya menatap netra sang Nenek dengan tatapan benci. Cekikan itu perlahan mengendur dan Kaisar mencuci tangannya dengan hand sanitizer yang dia ambil dari kantong celananya.

"Tangan Kai terkena kuman," ujarnya perlahan dengan kekehan kecil.

Itu ejekan, kuman yang dimaksud adalah neneknya sendiri.

Sebenarnya alasan dia melepaskan cekikan itu, karena dirinya sudah memperkirakan hal tersebut. Karena suster yang merawat neneknya masuk di saat yang bersamaan Kaisar melepaskan cekikannya.

Timingnya pas.

"Aku datang untuk menyapa, iya, kan Oma?" tanyanya disertai seringai kecil, lalu setelah itu Kaisar meninggalkan ruangan neneknya.

Hampir saja dia melupakan Ara yang sudah menunggunya. Ara, tak perlu tau sisi iblis yang sedikit dia tunjukan barusan.

Gadis itu masih menunggu, dan Kaisar menyambutnya dengan senyuman. Hari itu Kaisar memang menawarkan Ara apakah dia mau dijemput atau tidak, tapi Ara menolak dengan mengatakan dia bisa berangkat sendiri.

"Hei, sorry nunggu lama ya?" Kaisar menyentuh pipi Ara, "tadi ke toilet dulu akunya."

Jelas, itu adalah sebuah pernyataan bohong.

"Gapapa kok," jawab Ara, "udah mulai ya?"

"Belum sih," ujar Kaisar, "cuman ya emang udah pada kumpul aja."

"Ini beneran aku gapapa ikut?" tanya Ara hati-hati, meskipun dia memang pernah ikut ke acara keluarga Kaisar, tapi kali ini seperti acaranya lebih intimate.

"Kalau apa-apa ngapain aku ajak kamu?"

Tentu, Kaisar akan selalu memiliki jawaban sehingga Ara bisa tenang. Keduanya melangkahkan kaki masuk ke ruang tamu rumah Kaisar.

Untuk Ara, ruangan itu jauh lebih megah daripada rumahnya ataupun rumah Kaisar. Lukisan keluarga terpajang dengan megahnya, Ara pun bisa menilai mengenai barang-barang mewah dan antik di rumah itu.

"Chill aja sayang." Kaisar mengusap lembut surai milik Ara, seakan paham bahwa si gadis tengah merasakan debaran jantung yang jauh lebih cepat daripada biasanya, "Mereka gak gigit."

"Aaaah, Kai, ah," rengek Ara, "ada Radea?"

"Iya ada, sama keluarganya juga ada."

Ara mengangguk, setidaknya dia mengenal orang selain Kaisar di rumah ini.

"Jean?" tanya Ara lagi

"Ada," jawab Kaisar, "kenapa? Mau kenalan?"

Ara menggeleng, dia tidak berniat mengenal gadis bernama Jean yang pernah membuat Ara salah paham.

Melihat keluarga Kaisar, membuat Ara sedikit menciut. Mereka mungkin seperti keluarga besar, tapi di antara semuanya memiliki jarak satu sama lain. Bahkan, sepertinya Ara tidak disambut seperti perkiraannya. Karena keluarga Kaisar cukup sibuk sendiri.

"Hai Raaaa." Radea langsung menyapanya ditengah kesibukan yang ada.

Ara tersenyum, dia setidaknya bisa menyesuaikan diri dengan membantu apa yang dikerjakan oleh Radea. Kaisar tak memintanya ataupun melarangnya, dia membiarkan Ara berbuat sesukanya saja. Beberapa saudaranya menatap ke arah Kaisar yang membawa Ara ditengah-tengah acara keluarga.

Sudah dipastikan bahwa Ara adalah wajah baru untuk mereka, kecuali untuk beberapa orang saja. Tapi Kaisar tak peduli mengenai hal itu, mereka tak berhak mengurusi urusan percintaannya juga.

Acara dimulai dengan kehadiran neneknya yang didorong oleh seorang suster, tampak terkejut saat neneknya menatap ke arah Kaisar dengan senyuman puas di wajahnya.

Benar, seharusnya Kaisar membunuh sang Nenek sejak dulu saja. Tapi, sepertinya bermain-main dengan nyawa neneknya sekarang merupakan permainan yang membuat Kaisar membangkitkan jiwa iblisnya.

Satu tangan Kaisar berada di bahu Ara, "Itu nenek aku, gak usah kenal," bisik Kaisar

"Heh, gak boleh gitu," ujar Ara, "sopan sama orang tua."

"Nyebelin orangnya Yang," kata Kaisar, "nanti kamu dimakan ama dia."

"Masa?" Ara menoleh, dan Kaisar mengangguk.

Itu adalah pernyataan terbodoh, Ara tak menganggapnya sebuah hal yang menakutkan. Justru dia malah mendekati nenek Kaisar dan mengajaknya berbicara, tentu saja dia tidak sendirian karena ada Radea disampingnya.

Sementara Kaisar hanya duduk memperhatikan kedua gadis itu. Radea akan mempunyai segala cara agar disukai sementara Ara memiliki satu hal yang membuatnya mudah dicintai.

Sejujurnya Kaisar tak berharap banyak bahwa kekasihnya itu dekat dengan keluarganya, mengingat keluarganya sudah seperti titisan setan semua.

"Pacarmu?" tanya Jean kepada Kaisar, nada suaranya terdengar sedikit tak ramah dan sepertinya Ara tidak mendengarnya, karena dia bersama dengan Radea.

"Biasa aja masa," ujar Jean, "aku kira pas kamu bilang punya pacar baru, lebih dari Radea."

"Bukan urusanmu," ketus Kaisar

"Gimana Oma mau suka ama dia, kalau dia aja gak lebih dari Radea."

"Gak berharap semua orang suka dia, yang penting gue suka aja."

"Naif," cibir Jean, "Meski bagaimanapun kamu tetap bagian dari keluarga ini Kai, apalagi setelah Ibumu mati."

Tatapan Kaisar tajam, ingin ia menampar wajah Jean saat itu juga, namun Kaisar mengurungkan niatnya. Dia masih memerlukan Jean untuk misinya, karena gadis itu terkadang memberikan informasi yang berguna setelah didesak atau dituruti permintaannya.

Jean si mata-mata. Jadi, Kaisar setidaknya harus memanfaatkan gadis itu untuk kepentingannya sebelum membuangnya.

Cara keluarganya memperlakukan Ara benar-benar tak ramah pada awalnya, sebelum menyinggung kehidupan pribadi gadis itu, mengenai jurusan kuliahnya dan juga apa pekerjaan orang tuanya. Setidaknya setelah mengetahui hal itu, keluarganya sedikit ramah.

"Kuliah jurusan apa kamu Azra?" tanya Hwang, Papanya Kaisar.

Tentu dengan nada dingin dan mengintimidasi.

"FK Om, Kedokteran Umum," jawab Ara yang berusaha menampilkan senyumnya, padahal dia sudah ingin pulang karena tak betah berada di sini.

Namun, Kaisar menggenggam tangannya, setidaknya itu membuat Ara merasa ditemani tidak sendirian menghadapi hal ini.

"Oh, orang tua kamu kerja apa?" tanya salah satu Omnya.

Ara menoleh, "Ayah saya Dokter spesialis dan Bunda juga Dokter gigi."

"Oh darah murni," komentar Tante Kaisar, yang artinya memang Ara dibesarkan dari gen Dokter keduanya yang menjadikan dia darah murni turun-temurun.

"Kerja di rumah sakit swasta atau pemerintah?" Tanya Tantenya yang lain.

Itu sudah tidak wajar, tapi terlalu jauh untuk menutup mulut-mulut Tantenya yang menyebalkan.

Sebenarnya Ara tidak menyukai hal yang memamerkan apa yang dipunya oleh keluarganya, tapi sepertinya di keluarga Kaisar, Ara harus mengambil tindakan itu agar tidak dipandang sebelah mata dan diremehkan.

"Swasta Tante," jawab Ara dengan nada ramah, "kebetulan rumah sakitnya milik keluarga juga," sambung Ara, "Tante dan Om gak akan nanya juga gaji yang diterima keluarga aku berapa, kan? Soalnya Ara juga gak tau pastinya berapa."

Seringai Kaisar tercetak dengan sempurna, Ara tak selugu perkiraannya dan dia senang dengan hal itu. Dia bisa membalasnya dengan kalimat mematikan.

Tak salah memang dia menjadikan Ara sebagai pacarnya. Setidaknya setelah ini dia tak perlu khawatir mengenai Ara jika berurusan dengan keluarganya.

Acara benar-benar tersusun seperti rundown yang dibuat oleh neneknya, namun Kaisar tak menikmati hal itu.

Radea secara refleks menoleh ke arah Kaisar, namun saat itu sepertinya Ara lebih dulu memahami bahwa Kaisar sudah bosan. Ara bisa menggantikan posisinya.

Mengapa dia merasa sedih sekaligus senang. Sedih karena perannya benar akan sepenuhnya terganti, namun dia senang akhirnya Kaisar bisa memilih dan memiliki seseorang yang dia cintai dan mencintainya.

Setelah sekian lama, mungkin sekarang hubungan mereka tak akan sedekat dulu karena dia cukup tau diri dengan tidak menyebabkan kesalahpahaman antara Kaisar dan Ara.

Meski kini hubungan mereka hanya sebatas teman, tapi sebelumnya history hubungan mereka pernah menjalin hubungan yang serius dan mereka saling menyayangi satu sama lain.

Kaisar terlihat berdiri dari kursinya dan entah mengajak Ara pergi kemana, ekor mata Radea mengikuti pergerakan keduanya namun dia hanya berdiam diri sampai punggung keduanya sudah tak terlihat lagi oleh mata kepalanya.

Kembali fokus ke acara yang membuat Radea tak nyaman, tak biasanya dia seperti ini.

"Kamu cemburu ya, Kaisar sama cewek lain?" tanya Jean santai, "lagian itu resiko kamu si De, kan kamu yang ngelepasin si batu Kaisar."

Radea mengangguk, "I know."

"Tapi kalau keluarganya bukan yang punya rumah sakit itu, kamu masih ada kesempatan. Karena sepertinya Oma bisa menyetujui dengan latar belakang yang cukup sepadan," ujar Jean berterus terang.

Memang setelah Ara mengatakan bahwa keluarganya pemilik rumah sakit itu, dia perlakukan dengan ramah. Disambut dengan senyuman, berbeda dengan saat dia baru saja datang.

"Aku temennya," kata Radea

"Tapi entah kenapa, aku ngerasa Kai bakal balik sama kamu." Jean menatap Radea, "Dia ama gadis itu gak akan selama itu."

"Atas dasar apa kamu berasumsi seperti itu? Pindah profesi jadi cenayang?"

"Just feeling, hubungan keduanya gak akan berhasil."

***

Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Kaisar

Ini baru permulaan untuk pembalasan, selanjutnya mari kita dikejutkan dengan rencana-rencana iblis Kaisar.

Jadi menurut kalian gimana? Apakah Kaisar ama Ara bakalan bertahan lama? Kalau baca Hiraeth bakalan tau sih kelanjutan hubungan keduanya gimana🤪.

Satu pesan untuk mereka :

Ara

Radea

Kaisar

***

Jangan lupa follow instagram :

Asriaci13

Zhixinjiwakaisar

Radeaprodhite

Azraorianna

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top