Bagian Empat Puluh Dua | Susunan Rencana

Halo, apa kabarnyaa semua?

Sebut satu tokoh yang kalian sukai di cerita ini

Sebut satu tokoh yang kalian benci di cerita ini

Jangan lupa kasih vote!

Jangan lupa kasih komentar disetiap paragraf!

Selamat membaca cerita Kaisar

***

Bagian Empat Puluh Dua

Now Playing | Sezairi - It's You

***

Semua ada harganya, apa yang pernah dilakukan akan mendapatkan balasan yang sesuai atau bahkan lebih buruk daripada itu. Hati-hati, karena kini kehidupan kalian akan seperti di neraka.

***

Malam hari setelah kondisi disekitar rumahnya sepi, Kaisar memutuskan untuk pulang. Dia sengaja pulang di malam hari karena enggan berkumpul dengan orang-orang yang dia benci, meski itu keluarganya sendiri.

Kaisar bisa melihat begitu banyaknya karangan bunga yang terpampang halaman rumah serta diluar rumahnya, tanda banyak kolega dan teman-teman Ibu dan Ayahnya mengirimkan bela sungkawa atas kejadian hari ini.

Helaan napasnya terdengar berat saat dia membuka pintu kamarnya, menyalakan lampu dan melihat ada potongan kue di meja belajarnya. Itu kue pasti sisa dari acara perayaan penyambutan adik barunya. Kaisar mengambil piring itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Dia mengambil handuk, dan membersihkan dirinya malam itu sebelum akhirnya dia terlelap dalam tidurnya.

Pagi hari tidak seperti biasanya, Kaisar sudah siap dengan setelan kampusnya, mengenakan kaos yang dibalut dengan kemeja flanel yang dibiarkan terbuka, dibagian lengan sengaja digulung, celana denim berwarna biru. Tas selempang yang berisi laptop dan juga beberapa keperluan lainnya.

Meski dibagian mata dirinya tidak bisa menutupi, bahwa sejak kemarin dirinya banyak menghabiskan air mata. Itu fakta dan Kaisar tidak sedang berusaha menutupinya. Sebagian dari teman-temannya datang dan mungkin berita tentang kematian Ibunya pun sudah menyebar ke penjuru kampus.

Sebelum Kaisar menuju ke ruang makan, dia menyempatkan masuk ke kamar yang dulu ditinggali Ibunya yang kini berpindah kepemilikan menjadi milik Ibu sambungnya Luna.

Kaisar melihat di sana ada box bayi, karena kamar khusus bayi belum bisa ditempati sampai adiknya itu bisa ditinggal sendiri. Kaisar melihat ke arah Luna yang juga menatapnya heran karena kedatangannya.

"Kamu semalam pulang jam berapa Kai?" tanya Luna, "Maaf Mama gak siapin apa-apa buat kamu."

"Stop act like my mom, please," ujarnya pelan namun Kaisar yakin itu bisa menyakiti perasaan Luna.

"Maaf..." lirih Luna

"Tante," panggilnya pelan, kini Kaisar menatap Luna dengan seksama sebelum dia merendahkan tingginya sebelum dengkulnya menjadi tumpuan agar dia bisa berdiri, "Saya minta dan mohon agar Tante nggak pake kamar ini, satu-satunya kenangan Mama cuman kamar ini. Tante udah ngambil Papa dan semuanya, Kai cuman minta, tolong pindah dari kamar ini, Tante bisa minta apa pun sama Papa, please... Kai cuman mau kenangan Mama di rumah ini enggak ilang."

Kali ini dia memohon dengan penuh harap kepada Ibu sambungnya itu, dia berharap setidaknya Ibu sambungnya itu masih memiliki hati nurani dengan membiarkan kamar ini kosong sebagaimana permintaan Kaisar.

Luna tersenyum dan mengelus puncak kepala Kaisar, dia menghapus air mata yang mengalir di pipi anak sambungnya itu, "Iya Kai, Mama akan pindah dari kamar ini."

Kaisar tersenyum getir sebelum bangkit berdiri meninggalkan kamar utama itu, turun ke lantai satu berniat akan segera berangkat kuliah. Tapi pemandangan di meja makan menarik langkah kakinya untuk mampir terlebih dahulu.

Ada Radea dan Papanya, juga pembantu rumah tangganya yang menyiapkan sarapan. Radea tersenyum langsung memanggil Kaisar dan menyuruhnya untuk duduk di sana.

"Kamu mau kuliah hari ini?" tanya Papanya, melihat anak sulungnya menaruh tas dan menarik kursi untuk duduk.

"Gak ada alesan untuk Kai ga masuk hari ini." Jawab Kaisar dingin.

"Papa tau, kematian Eleah luka buat kita Kai, lebih baik kamu beristirahat sejenak."

Sudut mata Kaisar menajam, lalu terkekeh pelan, "Justru dengan Kai diem di rumah malah makin sakit rasanya kehilangan Mama."

"Kaisar, Papa juga kehilangan."

"Hanya untuk mendapat simpati publik?" Cibir Kaisar, "nyatanya kemarin disaat hari kematian Mama, Papa malah merayakan kepulangan Tante Luna dan anaknya."

Radea yang sadar akan situasinya langsung menaruh roti bakar di piring Kaisar dan memotongnya.

"Perut lo harus diisi dulu," ujarnya, "by the way nanti gue siangan ke kampus lo," kata Radea

"Ngapain?"

"Ngambil persyaratan buat daftar ulang Kai, gue bakalan jadi maba jurusan lo."

"Yaudah nanti kabarin aja kalau udah di kampus," kata Kaisar

"Eeey, gue udah tau gak perlu ada guide lagi. Tapi, gue udah janjian ama Ara sih, dia kosong di jam makan siang, dia mau nemenin gue." Jelasnya, "Gue pinjem Ara nya ya Kai."

"Iya jangan sampe lecet."

Hwang tersenyum melihat Radea yang begitu mengerti anak sulungnya itu, dalam hatinya dia menginginkan agar Kaisar bersama Radea saja. Tapi dia tau antara dirinya dan Kaisar kini sudah sangat jauh, anak sulungnya itu menjaga jarak menciptakan tembok yang kokoh agar tidak bisa diterjang masuk.

Ini salahnya karena melakukan hal-hal yang membuat anaknya sakit hati, mengorbankan masa remaja anaknya dengan memberi ingatan tentang perselingkuhan. Membuat dirinya dibenci dan tak dihargai.

"Kaisar, Oma mau mengadakan acara lusa nanti, acara Luna dan untuk Maharani. Kamu kalau nggak mau datang gak perlu datang, Papa gak akan paksa kamu untuk ikut acara keluarga lagi."

Kaisar menoleh, "Kai akan datang," ujarnya santai.

Radea melotot dan Hwang pun terheran-heran dengan jawaban anak sulungnya itu. Biasanya dia akan menghindari semua pertemuan keluarga apalagi yang melibatkan Luna.

Tapi, hari ini anaknya itu menyetujui tanpa berdebat terlebih dahulu.

Kaisar pamit untuk berangkat terlebih dahulu, Radea dan Hwang yang masih terkesima dengan jawaban Kaisar hanya mengiyakan saja.

Radea tau pasti ini ada urusannya dengan tujuan Kaisar, namun Radea takut jika tujuan Kaisar yang dijalankan secara terburu-buru tidak akan membuahkan hasil, terlebih Kaisar sudah sejauh ini.

***

Gundukan tanah yang masih merah itu, taburan bunga-bunga yang masih terlihat segar itu membuat Kaisar tersenyum getir. Dia menaruh buket bunga di sana, berjongkok di depan nisan.

"Ma, gimana sekarang? Pasti udah gak sakit ya?" Monolog Kaisar, "Rasanya Kai pengen nyusul Mama aja, Kai gak punya alasan apa-apa lagi buat bertahan," ujarnya pelan

"Semua hal yang membuat Kaisar bertahan di rumah itu karena Mama. Mama yang selalu ngingetin Kaisar, tapi sekarang Kai harus gimana? Siapa yang menjadi alasan Kai bertahan di rumah itu? Rasanya nyakitin Ma, ngeliat Tante Luna tempatin kamar Mama, Oma yang gak peduli sama kematian Mama dan Papa yang selalu didominasi Tante Luna. Kaisar gak sanggup rasanya, tapi Kai harus menjalankan tujuan Kai, kan? Udah sejauh ini, Mama tenang aja setelah semua rencananya terlaksana sesuai keinginan Kai, setelah Kai bales semua orang jahat itu, Kai akan nyusul Mama."

"Mama jangan khawatir ya?" Kaisar menghela napasnya perlahan, "Kai berangkat kuliah dulu."

Dia berangkat kuliah seperti biasanya, meskipun raut kehilangan belum bisa dia hilangkan sepenuhnya. Namun dia masih bisa bermain peran, dengan senyuman manisnya dan mengatakan terima kasih kepada mereka yang mengatakan berbelasungkawa.

Kaisar melihat ponselnya ada beberapa pesan yang dikirimkan oleh kekasihnya, namun Kaisar belum membacanya. Dia hanya mematikan kembali ponselnya dan semoga saja Ara bisa mengerti akan hal ini, bahwa Kaisar ingin memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

Kelas berlangsung dengan normal, Kaisar masih menyimak apa yang diterangkan oleh Dosen, tapi dia menjadi sedikit lebih pendiam daripada biasanya yang aktif.

Kaisar juga masih berkumpul dengan teman-temannya di kantin saat menunggu pergantian kelas, semuanya terasa normal, atau dia sendiri yang merasa seperti itu.

Untungnya teman-teman dekatnya mengerti, mereka tidak menanyakan akan keadaan Kaisar karena mereka tau bahwa Kaisar tidak baik-baik saja. Menanyakan hal seperti itu akan membuat Kaisar merasa bersedih, jadi mereka mengikuti alur yang dimainkan oleh Kaisar kali ini.

"Ada titipan dari Ara buat lo." Akash memberikan satu kotak makan siang dengan satu kotak susu kepada Kaisar, di sana tertulis pesan manis yang ditulis kekasihnya itu.

Ara menuliskan bahwa lebih penting Kaisar memperhatikan dirinya terlebih dahulu, jika dia menginginkan waktu sendiri, Ara akan memberinya sampai waktu itu dirasa cukup dan Ara akan tetap peduli padanya meskipun tanpa balasan dari Kaisar. Gadis itu memberikan vitamin dan juga pesan lain yang mengingatkan jangan lupa untuk menjaga kesehatannya.

"Dia nitip sendiri sama lo?" tanya Kaisar

Akash emang sering jajan di kantin fakultas lain, jadi begitu, anaknya suka-suka aja.

"Iya, kaget gue, tumbenan mau berbaur sama yang lain," cibir Akash, "cinta mah mengalahkan gensi Kai, bucin tuh anak."

"Ya lo juga kapan mau resmi sama Chiara?" balas Kaisar

"Gak tau aja dia, Chia kan pacaran sama Rangga," ujar Daren

"Hah?" Kaisar melotot, "Masa?"

"Iya, ditembak gitu candle light dinner, kalah lah si sipit yang cuman ngajak makan di warteg," cibir Daren, "Di base kampus rame juga."

"Gapapa biar gue ada temen, nanti kita buat aliansi ditolak Chiara," ujar Bobbi

"Enak aja, gue gak ditolak ya setan," balas Akash

"Gak ditolak tapi dibuang," kata Doni

"Eee anjing." Akash memukul kepala Doni dan Doni hanya tertawa.

"Lagian ni anak jumawa banget gak mau komitmen, udah buaya kupu-kupu juga, buaya semua betina dia godian sampe ga ada yang jadi kalau kupu-kupu semua dia templokin." Daren terus meroasting Akash.

"Lah kalau ada yang nawarin yakali gak gas, ibaratnya nih gue kucing dikasih ikan gue makanlah, ikan depan mata cuy gak perlu maling." Akash memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri.

"Iye, sampe ikan asin aja lo lalap juga Kash," ujar Doni

"Btw Kai lo malem ini ikut rapat?" tanya Akash

"Ikutlah, kemarin udah mangkir gak enak," jawabnya

"Kalau kemaleman nginep di kosan gue skuy, gue bawa PS pas kemarin balik," ajak Akash, "yang lain udah oke, mumpung besok sabtu, gak ada kelas."

"Mimik gak tuh?" tanya Bobbi

"Terserah tamu kehormatan," kata Akash, "bagaimana yang mulia Kaisar?"

"Ya boleh," jawabnya

"Patungan ya, jangan kaya anak setan kalimatnya dari lo dulu," cibir Akash

"Dari gue semua aja," ujar Kaisar

Dan tentu saja keempat manusia kekurangan dana itu bersorak senang. Mereka akan berpesta malam ini. Dan tentu saja acara malam ini untuk membuat Kaisar tidak kesepian, ini cara mereka untuk perhatian daripada menanyakan hal-hal yang tidak perlu.

***

Spoiler bab selanjutnya : Pembalasan pertama Kaisar kepada neneknya🤪

Mari kita saksikan sosok iblis dari seorang Kaisar.

Kenapa nama adiknya Maharani, karena Maharani itu adalah Maharatu, di mana Maharani bisa dikatakan adalah permaisuri Maharaja atau Kaisar.

***

Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Kaisar

Menurut kalian apa yang akan Kaisar lakuin ke neneknya? Biar tebak-tebakan.

***

Jangan lupa spam komen di sini!

Komen 5000 untuk lanjut!

***

Jangan lupa follow :

Asriaci13

Zhixinjiwakaisar

Azraorianna

Seputarkaisar

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top