Bagian Dua Puluh Tujuh | Kaisar dan Ara

Halo Selamat Malam Pemirsa!!!

Kalian perempuan apa laki-laki?

Absen nama disini!!!

Tulis jam kalian baca!!

Jangan lupa komen disetiap paragraf

Jangan lupa memberi bintang!

Enjoy!

Selamat membaca cerita Kaisar:YOUniverse

***

Now Playing | Jaz - Kasmaran

Bagian Dua Puluh Tujuh

Bukan karena mereknya, tapi karena lo yang pake jadinya manis.

***

"Bener ini rumahnya?"

Ara mengangguk kecil, "Iya, ini sama kok. Kak Ezra langsung pergi aja sana, katanya mau ke rumah sakit."

"Iya nanti, tungguin Kaisar keluar dulu."

"Ih ngapain."

"Ya, biar enak adek dititipinnya." Ezra tersenyum ke arah adiknya itu, sementara Ara mencebik kesal.

Padahal tidak perlu ditunggu seperti ini, dia juga gaperlu dititip segala, sudah bukan anak kecil lagi. Tapi namanya juga seorang kakak yang khawatir akan adiknya.

Pasalnya Ara sangat jarang pergi keluar, jadi perlu penjagaan ekstra.

Pintu gerbang terbuka, disana ada Kaisar dengan kaos berwarna hitam dilengkapi dengan celana pendek khas rumahan. Rambutnya dibiarkan berantakan, tidak ditata rapi seperti saat dia pergi ke kampus.

Intinya sih, yang dilihat Ara sekarang itu jauh berbeda dengan imej Kaisar di kampus.

Kaisar versi bare face, malah membuat Ara lebih deg-degan. Apalagi ditambah dengan kaca mata yang membingkai wajahnya.

Tidak sehat untuk kesehatan jantung Ara.

"Gak kurang pagi Ra?" tanya Kaisar jenaka

"Ini karena kak Ezra mau ke Rumah Sakit, jadinya deh..." jawaban Ara menggantung namun Kaisar cepat tanggap.

"Kan udah gue bilang, gue aja yang jemput, kasian kakak lo kan jadi nganterin."

"Tuh dek, mau dijemput loh, kalau tau kan kakak gak harus anterin pagi-pagi," ujar Ezra

"Aish kak Ezra apaan sih, sekarang kan Kai udah ada, kakak pulang sana." Ara sedikit mendorong tubuh Ezra untuk segera masuk kembali ke dalam mobil.

"Aduh, bentar dong adek," tukas Ezra, "Kai titip ya."

"Emang Ara apaan dititipin," omel Ara

"Santai aja bang. Gak akan sampe lecet kok."

"Oke aman kalau gitu." Ezra tersenyum, lalu menoleh ke arah sang adik, "Mau di jemput jam berapa dek?" tanyanya

"Jam--"

Belum sempat Ara menjawab, Kaisar segera memotong ucapannya.

"Nanti biar Kaisar anter aja," ujarnya

"Oh boleh kalau begitu." Ezra menepuk pundak Kaisar, "Titip ya." Sekali lagi Ezra mengatakan hal itu kepada Kaisar dan dibalas anggukan kecil.

"Kakak duluan ya dek." Ezra mengelus gemas puncak kepala adiknya itu, sebelum masuk ke dalam mobil dan mobil itu menghilang ditelan jalan.

Kaisar segera mengajak Ara untuk masuk ke dalam rumahnya. Pertama kali Ara menginjakan kaki di dalam rumah Kaisar adalah, halaman rumah Kaisar cukup luas dengan garasi terbuka yang diisi banyak mobil. Ara tak mengerti merek mobil sih, yang pasti itu mobil mahal-mahal, dan ada dua motor juga disana.

Ada taman dan air mancur yang ditata sedemikian rupa membuat rumah berlantai dua itu semakin terlihat indah.

Pintu rumah dengan ukiran kayu yang pastinya mahal itu terbuka. Mari kita nilai dari dalam rumah.

Ada lukisan Kaisar dengan kedua orang tuanya cukup besar, dilengkapi dengan foto-foto keluarga lainnya. Ada hiasan guci mahal, logo lambang garuda, berikut banhaknya ukiran-ukiran antik disana.

Terkesan sangat mewah, namun saat masuk ke ruangan lain terasa lebih modern berbeda dengan ruangan pertama. Ada sofa memanjang dengan banyak bantal disana, karpet tebal dan televisi ukuran 60 inch, PS, layar protektor dan infocus. Dinding dibiarkan kosong tak ada hiasan disana. Modern minimalis.

"Gue mandi dulu deh, lo mau nunggu disini atau mau ikut naik ke atas?" tawar Kaisar

"Dih jorok belum mandi," omel Ara

"Baru selesai jogging tau, lo sih kepagian."

"Kan kita mau belanja dulu, kalau siang nanti dagingnya enggak segar Kaisar."

"Udah dibelanjain sama Bibi, lo cek deh ada yang kurang apa enggak." Kaisar kemudian mengajak Ara ke arah dapur.

"Di dapur kotor aja Kaisar, nanti kalau udah baru masuk ke dapur bersih," pinta Ara

"Emang ada bedanya?"

"Ya ada."

Kaisar meminta Ara mengecek semua belanjaan yang dibeli pembantunya. Ara terlihat mengabsen satu persatu bahan.

"Ini udah lengkap sih," kata Ara, "Kai mandi dulu aja biar Ara siapin dulu."

"Katanya mau masak bareng?"

"Iya nanti Kai bantu selesai mandi, deal?"

"Yaudah deh." Kaisar mengalah, "Gapapa ini ditinggal?"

"Ya gapapa, emang kenapa?"

"Oke." Kaisar tersenyum, manis dan senyuman itu berhasil menghipnotis seluruh atensi Ara, "Gue mandi dulu ya Ra." Kaisar mengacak rambut Ara, sebelum akhirnya meninggalkan Ara disana sendirian.

Yang diacak rambut tapi yang berantakan hati.

Kaisar bisa gak sih gak gemas-gemas.

Setelah ditinggal Kaisar, Ara sibuk menata bahan-bahan, dia juga berkenalan dengan Bi Sari, pembantu rumah tangga di rumah Kaisar. Bi Sari sedikit memberikan informasi tentang Tuannya, padahal Ara tidak bertanya.

Seperti Kaisar yang tidak pernah membawa teman ke rumahnya.

Kaisar yang jarang keluar kamarnya.

Bi Sari sudah mengenal Kaisar dari sebelum dia bayi.

Bi Sari juga bertanya apakah Ara mengenal nyonya di rumah ini. Awalnya Ara bingung, kemudian Ara mengangguk dia mengenal Ibu Kaisar.

"Oh Non udah dikenalin sama nyonya ternyata, berarti Non orang kedua yang dipercaya sama aden."

"Kebetulan aja mamanya Kai dirawat sama Ayah saya Bi, jadi deh."

"Tapi kan kalau dikenalin gini apalagi diajak ke rumah, bukan temenan biasa ya?"

Bi Sari mulai kepo dan Ara hanya tertawa jenaka sambil sibuk memotong bahan-bahan. Intinya meskipun dia menjawab semua perganyaan Bi Sari, tangannya dengan telaten tidak pernah berhenti bekerja.

"Temen biasa aja kok Bi," jawab Ara

"Eiy... tapi den Kaisar jarang banget makan di rumah."

"Kenapa? Terus dia makan dimana dong?"

"Keseringannya makan di rumah sakit, jadi Bibi masakin terus dibawa sama aden. Bibi prihatin aja semenjak nyonya dirawat, apalagi kedatangan orang baru di rumah ini membuat aden jauh dari Tuan. Eh..." Bi Sari terlihat salah bicara, raut wajahnya panik.

"Saya tau kok, kemarin saya diajak ke acara 7 bulanan ibu kedua Kaisar."

"Non tau juga ya, tuh kan pasti Non bukan teman biasa."

"Kok tamunya disuruh masak sih Bi?" suara itu menginterupsi kegiatan Ara dan Bi Sarin.

"Nyonya..."

"Pagi Tante." Sapa Ara sopan disertai senyuman manis.

Urusan mentreat orang tua, Ara jago sih, bersikap baik dan sopan di depan mereka. Karena itu bassic manner yang diajarkan oleh orang tuanya.

"Pagi, siapa ini?" tanya Luna ramah, senyumnya manis.

"Ara Tante," jawab Ara

"Pacarnya Kaisar?"

"Bukan, temennya aja tante," ralat Ara

"Bi Sari tolong taman belakang masih ada yang belum disiram bunga-bunganya."

"Baik nyonya, non Ara saya tinggal dulu ya?" pamit Bi Sari

"Iya Bi."

"Masa sih teman aja?" Luna kembali mencari validasi, "Kamu kemarin juga datang kan ke acara tante? Udah pasti bukan teman biasa, lagi dekat ya?"

"Eh... temen aja kok tante."

"Temen doang masa dimasakin dan ke rumah pagi-pagi?"

Ara hanya tersenyum, habisnya bingung harus menjawab apa. Hubungan dia dan Kaisar kan benar hanya teman, jadi biarkan saja.

"Saya pengen tau banget ya?" tanya Luna dengan kekehan kecil, "Apapun hubungan kalian pasti baik kan?"

"Enggak kok tante, Ara sama Kai cuman teman dan hubungan kita baik." Ara tersenyum simpul, "Jenis kelamin bayinya apa tante?"

"Lebih dari teman gapapa. Kalau hasil USG sih cowok Ra."

"Nanti jadi temannya Kai ya?"

"Semoga." Luna tersenyum penuh arti, "Kamu bisa masak Ra?"

"Cuman suka aja sih, jadi ya bisa tante, tapi perlu banyak belajar juga."

"Ajarin tante mau gak? Masak bareng gitu?"

"Emm... bol--"

"Gaboleh!" suara tegas itu membuat Ara dan Luna menoleh, Kaisar ada diambang pintu.

"Kalau mau belajar masak cari sama guru masak gak usah temen gue."

"Aaah... iya maaf ya Kai, Mama kan cuman pengin kenal sama teman kamu aja, pengin deket."

"Siapa yang lo panggil Mama?" Kaisar berdecih, namun satu genggaman tangan Ara mampu membuat emosinya mereda.

Kaisar melirih ke arah tangannya, Ara mengelus pelan seolah memberikan afeksi agar Kaisar tidak lepas kendali.

"Ara boleh tante cobain masakannya?" pinta Luma

"Gaboleh!" Lagi-lagi Kaisar menjawabnya, "Dia masak buat gue, kalau mau lo beli kek atau masak sendiri."

Tak lama dari sana Luna meninggalkan Kaisar dan Ara karena ada telepon berbunyi. Kaisar menyenderkan tubuhnya ke sebuah lemari disana, menatap ke arah Ara yang masih sibuk memasak bagian akhirnya.

"Diajak ngobrol apa aja tadi sama nenek sihir itu?"

"Gaboleh gitu Kaisar."

"Boleh."

"Ini Ara masak banyak kasih aja ya dikit?"

"Enggak, gue bakal makan semuanya."

"Gak akan abis Kaisar..."

"Lo kan masak buat gue bukan buat nenek sihir."

"Gak boleh pelit, dibagi, lagi hamil nanti adek kamu ileran mau?"

"Emang ngaruh begitu?"

"Anggap aja ngaruh."

"Cih, dia tuh..."

"Kai, nanti Ara masakin lagi, jadi dibagi ya?"

"Huh..." Kaisar kemudian berjalan ke arah Ara, jarak mereka sangat dekat.

Jadi posisinya seperti ini. Ara yang memasak dan Kaisar berdiri di belakang Ara, kepala Kaisar ditaruh di bahu kanan Ara. Debaran jantung Ara berdebar sangat cepat, dia bisa mencium wangi rambut Kaisar meskipun di depannya ada aroma makanan yang dia masak.

Tapi, wangi rambut Kaisar memabukan, Ara menyukainya. Sebelum wangi itu memudar karena Kaisar menjauh dari tempat Ara sekarang, duduk di meja makan disana.

"Yaudah, karena gue gak mau bayi itu ileran."

"Kaisar..."

"Ya?"

"Kalau Ara..." Ara terdiam sejenak

"Kalau lo apa?" tanya Kaisar

"Nevermind."

Ara tadinya ingin bertanya, tapi dia urungkan takut hubungan mereka menjadi canggung setelah ini.

"Oh oke..." Kaisar mengangguk krcil, meskipun Ara tidak bisa melihatnya, "Ra?"

"Hmm..."

"Parfume lo wangi banget, gue suka wanginya."

"Oh ini merek..."

"Bukan wangi karena parfumenya, tapi wangi karena lo yang pake."

Deg! Gak bisa kalau begini.

Fix Ara sudah jatuh tanpa tau kapan awalnya.

***

Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Kaisar

Gimana sudah mulai gemas dengan Ara dan Kaisar?

Kalau ditanya kenapa Kaisar bucin banget Radea? Karena dulu belum ada Ara dan terbiasa dengan Radea di hidupnya! Ups😬🤟

Bonus Special Valentine :

***

Spam komen disini

***

Jangan lupa follow instagram :

Asriaci13

Seputarkaisar

Zhixinjiwakaisar

AzraOrianna

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top