Bagian Dua Puluh Lima | Negosiasi

Selamat malam rakyatku!!

Gimana kabarnya sehat?

Lagi ngapain nichh...

Selamat berpusing-pusing ria menentukan kapal yang akan ditumpangi semoga tidak oleng hahaha

Jangan lupa untuk memberikan vote

Jangan lupa memberi komentar di tiap paragraf

Selamat membaca cerita Kaisar:YOUniverse

Enjoy teman-teman :)

***

Now Playing | Charlie Puth - If You Leave Me Now

Bagian Dua Puluh Lima

Kita perlu melepaskan terlebih dahulu untuk menyadari seberapa besar rasa sayang kita untuknya.

***

Dua hari sebelumnya...

Kaisar dan Radea berada di rooftop rumah Radea, dengan panggangan barbeque, minuman soda dan juga tenda yang mereka bangun. Mereka sering melakukan ini ketika ingin quality-time tetapi malas untuk pergi keluar rumah.

Mereka tengah menonton film princess, sebenarnya itu film entah keberapa kali Kaisar tonton, dia bahkan sudah hapal diluar kepala adegan demi adegannya. Jangan salah paham, Kaisar tak menyukai disney-disney princess tapi Radea sangat bucin dengan princess-princess itu.

Itulah latar belakang mengapa Kaisar memanggil Radea sebagai princess dirinya di dunia nyata.

Omong-omong soal Princess, Kaisar jadi teringat Ara pernah membawakannya bekal dengan kotak makan bergambar princess juga.

Apa gadis itu juga menyukai princess? Entahlah, mungkin iya. Bukan hal aneh jika kaum hawa menyukai disney, karena sungguh love storynya yang akan membuat mereka berkhayal mendapatkan pangeran tampan dan juga kaya raya di dunia nyata.

Radea menyenderkan badannya di dada Kaisar, sehingga Kaisar bisa mencium aroma sampo Radea dengan jelas.

"Kai..."

"Hm..."

"Ara manis ya," ujar Radea

"Hm... ya, manis and she's nice."

Mendengar jawaban Kaisar barusan, Radea terkekeh pelan. Dia membenarkan duduknya karena mendapati Snow kucingnya berjalan ke arahnya. Radea mengelus badan Snow dengn lembut, menciumnya terus menerus gemas.

Dia menyukai Snow White, sehingga menamai kucingnya dengan Snow. Radea dan Kaisar mengadopsi dua kucing, satu bersama Radea dan satunya bersama Kaisar. Awalnya Radea merengek meminta kucing Kaisar dinamai Ferdinand, sesuai dengan nama Pangeran di film Snow White.

Tapi, Kaisar menolaknya mentah-mentah. Nama kucingnya akan menjadi aneh. Akhirnya kucing yang dirawat Kaisar bernama Dash. Tak ada makna khusus, Kaisar hanya menyukai nama itu.

"Lo gak bawa Dash ya? Padahal Dash pasti kangen sama Snow. Dasar lo jadi bapak jahat banget sama anaknya," omel Radea

"Siapa yang suka bawa ke dokter buat dikasih vitamin, beliin makan itu dua anak bulu saat lo pergi?"

"Ya itukan tugas lo sebagai bapak."

"Iyalah, terserah lo."

Kemudian Snow turun dari pangkuan Radea, menyisakan Kaisar dengan Radea kembali berdua.

"Mau ngobrolin yang tadi di kafe gak?" tawar Radea

Kaisar menaikkan sebelah alisnya kemudian mengangguk, "Boleh."

"Tapi tamatin filmnya dulu ya, 15 menit lagi."

"Lo gak bosen apa sama filmnya?"

"Never."

"Kalau sama gue bosen ya?"

Radea hanya terkekeh dengan rajukan Kaisar, "Gak akan pernah bosen Kai, gue sama lo. Tenang aja, kayanya kita dikutuk untuk selalu bersama di dunia ini."

Mereka terhanyut dengan filmnya sampai film itu sudah mencapai bagian credit. Radea segera mematikan layar proyektornya. Iya, mereka seniat itu membawa infocus ke rooftop hanya untuk menonton film.

"Oke, waktunya ngobrolin yang berat-berat," ajak Radea, "Kita pake cara lama ya?"

"Call." Kaisar menyetujuinya.

Cara lama itu adalah mereka saling mengajukan pertanyaan dan harus dijawab dengan jujur oleh masing-masing. Tidak boleh ada yang ditutupi sama sekali.

"Gue duluan," ujar Radea dan Kaisar hanya mengangguk, "Lo gak nganggep Ara sebagai pengganti gue, kan?"

Baru pertanyaan awal, Radea sudah menunjukkan taringnya. Bertanya pertanyaan sensitif. Kaisar mengelus lembut rambut Radea dia menggeleng.

"Enggak," jawabnya yakin, "lo sama dia beda Dite, dan gue gak pernah anggap lo itu dia begitupula sebaliknya. Ara ya Ara, lo ya lo."

"Giliran lo."

"Lo masih sayang sama gue?"

"Curang!" Radea kesal dengan pertanyaan Kaisar.

"Well, jawab yang jujur princess, peraturan tetap peraturan."

"Hmm... ya, gue masih sayang sama lo."

"Lalu kenapa lo memberi kesempatan orang lain untuk masuk ke hidup lo?" tanya Kaisar

"Wait, giliran gue," protes Radea, "Gimana pandangan Ara di mata lo?"

"Pertanyaan lo tentang Ara terus ya? Lo mikir gue suka sama dia, kan?" pertanyaan Kaisar tak dijawab, Radea hanya menaikan bahunya, "Awalnya gue tuh salah nilai dia, dia pendiem banget dan tipe yang jaga jarak sama orang yang gak dia kenal. Kita sempet salah persepsi satu sama lain, kemudian gue ketemu dia di rumah sakit dan kita saling mengenal satu sama lain. Dia polos, baik dan entahlah terkesan blak-blakan. Dia bisa bilang enggak kalau gak mau dan dia selalu penuh kejutan." Kaisar tersenyum saat menceritakan sosok Ara dimatanya.

"Gue enggak bermaksud melihat dia sebagai lo Dit, kalian jelas berbeda. Tapi, gue ngerasa meskipun dunia gue dengan Ara berbeda ada hal yang membuat gue nyaman berada disekitar dia. Gue mendekati dia gak dalam maksud apapun, gue pure berteman sama dia. Dimata gue dia itu karakter baru, dia gak pernah bisa gue tebak, saat gue ngerasa udah bisa mengenal dia, dia memberikan jawaban lain."

Radea paham, gadis itu mengangguk dan mengelus wajah Kaisar setiap inci. Dia senang, benar, Kaisarnya tak lagi berganti hanya padanya saja. Dia sudah memiliki ketertarikan terhadap Ara, namun egonya cukup tinggi dengan menganggap bahwa dia masih menjadikan Radea sebagai pusatnya.

Mungkin, rasa untuk Ara masih begitu samar karena terhalangi oleh rasa cintanya untuk Radea.

"Jawab pertanyaan gue, kenapa lo kasih celah untuk Rangga masuk Dite?"

"Karena dia ganteng," ujar Radea, "dia gentleman, dia bahkan langsung kasih tau maksud dia deketin aku untuk apa. Menarik, bukan?"

Ah, rasanya Radea tersentuh saat pertama kali Rangga mengatakan maksud dan tujuannya mendekati Radea. Pemuda itu memang berniat mendekatinya bukan hanya sekadar teman melainkan lebih daripada teman.

Terladang saat kita melihat seseorang yang menyita seluruh atensi, ada kalanya kita langsung berpikir bahwa seseorang itu memang tidak cocok jika hanya dijadikan teman biasa. Ada rasa yang tak seharusnya ada jika hanya menjadi teman.

"My turn," ujar Radea, "Lets be happy together," ajak Radea, "menjadi pacarku atau enggak, ayo kita sama-sama bahagia. Kita udah terlalu banyak ngelakuin banyak hal bersama, di hidup lo perlu orang lain untuk membuat warna baru. Ketakutan lo  itu cuman kehilangan gue dari pandang lo Kaisar, tapi meski lo punya pacar lo gak akan kehilangan gue dari sisi lo, gue tetap sahabat lo, teman lo, tetangga lo, orang tua dari Snow dan Dash. Right?"

Bukan maksud Radea untuk mendorong Kaisar sejauh mungkin dari hidupnya. Tapi, dia tak ingin Kaisar terobsesi pada dirinya dan hanya menganggap bahwa Radea satu-satunya orang yang mengerti dan paham. Dia takut mengecewakan Kaisar dan dia nuga takut jika dirinya semakin ketergantungan pada Kaisar.

Karena berharap berlebihan pada manusia akan selalu dikecewakan nantinya.

"Tapi Dit... I love you, dan lo tau sesayang apa gue sama lo..."

"Gini deh, gue negosiasi."

"Negosiasi apa?"

"Gue kan besok pulang lagi ke Jerman," ujar Radea dan Kaisar mengangguk paham, pemuda itu masih menatap lekat sorot wajah Radea, tak hilang pandangannya barang sedikitpun, "Empat bulan lagi  gue disana, dan kalau pada akhirnya setelah gue kembali lo emang masih sayang sama gue dan gue masih tetep sayang sama lo, ayo balikan."

"Oke." Kaisar tak banyak berpikir langsung mengiyakan permintaan Radea barusan.

"Dengan satu syarat," sambung Radea

"Apa?"

"Lo harus kasih kesempatan pada siapapun cewek, belajar mencintai orang itu. Kalau dirasa hati lo masih untuk gue, fine, gue akan kembali sama lo begitupula dengan gue. Adil, kan?"

"Itu akan memberikan harapan palsu Dite, dan gue gak mau."

"No, karena lo pasti tau saat lo memutuskan untuk membuka hati untuk orang itu, artinya hati lo perlahan udah menjadi miliknya, gue benar kan?" Radea terkekeh, "Kita mencari cinta yang baru Kai, kita akan kembali kalau kita emang ditakdirin bersama."

"Oke."

Radea akhirnya tersenyum mendapatkan jawaban final Kaisar barusan, dia tak lagi keras kepala.

"Dit..."

"Hm..."

"Maybe, for last time..." Kaisar berusaha mengikis jarak antara dirinya dan juga Radea, embusan napas Radea bisa terasa di kulitnya, "Can I?" tanya Kaisar dengan suara rendah, Radea mengangguk sebagai persetujuan sebelum matanya tertutup dan sentuhan bibir kenyal menyentuh bibirnya.

Tak ada pergerakan, bibir mereka hanya menempel, sebelum Kaisar sedikit menggerakan bibirnya, melumat dengan lembut dan perlahan. Ini mungkin terakhir kalinya, sebelum dia akan melepaskan Radea dengan orang baru.

Bibir dengan rasa cherry itu sangat memabukan, masih terasa manis sama seperti dulu.

Bibir mereka terlepas dan Kaisar segera mengecup dahi Radea lumayan lama, dia memejamkan matanya. Memberikan afeksi khusus untuk gadis itu, memberitahunya bahwa dia sangat mencintai dan juga menyayanginya.

"Gue sayang lo Dit..."

***

Azra Orianna

Hei
Soryy baru bales

Say Hi for Dash
fyi, gue suka kucing :)

Lucu banget!!!!!!
Mau ketemu

Sama siapa ketemunya?

Sama Dash :)
Kenalin

Sama Papanya Dash gamau?

Kalau ketemu Dash pasti ketemu papanya juga gak sih :)

Ya juga hahaha
Okay, nanti aku bawa Dash pas kita main

Oke, gimana pengukuhannya?

Cape

Take a rest Kai, tidur aja cuman mandi dulu

okay...

jangan lupa nanti kabarin kalau bangun

buat?

just in case Kai gapapa sih
dan mau liat Dash :)

Hahaha okay
Gue istirahat ya?
Have a nice day Ra

You too

***

Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Kaisar : YOUniverse

Mari setelah ini kita akan masuk ke bagian inti cerita antara Ara dan Kaisar juga tentang tujuan Kaisar :)

Jadi kalian tim oleng apa tim tetap pada tujuan

Siapa yang cocok untuk Ara :

1. Kaisar

2. Erdo

3.

Siapa yang cocok untuk Kaisar

1. Radea

2. Ara

3.

Siapa yang cocok untuk Radea

1. Rangga

2. Kaisar

***

Jangan lupa spam komen apapun disini!

Komen 8000 untuk lanjut

***

Jangan lupa follow instagram :

Asriaci13

Seputarkaisar

Zhixinjiwakaisar

Radeaprodhite

Azraorianna

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top