Bagian 9 | Luka yang lain
Now Playing | Shawn Mendes - Because I Had You
Helloww bagaimana kabarnyaaa?
Kalian baca cerita ini sambil ngapain? Jongkok, rebahan, berdiri, kayang, salto, tengkurep, melayang?
Tekan dulu tombol bintang dong sebagai dukungan🤗
Jangan lupa spam komen di setiap paragraf.
1500 komen??? Yups ayo gass
***
Selamat Membaca Cerita Kaisar
Bagian Sembilan
Manusia itu ketika diberi kepercayaan berlebih selalu berkhianat. Memang paling benar percaya diri sendiri saja, agar tidak merasakan sakit ketika dikhianati.
***
Pernah gak sih merasa bahwa hidup itu tidak adil?
Inilah yang sudah Kaisar rasakan selama tiga tahun belakangan ini, setelah Ibunya harus berobat ke rumah sakit karena penyakit yang di deritanya dan dia yang mengetahui perselingkuhan Ayahnya.
Saat dia baru memasuki SMA itulah masa-masa tersulit Kaisar, dia berontak dan menjadi anak yang susah diatur. Kaisar bahkan pergi minum-minuman beralkohol bersama dengan kakak kelasnya saat itu. Kalau saja tidak ada Radea, sudah dipastikan Kaisar akan memiliki kehidupan yang hancur dan masa depan yang tidak jelas.
Radea sangat sabar menghadapinya, meskipun dia akan sangat marah ketika Kaisar datang ke rumahnya dengan muka babak belur, gadis itu akan tetap mengobati setiap luka Kaisar. Kemana pun dia pergi, tempat kembalinya selalu Radea.
Gadis itu memiliki peran yang sangat penting di hidupnya.
Kaisar mengambil kunci mobil dan segera turun dari kamarnya. Sialnya adalah dia bertemu dengan Ayah dan juga simpanannya itu.
"Kaisar, kasih salam sama Mama Luna," ujar Pria berperawakan masih bugar, meski di usianya yang tak lagi mura garis wajahnya tetap tegas dan memperlihatkan bahwa selagi muda dia sangat tampan.
Meski sudah lumayan berumur, tetap berkarisma.
Seringai kecil di bibir Kaisar tercetak begitu jelas, sorot matanya mendelik kesal sirat akan kebencian yang mendalam. Kaisar tak menggubrisnya sama sekali, dia lebih memilih melangkahkan kaki keluar dari rumah itu.
"Zhixin!"
Panggilan itu sudah serupa bentakan, Kaisar menghentakkan kakinya dia ingin memberitahu secara lugas bahwa dia tengah kesal kali ini. Dia menoleh, sebentar.
"Hai Tante."
"Kaisar, Luna sudah jadi Mamamu dan sebentar lagi kamu akan punya adik, jadi dibiasakan panggil Mama." Ayahnya memberi nasehat, tapi Kaisar tetap tak mengindahkannya sama sekali.
Sedikit tentang Luna, pelakor yang berhasil menjadi istri kedua ayahnya. Dulu saat masih duduk di kursi menengah pertama Kaisar sangat dekat sekali dengan Luna, dia adalah guru les private Kaisar. Bahkan, Kaisar menganggap Luna sebagai kakaknya sendiri, tapi dia tidak tahu karena hal itu Luna dan Ayahnya menjalin sebuah hubungan.
Kaisar masih sangat ingat memergoki keduanya tengah make out di kamar tamu, malam itu memang Luna menginap karena hujan deras dan tidak bisa pulang. Kaisar saat itu ingin mengangarkan susu coklat hangat untuk Luna dan malah menemukan itu.
Bodohnya mereka adalah tidak mengunci pintunya. Sialan, mata suci Kaisar ternodai.
Semenjak saat itu dia benar-benar membenci Luna dan Ayahnya, apalagi setelah mengetahui Ibunya pun mengetahui perselingkuhan itu. Penyebab ibunya sakit karena memikirkan hal-hal menyakitkan ini.
Sampai kapanpun dia tak akan memaafkan keduanya. Sangat menjijikan berdamai dengan pengkhianat dan penggoda.
"Saya cuman punya satu Ibu, gak akan bisa diganti sampai kapanpun," tegas Kaisar, "apalagi orang seperti dia." Tunjuknya ke arah Luna, "saya gak sudi."
"Zhixin! Jaga bicara kamu!"
"Mas... udah gapapa, Kaisar masih belum terbiasa, Luna gapapa kok..." Wanita ular itu mencoba menenangkan Ayahnya, dan Kaisar hanya menatap jengkel. Kesal.
Bisa-bisanya Ayahnya tertipu oleh manusia ular ini. Padahal dulu Ayahnya adalah role model Kaisar. Dia ingin seperti Ayahnya yang sangat sayang dengan keluarga, nyatanya hal itu tak bertahan lama.
"Kaisar kita makan malam sama-sama yuk? Tante mau masak kesukaan Kai malam ini." Luna bangkit berdiri menghampiri Kaisar, berusaha meraih lengan Kaisar namun sebelum berhasil menyentuhkan Kaisar sudah lebih dulu menepisnya.
"Jangan pegang-pegang gue pake tangan kotor lo!"
Perkataan Kaisar barusan sangat membuat perasaan Luna sakit, apalagi dia tengah hamil. Orang hamil memiliki perasaan yang sensitif. Ini bukan pertama kalinya Kaisar menolak kehadirannya, sudah tiga tahun tapi Kaisar tak pernah bersikap baik. Sekeras apapun usaha Luna untuk memperbaikinya.
"Zhixin! Papa gak pernah ya ngajarin kamu buat kurang ajar seperti itu!" bentak Papanya yang langsung meramgkul selingkuhannya itu.
Sudah gila sepertinya, Dunia. Bagaimana Papanya terang-terangan membela selingkuhan daripada anaknya sendiri.
"Jelas, Papa kan gak pernah ada untuk saya. Papa gak ngajarin apa-apa, kan?" Kaisar menyeringai, "Eh ada..." sambung Kaisar, "Papa ngajarin Kai buat mengkhianati orang yang tulus sayang sama kita, tapi papa tenanh aka Kai gak akan pernah melakukan hal itu, Kai gak akan sebodoh papa dengan tergoda wanita lain disaat wanita yang menemani dari nol terbaring di rumah sakit."
Setelah mengatakan kalimat panjang itu, Kaisar memutuskan untuk keluar dari rumah. Mengendari mobilnya dan pergi entah kemana, yang jelas untuk saat ini dia harus keluar dari rumah itu.
"Sialan!" maki Kaisar meniju stirnya.
Alasan Kaisar masih bertahan di rumah itu ya karena Mamanya. Katanya, Kaisar harus tetap disana karena harus ada orang tua yang mengawasi.
Mobil Kaisar berlaru mengitari sudut malam kota Jakarta, dia mengendarai mobilnya mobilnya dengan kecepatan penuh. Sampai karena pikirannya terdistract banyak hal, mobilnya tak sengaja menabrak trotoar jalan.
Karena tindakan ceroboh Kaisar dia harus berakhir di kantor polisi. Di interogasi banyak hal mengenai kecelakaan kecil di jalan raya tersebut. Meskipun surat-surat yang dimiliki Kaisar lengkap dan dia mau mengganti rugi atas kejadian yang terjadi. Tetap saja, itu tidak memudahkannya untuk segera keluar dari kantor polisi ini.
"Kamu masih sekolah, kan?" tanya Polisi yang bertugas untuk mengingerogasi Kaisar.
Sebelumnya Kaisar dimintai tes urine terlebih dahulu, di cek apakah dia menyetir dalam keadaan mabuk atau memang mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
Kaisar mengangguk.
"Telepon wali kamu untuk menjemput kamu disini."
Wali? Bukan band yang lagunya cari jodoh, kan? Oh, jelas bukan. Tapi, masalahnya Kaisar harus menelpon siapa, dia tidak mungkin menelpon ayahnya untuk datang ke kantor polisi.
Dulu jika dia melakukan ulah Radea selalu datang dengan Ibunya untuk membantunya, membuat orang tua Radea senagai walinya. Tapi, sekarang sudah tak ada lagi.
"Pak, saya kan sudah mengganti rugi dan juga surat-surat saya lengkap, kenapa harus dipersulit?" Kaisar merasa tak terima dengan hal itu.
"Saya ingin berbicara dengan wali kamu."
"Ayah saya kerja di luar kota dan Ibu saya di rumah sakit, gak ada yang bisa datang kesini," bohong Kaisar, meskipun pernyataan kedua itu bukan kebohongan melainkan fakta.
"Om? Tante?"
"Gak ada."
"Ya sudah telepon Ayah kamu, pasti malem ini sudah beristirahat bukan?"
Kaisar diam saja, menyebalkan polisi satu ini, ingin Kaisar getok saja kepalanya.
"Pak, saya bayar lebih aja boleh? Supaya bapak gak ribet juga. Bapak mau berapa deh?"
"Dasar anak kurang ajar, kamu ini ceritanya lagi nyogok saya?"
"Biasanya kan gitu."
"Saya bukan polisi biasanya!" Tegak polisi tersebut, "Pokoknya kalau kamu gak ada wali yang menjamin, terpaksa kamu harus tidur disini malam ini."
***
Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Kaisar
Rate seberapa sayang kalian sama Kaisar disini
Spam komen satu kata mengenai cerita ini, apapun.
Jangan lupa follow instagram :
Asriaci13
Zhixinjiwakaisar
Azraorianna
Alesdairabilerdo
Radeaprhodite
***
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top