Bagian 4 | Bukan Sekedar Opini

Now Playing | Young Kaiju - Denial

Selamat Hari Minggu

Challenge buat komen di setiap paragraf

Jangan lupa untuk vote juga

Selamat membaca cerita Kaisar

Bagian Empat | Bukan Sekedar Opini

Ternyata bukan salah permikiran orang lain menilaimu seperti itu, karena setelah aku membuktikannya sendiri ternyata kamu sesuai dengan perspektif orang-orang. Sombong.

***

OSPEK Universitas Day 2

Hari ini adalah hari terakhir ospek Universitas. Ada yang cukup berbeda dari Kaisar, pemuda itu tidak datang dengan mobil sportnya, penampilannya pun terbilang rapi dan rambutnya dipotong rapi. Hanya saja yang tak berubah dari pemuda itu adalah selalu menjawab pertanyaan dari panitia sampai semua orang sudah hapal siapa yang akan maju.

Meski begitu bukan berarti dia tidak memberikan kesempatan yang lain untuk berbicara dan menjawab, tapi ketika semua diam sudah dipastikan bahwa Kaisar yang akan berbicara.

"Ra... Kaisar jomlo tau," bisik Caca, "aduh kalau jomlo gini enak buat di haluin belum ada pawangnya." Binar mata Caca sangat terlihat bahwa gadis itu sangat mengagumi sosok Kaisar.

Ara mengakuinya. Kaisar memang baik, entah itu sifat aslinya atau hanya cari perhatian saja. Kaisar selalu tersenyum kepada semua orang, dia juga menjawab semua orang yang bertanya kepadanya bahkan tak jarang Kaisar ikut tertawa dengan jokes-jokes mereka, yang menurut Ara tak lucu sama sekali.

Tetapi entah mengapa Ara sama sekali tidak tertarik dengan gemerlapnya kehidupan Kaisar.

Kaisar juga mendapatkan banyak sekali surat kagum dari mahasiswa baru dan dia terlihat senang.

"Terus urusannya kalau dia jomlo kenapa? Emangnya dia mau sama lo?" respons Ara tak bermina, bahkan gadis itu enggan melihat ke arah Kaisar.

Caca menyenggol Ara, dia memaksa Ara untuk memperhatikan Kaisar yang tengah duduk tak jauh dari tempat mreka. Sekarang waktu istirahat dan Kaisar duduk disana bersama dengan mentor mereka dan mentor kelompok lain.

"Ya bener sih, tapi kan seenggaknya kita punya kesempatan gitu loh..."

"Ca, bisa aja selesai ospek ini Kaisar akan pura-pura gak kenal sama kita."

"Kok lo negatif thinking banget," omel Caca

"Siapa yang tau, banyak kemungkinan."

"Kalau dia lupa gue tinggal ingetin aja lagi."

"Terserah."

"Tapi liat dulu Kai Raaaa, perhatiin."

Karena permintaan yang seperti paksaan dari Caca kini Ara memperhatikan Kaisar, daripada mendengar kecerewetan gadis itu yang bertambah berkali-kali lipat.

Di mata Ara, Kaisar memiliki postur badan yang tinggi dan bagus untuk anak seusianya. Karena kini pemuda itu berdiri dari yang sebelumnya tengah duduk. Kaisar dari keluarga berada, tapi dia tetap baik kepada semua orang tidak pernah membeda-bedakannya, tipekal orang yang mudah disukai oleh orang banyak. Sepertinya Ara tau kenapa dia tidak menyukai atau tidak tertarik dengan kehidupan Kaisar, Ara tidak ingin repot ketika berkuliah.

Karena ketika berteman dengan orang yang terkenal di kampus, hidupnya pun akan menjadi sorotan dan dibicarakan banyak orang. Dia tidak mau. Dari dulu dia lebih menyukai kehidupan yang damai dan berjalan sesuai dengan keinginannya. Tidak perlu campur tangan orang lain, hanya melibatkan orang-orang terdekat saja.

Ara terhanyut dalam lamunanya ketika menatap Kaisar dan dia disadarkan ketika Kaisar berbalik menatapnya dan tersenyum ke arahnya.

Terciduk. Ara langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain, Caca yang melihat Ara yang canggung seperti sekarang malah menggodanya karena Kaisar tersenyum ke arah Ara.

"Dia kan emang suka senyum sama semuanya," bela Ara, dia merasa risi ketika digoda terus-menerus oleh Caca.

"Kok tau? Suka merhatiin ya diem-diem?" Caca tak mau berhenti dan menurut Ara itu benar-benar menyebalkan.

Ara mengabaikannya dan dia baru ingat harus memberikan Akash kunci motor. Dia membuka tasnya dan menghampiri Akash yang tengah bergerombol dengan banyak orang. Ini lebih baik daripada terus mendengar godaan Caca.

Kaisar tau, di kelompoknya hanya dengan gadis bernama Ara dia tidak pernah bertegur sapa sama sekali. Menurutnya gadis itu terlalu pendiam, namun Kaisar tau dia bukan pula tipe orang yang nerd. Dari sudut pandang Kaisar, Ara tipe gadis yang sombong, dia tidak pernah mau berbaur dengan orang lain bahkan dengan teman sekelompoknya. Gadis itu hanya berteman dengan Caca yang kebetulan satu jurusan dengannya.

Kini Kaisar disuguhkan dengan pemandangan Ara mengobrol dengan Akash meski tidak lama, Akash satu jurusan dengan Ara.

Sangat mudah mengambil opini bahwa dimata Kaisar, Ara hanya mau berteman dengan orang yang satu kasta dengannya. Itu benar-benar menjijikan menurut Kaisar, terlebih di era modern sekarang sudah tidak jaman menilai orang hanya dari status sosial mereka.

Meskipun banyak yang seperti itu, tetapi tidak terang-terangan seperti yang dilakukan oleh Ara sekarang.

"Lo kenal Ara?" tanya Kaisar kepada Doni

Doni menaikkan bahunya, "Gak bisa dibilang kenal, tapi dia gak asik orangnya. Cantik sih, tapi ya gitu pasif."

Kaisar mengqngguk mendengar opini Doni barusan. Bukan hanya dia yang berpikiran seperti itu.

Setelah waktu bebas mereka selesai, mereka diminta mencari pasangan untuk games. Ara langsung mengajak Caca untuk menjadi pasangannya. Tapi dengan mudahnya Caca membatalkan itu disaat Kaisar datang dan meminta Ara menjadi pasangannya.

Kaisar menarik Ara kesisi dan mereka saling berhadapan. Ara lebih pendek dari kelihatannya, membuat gadis itu harus sedikit mengadahkan kepalanya untuk berbicara dengan Kaisar dan tentu saja Kaisar juga harus sedikit menduduk ketika berbicara dengan Ara.

Sambil mendengarkan instruksi games yang diberitahu oleh panitia, Kaisar sengaja memanfaatkan hal itu untuk mengobrol dengan Ara agar pendapatnya mengenai Ara gadis yang sombong tidak salah.

"Lo kenal gue enggak?" tanya Kaisar

Ara mengangguk.

"Lo dari SMA mana Ra?"

Ara menyebutkan nama sekolahnya, lalu Kaisar mulai mengabsen nama-nama yang menurut Ara asing. Tapi kata Kaisar mereka semua satu sekolah dengan Ara. Ini benar-benar membosankan, Ara tidak menyukainya dan gadis itu dengan sengaja memperlihatkan raut tidak sukanya ke arah Kaisar.

"Kenapa lo gak suka gue Ra?"

Mendengar pertanyaan dari Kaisar barusan membuat Ara melotot. Namun sayangnya sebelum Ara sempat menjawab games itu harus dimulai. Masing-masing di antara mereka harus menempelkan tangannya di bahu masing-masing pasangan.

Gamesnya cukup sederhana, dimana mereka saling menatap satu sama lain dan yang berkedip lebih dulu dia kalah. Orang yang kalah harus mengabulkan satu permintaan atau melakukan perintah dari pasangan yang menang.

Ara menatap Kaisar, tatapan itu meskipun tajam namun tidak terlihat menakutkan. Ara berusaha untuk tidak berkedip dia tidak ingin kalah dari Kaisar. Dia tidak tahu kalau dia kalah apa permintaan atau perintah yang akan diberikan oleh Kaisar, mengingat sifatnya yang seperti itu. Terlalu menakutkan untuk dibayangkan.

Jika melihat dalam jarak sedekat ini, Ara cukup manis. Pipi chubbynya benar-benar menggemaskan, pipinya beraemu merah alami, meskipun kulitnya tidak selembut Radea. Namun terlihat jelas bahwa Ara merawat kulitnya dengan baik.

Omong-omong masalah Radea, gadis itu mengabari Kaisar bahwa dia sudah mendapatkan teman disana. Dia menceritakan banyak hal dan Kaisar senang jika Radea senang. Melihat senyumannya hanya di dalam layar saja membuat rasa rindu Kaisar bertambah dan perasaan itu tak pernah berubah.

Kaisar tersenyum ketik melihat air mata Ara yang sudah diujung. Sepertinya gadis itu sangat berusaha untuk menang. Akhirnya Kaisar dengan sengaja mengalah, dia berkedip.

Tindakan pertama Ara saat melihat Kaisar berkeip adalah menurunkan tangannya dari bahu Kaisar. Ara sangat yakin bahwa Kaisar sengaja mengalah. Terlihat dari senyumannya, dia tak suka. Seolah dirinya dianggap remeh oleh Kaisar, menyebalkan.

"Jadi apa permintaan atau perintah lo Ra?" tanya Kaisar dengan nada yang bersahabat, "Padahal kalau gue yang menang gue ingin mendengar jawaban dari pertanyaan gue sebelumnya."

Ara terdiam, dia menundukkan kepalanya. Tidak menjawab pertanyaan Kaisar barusan.

"Lo emang tipe pendiem atau lo gak nyaman deket sama gue?"

Ara ingin menjawab bahwa pernyataan kedua yang benar, aura dominan Kaisar membuat Ara sedikit terganggu. Dia tidak nyaman berada di dekat Kaisar. Kaisar seperti tau segala hal dan Ara mudah sekali ditebak. Hal ini membuatnya tampak bodoh di hadapan Kaisar.

"Ra..." Kaisar menepuk pelan pundak Ara, menyadarkan gadis itu dari lamunannya, "Gak baik loh ngelamun kaya gitu, terus ngediemin lawan bicara."

"Gue lagi mikir."

"Ini hanya games Ra, gak usah mikir terlalu ribet. Atau permintaan lo bangun seribu candi lagi?"

"Gue punya pertanyaan buat lo."

"Just ask."

"Why did you choose me to be your partner?"

Pertanyaan yang bagus. Kaisar membuat Ara untuk menatapnya lagi dan dia sengaja menatap Ara lebih intens dari sebelumnya agar Ara tidak nyaman. Terbukti tidak sampai tiga detik dia sudah memalingkan tatapannya ke arah lain.

"Kalau lagi ngobrol atau nanya itu ya liat si lawan bicaranya," ujar Kaisar

"Tinggal jawab aja sih, apa susahnya."

Ara masih tidak mau menatap ke arah Kaisar.

Sialan. Dia benar-benar membuat Ara mati kutu. Kaisar langsung tau kelmahannya, dia tak pernah suka ditatap seperti itu.

"Hargain orang yang ngomong, Ra..." satu tangan Kaisar menyentuh pipi Ara, sedikit memutarnya agar bisa menatap ke arahnya.

"Iya..iya..." akhirnya Ara mengalah dan menatap ke arah Kaisar.

"Senyum dong Ra, dari awal ketemu, gue gak pernah ngeliat lo senyum."

"Sebenarnya ini siapa yang menang?" ketus Ara, "jawab pertanyaan gue tadi."

"Alasannya karena cuman lo yang gak mau berbaur sama orang lain, terus lo keliatannya gak suka gue sampe bilang gue cari perhatian. Tapi, daripada gue beropini sendiri tanpa tau kebenarannya jadi gue ajak lo berpasangan di games."

"Terus?" Ara ingin tau kelanjutannya

"Ternyata bukan hanya opini gue atau teman-teman yang lain." Kaisar tersenyum, lalu dia sedikit mengikis jarak di antara mereka, sampai deru napas Ara bisa Kaisar rasakan di kulit wajahnya, pemuda itu kemudian berbisik, "Karena opini gue sesuai dengan kenyataannya. Lo gak bisa menghargai orang lain dan pilih-pilih teman. Inget Ra manusia itu mahluk sosial." Setelah Kaisar membisikkan kalimat yang cukup menusuk itu, Kaisar menepuk pundak Ara dan pergi meninggalkan Ara. Bergabung dengan teman-temannya.

Entah mengapa setelah mendengar perkataan Kaisar barusan membuat perasaan Ara sakit, ternyata teman-teman sekelompoknya menganggap Ara demikian. Padahal Ara sudah bersikap senormal dan sebaik mungkin. Inilah yang Ara tidak sukai dari kegiatan Ospek, karena akan memperlihatkan kelemahannya, dia tidak terlalu bisa mencari topik pembicaraan dengan orang yang baru saja dia kenal.

***

Terima Kasih sudah membaca cerita Kaisar

Absen dulu yang setia selalu membaca cerita ini!

Pasti banyak yang sifatnya kaya Ara, kalau belum kenal kaya orang sombong tapi pas udah kenal langsung bacot hahaha.

***

Jangan lupa follow instagram

Asriaci13

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top