Bagian 3 | Yang Terjadi Sebelumnya

Now Playing | Honne - No Song Without You

Aku suka banget lagu iniiiiii hihi

Selamat membaca cerita Kaisar

Jangan lupa komen di setiap paragraf

Bagian Tiga | Yang Terjadi Sebelumnya

Meski jawaban itu tidak membuatku puas, namun setidaknya untuk sementara waktu aku bisa menerima jawaban itu.

***

Ketika Kaisar dibawa oleh Adi ke ruang panitia, Kaisar bisa melihat banyak tas yang berserakan disana. Ada beberapa panitia yang ada di dalam ruangan juga, panitia-panitia yang tidak berjaga di lapangan. Adi meminta mereka untuk keluar terlebih dahulu, menyisakan Kaisar, Adi dan beberapa komdis di dalam ruangan.

Sepertinya Kaisar akan di eksekusi hari ini.

"Zhixin..." panggil Adi

"Kaisar aja kak," ralatnya

Adi menghela napasnya, "Iya... Kaisar, besok bisa dipotong rambutnya?" tanya Adi dengan nada tegas.

Seolah perkataan Adi barusan seperti ancaman, jika Kaisar tidak memotong rambutnya maka akan terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.

"Boleh kak," jawab Kaisar, "tapi sebelum itu kasih saya alasan dulu mengapa saya harus memotong rambut saya?"

Alasan lagi. Kebanyakan alasan sudah seperti cewek. Berusaha agar emosi tidak meluap.

"Bacot lo! Beraninya ngelawan terus!" tunjuk salah satu komdis ke arah Kaisar, namun Adi langsung menahannya. Karena jika terjadi kekerasan di Universitas maka permasalahan ini akan semakin rumit dan bisa saja semua panitia akan terkena dampaknya.

"Kaisar, kamu bisa liat bukan kalau semua mahasiswa baru mengikuti aturan dari kami para panitia? Kenapa kamu tidak mau melakukan hal yang sama? Bukannya hal ini sangat wajar saat masa orientasi?"

Kaisar menyunggingkan senyumnya dan mengangguk, dia juga tau bahwa hal yang seperti ini lumrah digunakan saat masa orientasi.

"Yang kakak bilang semua benar, semua aturan ini adalah hal yang biasa," imbuh Kaisar

"Nah bisa nyadar juga! Caper banget," celetuk salah satu panitia

"Pengen terkenal kak di hari pertama," sambung yang lainnya

"Biar langsung jadi hitzkampus kak," tambah yang lainnya.

"Mau nunjukin kak bahwa punya mobil bagus..."

Tak hentinya panitia saling bersahutan, rata-rata panitia cewek yang melakukan hal itu. Tapi, Kaisar mengabaikannya toh bukn itu tujuan utamanya melakukan hal ini.

"Kak, kampus hanya meminta kalian para panitia untuk mengenalkan bagaimana lingkungan kampus. Lalu apa ada kaitannya dengan diplontos dan menggunakan aksesoris aneh-aneh? Okelah, kalau menggunakan name tag, masuk diakal karena kalian bisa mengenal nama kita. Lalu bagaimana dengan papan dosa dibelakang punggung kita? Kalian pikir kalian siapa? Hanya panitia, kan? Mengapa kalian ingin kita mengikuti aturan kalian tapi kalian sendiri tak mengerti makna dari peraturan itu sendiri? Mengapa saya harus mengikuti kalian? Kasih saya alasan kuat mengapa saya harus melakukan hal yang seperti itu?"

Mendengar jawaban panjang Kaisaar barusan membuat Adi dan panitian lainnya berusaha menahan Amara, sebelum akhirnya Kaisar dikelilingi oleh komdis. Tak sedikit dari mereka yang mencela Kaisar, tidak diberi pelajaran sopan santun dan etika oleh orang tuanya, bahkan di tahap ini sudah mengeluarkan kata-kata kasar.

Kaisar masih diam dan berdiri di tempatnya tidak goyah barang sedikitpun. Dia menunggu instruksi selanjutnya atas apa yang harus dilakukan oleh Kaisar.

"Panggil mentornya kesini!"

Satu panitia berlari mencari mentor Kaisar, selang berapa lama Sofi ada disana dengan komdis yang tadi menjemputnya.

Mereka memarahi Sofi dan menyalahkan Sofi atas tindakan Kaisar yang menentang mereka. Jelas Kaisar harus buka suara saat itu, dia mengatakan untuk tidak melibatkan orang lain dan fokus dengan dirinya saja.

"Kak Sofi gak salah, dia udah ngasih tau sesuai peraturan yang dibuat oleh panitia. Hanya saja aku yang melakukan ini sendiri, jadi kak Sofi gak salah dalam hal ini," bela Kaisar

"Jelas dia salah! Bagaimana bisa satu orang lolos dalam pengawasannya, seharusnya kalau lo nggak mau di." Tunjuknya ke arah Sofi, "kena masalah, lo jangan buat masalah."

Gaya bahasanya sudah menggunakan lo-gue. Artinya mereka semua sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi.

"Mentor turun! Jangan berhenti sebelum ini orang minta maaf!" teriak Adi

Sofi turun dalam posisi untuk push up. Kaisar langsung membantu mentornya untuk bangun dan tidak ikut turun ketika diminta turun.

"Kenapa? Lo mau gantiin dia? Turun! Sepuluh seri!"

"Kenapa saya harus turun kak? Alasannya apa?"

"Gak usah banyak bacot sialan! Turutin aja!" bentak orang yang berada di belakang Kaisar.

"Maaf kak bukan maksud membangkang, saya gak mau melakukan sesuatu tanpa alasan. Bukannya hal itu akan sia-sia?"

Karena perkataan Kaisar barusan kini seluruh komdis sudah tirak bisa menahan emosinya lagi. Beberapa dari mereka sudah menggunakan kekerasan fisik, ada yang sengaja menoyor kepala Kaisar saat itu.

Kaki Adi sengaja menendang tulang kering Kaisar, sehingga pertahanan Kaisar runtuh dan kini dia berdiri dengan kedua lututnya di hadapan Adi. Bukan marah atau kesal atas tindakan itu justru Kaisar tersenyum kemenangan.

"Oh seperti ini ya..." Kaisar mengangguk seolah paham, "ketika ada orang yang tidak menurut dan bertanya untuk sebuah jawaban maka kalian semua akan menggunakan kekerasan fisik? Segitu gila hormatnya kalian? Di pikir kita boneka bisa dikendaliin gitu aja? Jangan jadikan kita alat pemuas kalian balas dendam, kalau kalian marah akan ospek kalian saat itu marah sama panitia yang mengadakan bukan malah melampiaskan ke orang baru!" Kaisar kembali berdiri, kali ini dia menatap satu persatu panitia yang ada di ralam ruangan.

Semuanya, tanpa terkecuali.

"Saya jadi ingin tau apa yang akan dilakukan lembaga jika merka tau panitianya melakukan kekerasan fisik kepada mahasiswa baru? Bukannya memberi contoh yang baik tapi malah melakukan tindakan yang kasar? Ini sudah tidak bisa dibilang dalam kegiatan mendisiplinkan. Selain itu saya bisa melaporkan kalian atas tindakan kalian ini, seperti yang sebelumnya saya dengar celotehan dari kakak panitia bahwa alasan saya membawa mobil karena ingin memperlihatkan status sosial saya. Benar saya terlahir dari keluarga yang berkecukupan."

Kaisar mencondongkan badannya ke arah Adi. Gestur tubuhnya seperti tengah merendahkan Adi, tentu itu tujuannya membuat panitia hilang kendali dan mempermalukan panitia dengan segala aturan konyolnya, terlebih lagi komdis sudah seperti dewanya. Memuakan.

"Banci!"

Kaisar menoleh ke arah cewek yang mengatainya banci barusan. Dia tadi cewek itu, namanya Santi Susanti, jurusan Akuntansi.

"Boleh ulang sekali lagi kak?"

"Banci!"

"Saya lebih terhormat dikatai banci daripada orang yang ngakunya berpendidikan tapi tanpa rasa bersalah melakukan tindakan kekerasan. Itu lebih hina bukan?"

Semua panitia bungkam, tak lagi membalas perkataan Kaisar sebelum akhirnya pintu terbuka. Ternyata ketua pelaksana dan wakil ketua pelaksana OSPEK masuk ke dalam ruangan, tapi itu belum finalnya karena presiden mahasiswa dan wakil presiden mahasiswa pun ikut terlibat dan masuk ke dalam ruangan.

Ketua pelaksana OSPEK meminta semua panitia keluar, dan kini menyisakan Kaisar dengan empat orang yang baru masuk tadi.

"Saya sudah mendengar desas-desus pokok permasalahannya, hanya saja saya ingin tau langsung dari sudut pandang kamu. Gak apa-apa kan Kaisar?"

Kaisar mengangguk.

"Sebelumnya kenalkan saya Adit yang diamanahi sebagai presiden mahasiswa dan wakil saya namanya Rangga, kalau ini ketua pelaksana sama wakil ketua pelaksana ospeknya Dindin sama Indah."

"Iya kak, nama saya Zhixin Jiwa Kaisar, jurusan hubungan Internasional." Kaisar ikut memperkenalkan diri lagi.

"Saya tau, kita satu jurusan," ujar Adit, "nah bisa dijelaskan Kai?"

"Sebelumnya saya memang sengaja melanggar aturan, tapi saya melakukan itu untuk mencari jawaban," ujar Kaisar

"Jawaban seperti apa?" tanya Adit

"Iya akan alasan dari aturan yang mereka buat. Seperti mengapa tidak boleh membawa kendaraan pribadi? Mengapa harus potong rambut? Memakai aksesoris aneh-aneh?"

"Maaf sebelumnya karena saya ketua pelaksananya," ujar Dindin, "mungkin alasan mengapa tidak boleh membawa kendaraan pribadi saat ospek agar semuanya rata, kita kumpulkan mereka dari pagi dan saling mengenal tanpa harus melihat apa yang mereka bawa atau kendarai. Menggunakan seragam tanpa atribut agar tidak mematok dari mana sekolah dia berasal. Meskipun akan ada sebagian orang yang mengenal, tapi saat kita menjadi mahasiswa berarti kita sudah siap melepaskan citra kita sebagai siswa SMA. Apakah itu jawaban yang memuaskan?"

Kaisar mengangguk, "Iya kak. Besok saya gak akan bawa kendaraan pribadi lagi."

"Nah kalau alasan kenapa harus cepak? Padahal panitia sendiri tidak melakukan itu karena kalian maba. Anggap saja rambut itu adalah kalian yang baru dilahirkan, saat menjadi mahasiswa kalian harus menjadi orang yang baru. Orang yang berintegritas dan memiliki wawasan luas, buang kebiasaan buruk saat kamu masih SMA. Biasanya potong rambut sering dikatakan buang sial, untuk memulai sesuatu yang baru bukan?"

Penjelasan Adit barusan membuat Kaisar tersenyum, ini yang dia cari. Meskipun jawabannya entah pembelaan atau bagaimana, tapi alasan itu bisa diterima olehnya.

Menjadi orang baru. Bukan alasan buruk.

"Kalau kamu tidak puas dengan jawaban itu dan dirasa kamu punya trobosan baru, kamu bisa ikut himpunan atau langsung ke BEM. Kalau dirasa ospek kita masih banyak kekurangan bisa kamu jadikan pelajaran, kan?" tanya Rangga, "kita gak anggap kamu pembangkang. Kamu hanya seorang yang tengah mencari banyaknya jawaban. Entah itu untuk apa dan menjadi apa, saya tau pasti untuk hal baik."

"Iya kak, terima kasih."

"Yaudah kamu balik lagi ke kelompok kamu, ikuti rangkaian ospeknya. Panitia sudah bekerja keras menyiapkan semuanya," titah Indah

"Iya kak."

***

"Katanya angkatan lo ada yang berani nentang panitianya? Kenal Ra?" tanya Erdo

Erdo sengaja menunggu Ara selesai OSPEK Universitas hari pertama untuk pulang bersama. Dia hari ini pun ada keperluan untuk menyiapkan ospek jurusan nanti.

"Kak Erdo ngapain ikutan bahas dia, langsung jadi trending topik tuh tadi di seluruh angkatan."

"Ara kenal dong?"

"Satu kelompok. Jatohnya caper sih kak, baru hari pertama loh. Maksud Ara tuh kalau dia gak suka sama rangkaian ospeknya kan bisa gak usah ikutan, kalau dia gak mau dipotong rambutnya kan bisa gak usah ikutan atau dia coseplay aja jadi cewek pake jilbab gitu loh kak. Gak harus kaya tadi, berasa superhero, kesel kak Ara."

Erdo terkekeh mendengar curhatan Ara barusan, jika berasama dia, gadis itu akan banyak bicara dan banyak bercerita. Tentu saja, mereka sudah menghabiskan banyak waktu sedari kecil. Tumbuh di lingkungan yang sama dan satu profesi membuat keduanya saling memahami satu sama lain.

"Kesel banget kayanya Ara sama dia. Yaudah hari ini ada tugas apa buat besok sekalian beli dan makan dulu."

"Gak ada tugas kak, berkat si Kaisar itu. Untunglah gak cuman nyusahin, tapi dia tuh suka nanya hal yang gak penting loh kak."

"Bagus dong jadi Ara bisa istirahat tanpa ngerjain tugas besok," ujar Erdo, "mau makan dulu?"

"Makan di rumah aja kak, Ara masakin. Beli bahannya aja. Ya enak gak enaklah, tapi dia kebanyakan capernya."

"Bisa aja bukan caper, maksud kakak tuh dia emang pengen cari jawaban. Emang dia ngapain aja?"

"Bawa mobil, seragam acak-acakan, rambut panjang gitu sih kak, terus gatau lagi bisa sampai semarah itu panitia yang lain, tapi dia senyum tanpa dosa. It sucks."

"Menyebalkan? Tapi dia bisa narik atensi lo udah kebilang hebat."

"Gimana engga, everyone talked about him. Terus kita satu kelompok."

"But usually you're not distracted."

"Stop talking about him. Ara hanya ingin semuanya selesai."

"Sehari lagi."

"Mmm, ya one more day."

"Eh iya Ra, kamu kelompok integrity 13, kan?"

"Yes."

"Bukain tas kakak Ra, disitu ada kunci motor."

Ara menurut dia membuat tas Erdo dan menemukan kunci motor. Setau Ara, Erdo gak pernah membawa motor bahkan dia tidak bisa mengendarai motor.

"Kunci motor siapa kak?"

"Kasiin ke Akash, dia satu kelompok kan sama kamu?"

"Hah? Kasih sendiri ah kak. Dia sebelas dua belas sama Kaisar."

"Ara..."

"Hm, kok kak Erdo bisa kenal?"

"Gak kenal sih cuman tau, dia satu kosan sama Regi beda kamar doang. Itu dari Regi. Lo kenal Regi kan?"

"Iya kenal, cowok yang masuk kedokteran hanya karena mimpi ujian terus pas jawab soal test bener. Masih dia kak? Ara kira udah gak sanggup."

"Telanjur kecebur Ra, kasiin ya."

"Ya udah."

"Makasih adikku..." Erdo mengelus lembut puncak rambut Ara dengan tangan sebelah kirinya.

***

Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Kaisar

Kira-kira di OSPEK kedua Kaisar bakalan botak atau enggak?

#Iya

#Engga

Di chapter selanjutnya bakalan ada interaksi Ara sama Kaisar. Kira-kira menurut kalian.

#Menyenangkan

#Menyebalkan

Dari pandangan kalian Erdo suka gak sama Ara

#Suka

#Engga

#Abu-abu

Oh iya aku udah putusin bakalan pake Roleplayer. Jadi nanti aku umumin RPnya. Sekarang lagi dipersiapkan dulu buat adminnya.

Nanti buat selanjutnya aku bakalan adain lapak diskusi, tapi karena sekarang belum masuk konflik jadi belum mulai.

Ada yang mau ditanyain?

***

Jangan lupa follow instagram

Asriaci13

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top