Kado Terindah

Minggu, 07 Juni 2015.

"Dhil."

"Hm?"

"Entar sweet seventeen lo pengen apa?"

"Enam belas tahun juga belom udah mikirin sweet seventeen. Emang lo mau apa?"

"Tujuh belas tahun..., gue harap gue bisa kenalan sama cowok itu."

--------*****----------

"Rinaaaaa!!!"

"HBD yaaa!"

"Ciiee tambah tua lo!"

"Traktirannya ditunggu, Rin!

Dan begitulah. Sedatangnya aku ke dalam kelas, ucapan-ucapan selamat pada teman sebangkuku datang berbondong-bondong. Aku tak bisa melakukan apapun. Toh, memang hari ini hari lahirnya.

Rina, jangan berpikir dia cewek populer di kelas. Dia cewek biasa saja di kelas. Tapi, karena memang solidaritas kelas kami yang bagus, jadi populer atau tidak, tidak berpengaruh.

"Dhila."

"Euy?"

Rupanya semua sudah kembali ke tempat duduk masing-masing. Meja kami kembali sepi seperti biasa. Aku melihat tumpukkan kado di atas meja kami. Ah, maksudku Rina. Ada tiga kado disana. Dan salah satunya pasti bukan dariku. Abaikan.

"Lo kok gak ngucapin apa-apa, sih? Kan ini hari ultah gue." Rina memasang muka muram. Namun, tentu itu tak akan membuahkan hasil.

"Emang sekarang lo berapa tahun?"

"16."

"Biar so sweet entar gue ngucapinnya pas lu umur tujuh belas aja, ye," ucapku sambil nyengir.

"Ah, lu jahat!"

"Biarin." Aku menjulurkan lidahku lalu segera mengeluarkan buku untuk pelajaran pertama.

"Eh, Dhil."

"Apa lagi?"

"Kira-kira doi tahu ulang tahun gue gak ya?"

Aku meletakkan bukuku di atas meja. Lalu menaruh daguku di atas pangkuan tangan. Mencoba menerawang. Dan aku menggeleng.

"Gimana bisa doi tahu? Kenal sama lo aja kagak." Dan bisa kulihat mukanya kembali ditekuk.

-----*****-----

Sepulang sekolah,

"Oke, guys. Semuanya udah siap, kan?"

"Beres!"

"Tamu spesial kita dimana?"

"Udah gue masukin ke dalam kardus."

"Bagus! Tunggu aba-aba gue nanti, sip?"

"Oke!"

------****-----

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru sekolah. Mencari sosok gadis dengan tinggi 154 cm itu. Aku rasa dia baru saja meninggalkan aula, tapi kenapa jejaknya sudah hilang? Sepanjang apa sih kakinya?

"Rina!"

"Apaan?"

Tunggu! Ada yang menyahut?

"Rin?"

"Di atas!"

Aku mendongakkan kepalaku. Ah, aku lupa sekolah ini punya lantai dua.

"Ngapain disana?"

"Ngekes. Biasa, Dhil."

"Ngekes, ngekes. Sekarang remedial fisika!"

Aku bisa melihat matanya membulat. Haha, kena lo!

"Beneran? Tungguin!"

"Iye, cepetan!"

Aku melenggang secara perlahan. Semakin ia semakin dekat, semakin cepat aku meninggalkannya.

"Dhila! Tungguin, ih!"

Oh, dia sampai!

"Cepetan makanya!" Aku mulai berlari kecil.

"Woy! Kenapa lari?" Dan kudengar dia juga berlari.

"Cepetan! Gue duluan ke kelas, ya!" Dan secepat mungkin aku meninggalkannya.

"Dhilaaa!! Tungguin gueee!!"

"Gue disini kokk!!" Aku bersembunyi di balik tihang.

Oke. Jarak tempatku dengan kelas tinggal beberapa meter sedangkan jarak dia denganku masih sekitar tiga puluh meter. Aku harus....

"Woy! Main tinggalin aja lo!"

"Astaga! Ngagetin aja lo!" Sejak kapan dia disini? Oh, dia cepat.

"Udahlah, katanya remedial. Yok ke kelas."

"Ya. Gue rasa gak perlu apa-apa lagi."

"Ha? Apaan?"

"Gak. Eh, pintunya ditutup. Hush!"

Aku mendekati pintu kelas yang tertutup lebih dulu. Mengintip dari lubang kunci. Oke, semua siap.

Tok Tok Tok

Aku melirik pada Rina. Meyakinkannya untuk masuk walau remedial sudah dimulai. Aku mencekal pergelangan tangannya. Membuka pintu kelas dan mendorongnya untuk memasuki kelas lebih dulu.

"Happy Birthday!!!"

Bersamaan dengannya yang langsung terbengong, tiupan terompet, serpihan kertas warna-warni dan balon berterbangan menghujani wilayah kelas kami, X IPA 3.

Teman-teman kami segera mengerubungi sang Ratu hari ini. Kembali ucapan-ucapan selamat bertebaran di kelas ini. Kado-kado berwanar-warni bertumpukkan di pojok kelas. Dan kado paling besar kini sudah ada di hadapannya.

"Gede banget. Apaan nih isinya?"

"Sesuatu. Sebelumnya, make a wish dulu, Rin." Erfi si wakil ketua kelas membawa kue tart ukuran sedang dengan lilin berbentuk angka enam belas menghiasinya.

"Terimakasih untuk semuanya." Rina memejamkan matanya untuk beberapa detik, lalu meniup lilin itu dalam sekali tarikan napas.

Aku menghampirinya lalu merangkulnya. "Gue harap keinginan lo terkabul, Rin."

"Thanks, Dhil."

"Oke. Buka kadonya!"

Dia membuka kadonya.

Aku harap ini jadi kado terindahnya.

Walaupun bukan di sweet seventeennya.

Dia sabahatku.

•••

"Happy bithday, my secret admirer."

"...." Rina terpaku, dan sedetik kemudian, "Dhilaaaaa!!!!"

•••

Kado itu berisi orang yang ia sukai. Namanya, Edi. Ya, kuharap itu menjadi kado terindahnya.

Selamat ulang tahun, sobat! Nikmati kadomu!

----------------------------End----------------------------

[1] Ngekes : istilah numpang wifi di sekolah kami.

--------------------------------------------------------------

Sebelumnya ini pernah dipost di akun NPC2301 ya dengan judul yang sama di buku "Song Fiction : Tarian Suka Cita"  tp karena orang yg dimaksud gk ngeh, jadi ku post ulang di akunku, wkwk..



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: