Kado Dari Tuhan
Malam itu adalah malam festival budaya di Konoha, semua orang tampak berbondong-bondong menuju pusat kota untuk bersenang-senang bersama keluarga. Tapi tidak dengan pemuda pirang yang baru saja keluar dari apartemennya.
Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu saat kedua orangtuanya masih ada dan hidup ditengah-tengahnya, banyak sekali orang yang mengaku sebagai teman, tapi dua tahun ini membuktikan bahwa tanpa orang tuanya pemuda itu hanya sendiri dikota ini.
Naruto Namikaze, sebut saja begitu, berjalan menyusuri berbagai sajian budaya dan pedagang yang berjejer rapi di setiap sisi jalan yang dilewatinya. Lampion-lampion tampak digantung indah diatas jalanan, lampu hias berkelap-kelip disetiap pepohonan juga bunyi tabuhan alat musik disetiap sudut jalan ini.
Sangat ramai.
Kembang api.
Kesepian.
Naruto.
.
.
.
Naruto melihat jam tangan yang melingkar ditangan kanannya. Sudah jam sembilan dan dirinya tidak sempat memakan apapun sejak sesorean tadi, perutnya sedikit terasa perih karena lapar. Ia pun menuju booth penjual ramen hendak memesan semangkuk untuk mengisi perutnya yang kosong itu.
Si pirang sedikit bergidik saat merasa seperti ada seseorang yang memerhatikannya. Kepala kuningnya bergerak kekanan kekiri mencari orang yang mungkin sedang melihat kearahnya.
Dingin.
Setelah dirasa tidak ada yang mencurigakan disekitarnya, Naruto berjalan kearah tempat duduk dari semen yang sedikit jauh dari keramaian, didepannya ada sebuah taman rumput yang melingkar memisahkan tempat sepi ini dan tengah keramaian ditengah jalan sana.
Mencium harum ramen yang akan disantapnya, dia sudah menyumpit mie kenyal itu ketika perasaan itu datang lagi, menyergap seperti serigala lapar yang memangsa korbannya.
Iris safirnya mendongak, tidak ada siapapun. Menoleh kekiri lalu kekanan, tidak ada yang dicurigainya. Menyeramkan, ini seperti mengintimidasi. Tapi tak ada siapapun yang tengah melihat kearahnya, adapun mereka sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Selesai menyantap ramen, si Namikaze membuang sampahnya kedalam tong tidak jauh dari sana.
Pemuda itu lalu menyalakan rokok setelah menegak habis sebotol air mineral.
Santai, ini antara dirinya dan asap rokok.
Naruto mengalihkan pandangannya kelangit, dia tersenyum samar mengingat dirinya masih sendiri di usianya yang sudah menginjak dua puluh lima tahun, bahkan seorang temanpun dia tidak punya.
Tatapan itu lagi.
Naruto menurunkan pandangannya hingga jatuh pada sesosok laki-laki berambut hitam dengan tatapan menusuk dingin dari manik mata sehitam arang. Begitu dingin, menusuk hingga terbayang sebuah lorong gelap tak berujung, pikir Naruto.
Pemuda bermata hitam itu masih menatap Naruto dengan tatapan tajamnya, dia melihat manik biru yang membiusnya. Merasakan kehangatan dari tatapan Naruto yang berpendar cerah layaknya cahaya matahari diatas pantai. Rambut pirang Naruto bergerak tertiup angin malam, berkilau diterpa cahaya bulan dan lampu taman yang sedikit temaram.
Memukau. Begitu pikir pemuda berambut hitam yang masih menatap Naruto dari kejauhan. Mereka hanya terhalang taman yang melingkar tadi. Naruto berdiri, melangkah perlahan hendak menghampiri pemuda bermata onyx diseberangnya, pandangan mereka terpaku, saling mengagumi dalam diam ditemani angin malam yang berdesir perlahan membelai tubuh mereka.
Waktu berhenti.
Benar-benar berhenti seketika saat Naruto mengambil langkah pertamanya. Pemuda berambut dan bermata hitam masih mematung disana. Pandangan mereka tidak teralihkan sama sekali seolah hanya ada mereka ditempat ini.
Melangkah lagi dengan perlahan, Naruto ingin tahu siapa pemuda yang sedang menatapnya itu. Kakinya terayun saat tidak sengaja dia menginjak sesuatu yang menimbulkan suara hingga kepalanya menoleh kebawah.
Hanya ranting.
Naruto melanjutkan langkahnya, dia mendongak melihat kembali ketempat dimana pemuda berambut dan bermata onyx tadi berada.
Tidak ada.
Hanya angin yang tertinggal disana, pemuda dengan tatapan dingin itu sudah tak ada ditempatnya tadi.
Kemana orang itu?
Naruto membatin. Padahal dia sangat berharap bisa menghampiri pemuda itu, berkenalan dan akhirnya bisa mendapatkan satu teman untuk menemaninya malam ini. Tapi pemuda itu sudah tidak ada.
•••
Kado Dari Tuhan
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Kategori : Oneshot
Pairing : Sasuke dan Naruto
Fandom : Naruto
Sub-tema : Around the World - Naruto Birthday
Rating : M
Warning : Yaoi, OOC, typo, Animal!Sasuke, Fantasy!AU, dlsb.
Summary: Naruto dipindahtugaskan kesebuah desa bernama Anatolia di Turki, saat ulang tahunnya dia dikirimi kado seekor anjing oleh tuhan.
#SasuNaruFanfictionEvent
#BirthdaySasuNaru2017
#OneshotSasuNaruIndonesia
Cerita ini tidak bermaksud untuk menjelekan pihak manapun, cerita ini dibuat untuk kesenangan belaka, mengikuti event dari pair favorit saya serta tidak untuk dikomersilkan.
Hari ini adalah minggu sore yang cerah di bulan Oktober, Naruto duduk di sebuah bangku taman kota. Melihat lurus kearah kumpulan anak kecil yang sedang bermain pasir. Perlahan senyumnya tersungging mengingat masa kecilnya yang ceria dan sekarang berubah suram karena sesuatu yang disebutnya dewasa.
Omong-omong tentang dewasa, dia jadi teringat bahwa hari ini adalah hari Ulang tahunnya. Ya, 10 Oktober ini adalah hari ulang tahunnya yang ke dua puluh lima tahun tanpa siapapun.
Ha-ah, ini benar-benar buruk. Kenapa juga Naruto harus dipindahkan ke tempat ini. Hanya karena kinerjanya yang belakangan memburuk, dia harus meninggalkan Konoha dan tinggal disini sendirian, ya walaupun di Konoha juga sendiran.
Anatolia Tenggara, sebuah desa Khurdi di Turki. Tempat yang dingin untuk jiwa yang dingin seperti Naruto.
Untung saja dia disini hanya untuk beberapa minggu saja, mengingat kedatangannya sebagai tenaga pengajar tambahan untuk anak-anak yang masih tinggal didesa-desa terpencil juga sebagai voulenteer bantuan sosial di desa ini. Berbagai peristiwa pembunuhan massal, seperti pembantaian Dersim dan Zilan, terjadi secara berkala sejak pendirian pada tahun 1923. Dalam suatu upaya untuk menyangkal keberadaan mereka, pemerintah Turki mengkategorikan sebagai "Orang Turki Gunung" sampai tahun 1991perkataan "Kurdistan" dan "Kurdi" ("Kurds" atau "Kurdish") secara resmi dilarang pada saat itu oleh pemerintah Turki.
Sepanjang , diberlakukan embargo makanan di berbagai kota dan desa Kurdi. Terdapat banyak contoh di mana orang Kurdi diusir secara paksa dari desa-desa mereka oleh pasukan keamanan Turki. Banyak desa dilaporkan telah dibakar atau dihancurkan. Sepanjang tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an, ditetapkan pelarangan terhadap partai-partai politik yang mewakili kepentingan Kurdi. Pada tahun 2013, suatu gencatan senjata secara efektif mengakhiri kekerasan tersebut sampai bulan Juni 2015, yang berlanjut dengan perseteruan baru antara PKK (: Partiya Karkerên Kurdistan) dan pemerintah Turki karena keterlibatan Turki dalam perang Saudara Suriah . Terdapat laporan kekerasan secara luas terhadap warga biasa Kurdi, berbagai cabang dan kantor pusat pro-Kurdi diserang oleh massa.
Oleh karena itu Jepang dalam hal ini Konoha berusaha melibatkan diri dalam kegiatan amal yang diadakan oleh bangsa-bangsa berkembang lainnya. Naruto adalah salah satu sukarelawan yang diberangkatkan ke Anatolia untuk mengajar disana karena seperti kebanyakan daerah berwarga negara mayoritas muslim, anak-anak perempuan tidak bisa bebas keluar rumh walau untuk mendapatkan pendidikan.
Naruto memainkan ponselnya sekedar melihat ada apa hari ini lewat media sosial. Ah, seperti biasa semua berita tidak jauh dari hal-hal yang tidak mutu baginya. Diapun mematikan benda tersebut, memejamkan mata dan menghirup udara yang lumayan segar kali ini. Otaknya berputar berusaha membayangkan hal yang ingin sekali dia dapatkan sekarang ini. Nihil.
Pemuda pirang ini merentangkan kedua tangannya disandaran bangku taman, sekali lagi matanya terpejam erat sambil menarik nafas dalam-dalam. Bayangan masa lalunya tiba-tiba muncul, saat dia dikelilingi banyak orang yang mengaku teman. Lalu datanglah pemuda itu, pemuda yang sama sekali tidak dikenalnya. Pemuda berkulit putih pucat dengan manik mata hitam kelam yang menusuk tajam.
Kelopak mata tan itu terbuka menampakkan manik mata seindah shapire secerah mentari pagi, tapi jelas terasa sorot kesepian disana.
Apa disinipun aku tidak akan mendapat teman?
Setelah dipikir-pikir Naruto memang hidup sendiri saat ini, tidak ada teman, sahabat, apalagi kekasih. Kemana orang-orang yang dulu dianggapnya teman. Saat baru memulai pekerjaan di perusahannya yang di Konoha dulu, Naruto hanya menemukan satu nama yang dia ingat, Sakura, tapi bahkan gadis itu pura-pura tidak mengenal Naruto. Menyedihkan.
Di temapat kerjanyapun Naruto hanya mengenal satu orang saja yang sering duduk bersebelahan dengannya, namanya Umit Davala dan laki-laki itu terlalu terang-terangan menunjukkan bahwa dia tidak tertarik pada apapun selain tidur. Membosankan.
Saat dirinya sibuk dengan pikiran-pikiran tidak masuk akalnya tiba-tiba setetes air membasahi pipinya. Hujan. Naruto beranjak melihat sekelilingnya, kosong. Dia sendirian dan waktu sudah beranjak menuju malam saat ini. Ah, kenapa melamun bisa banyak menyita waktu seorang Naruto ya?
Dengan langkah panjang-panjang Naruto hendak kembali ke apartemen kecil miliknya saat seekor anjing mengikutinya dari belakang. Naruto terkejut, dia tidak takut atau benci pada anjing tapi anjing di belakangnya ini sangat besar dengan bulu hitam halus yang lebat yang sekarang basah oleh air hujan.
Kepala pirang Naruto menoleh kiri kanan berharap ada seseorang yang mengaku majikan dari anjing yang kini malah berjalan bersisian dengannya. Tapi tak ada seorangpun disana, selain hujan yang mulai deras, langit yang sudah gelap juga jalanan yang digunakannya saat ini sangatlah sepi.
Anjing itu terus berjalan sambil menjulurkan lidahnya panjang-pangjang. Dia akan berhenti saat Naruto menghentikan langkahnya dan dia akan ikut kembali saat Naruto berjalan.
Anjing siapa?
Dengan tubuh yang sudah basah kuyup, sama dengan anjing disebelahnya, Naruto akhirnya berjongkok dan menyentuhkan tangannya disekitar leher anjing itu. Mengelusnya.
"Hey, kau ditinggal tuanmu, hewan besar?" Naruto menampilkan senyumannya pada anjing besar itu.
Kau yang akan jadi tuanku.
Tentu saja Naruto tidak mengerti suara-suara yang keluar dari mulut anjing itu.
"Kau ingin ikut denganku?" seperti ada chemistry yang terjalin begitu saja antara dirinya dan hewan berdarah panas itu, Naruto mulai mengajak bicara anjing itu.
Tentu saja.
"Lalu, bagaimana jika tuanmu mencarimu?" Naruto mengelus bulu lembut dari tubuh binatang dihadapannya ketika tangannya menyentuh sesuatu berbentuk kalung di leher anjing itu.
"S?" Naruto menarik bandul kalung tersebut. "Namamukah? Atau jenismu? Samoyed, Siberian husky, atau Serigala?" Naruto tersenyum miris.
"Aku pasti sudah gila, berbicara pada seekor anjing." bhatinnya semakin miris dengan kesendiriannya.
Singkirkan wajah konyolmu, cepat bawa aku pulang.
Sekali lagi perkataan anjing itu yang hanya terdengar seperti suara anjing pada umumnya sama sekali tidak di mengerti oleh Naruto. Tapi...
"Baiklah, kita akan pulang." Naruto bergegas melangkahkan kaki menuju tempat tinggalnya yang gedungnya sudah terlihat dekat.
Ya, dan Selamat Ulang Tahun untukmu.
.
.
.
.
.
Sehari sudah anjing tak bertuan itu ada dirumah Naruto, dan Naruto tidak mengerti cara memelihara anjing sebesar ini, dia juga belum memberi nama karena masih ragu kalau-kalau suatu saat seseorang akan mencari anjing tersebut. Jadi dia belum bisa mencap anjing itu sebagai miliknya.
Hari sudah malam saat hujan turun tidak terlalu besar dan anjing yang Naruto ikat di balkon terus saja menggonggong lalu merintih kedinginan. Naruto mulai terganggu dengan suara itu, padahal dia sedang mengerjakan diktat pelajaran untuk selesai esok hari.
"Kenapa anjing itu, tidak mungkin dia lapar aku sudah memberinya makan." dia beranjak dari kursinya lalu berjalan menuju jendela balkon, kali ini lolongan pilu terdengar ditelinganya.
Naruto mengintip lewat jendela, anjing itu melolong lagi dan suaranya terdengar semakin melemah seperti hewan itu sedang menangis.
Naruto tidak percaya perasaannya begitu kacau sampai-sampai dia merasa terharu mendengar dan melihat anjing itu yang sepertinya kedinginan.
Tolong aku, dobe, disini dingin sekali dan kau memberiku makanan aneh malam ini.
Naruto membuka pintu dan seketika angin besar melewatinya begitu saja sampai rambut pirangnya berantakan.
"Pantas saja dingin." dia melangkah mendekati anjing itu lalu mengusap kepala hewan berbulu itu.
"Rupanya kau kedinginan, S?" Naruto tidak tahu harus memanggil apa pada anjing ini dia hanya tahu inisial S dari kalung dileher anjing itu.
"Ayo, kita masuk." Naruto melepaskan rantai dileher anjing itu lalu membawanya kedalam kamar.
Setelah pintu tertutup, Naruto membiarkan anjing itu berkeliaran diruang kerjanya, dia hendak duduk dikursinya kembali saat menyadari sesuatu yang mengganjil.
"Setahuku, anjing itu hewan berdarah panas dan hewan tersebut dapat hidup dihawa dingin bahkan bersalju. Apakah kau sedang mencoba membodohiku, S?"
Si anjing malah asyik mengibaskan bulu-bulunya yang sedikit basah karena terpercik air hujan.
Kalau iya kenapa? Bukan urusanmu.
Naruto tidak jadi duduk dikursinya, kali ini dia segera mendekati satu-satunya mahluk hidup yang kini bersamanya.
"Kemarilah," Naruto berjongkok didepan hewan itu sambil menjulurkan tangannya, dengan segera anjing itu menghampiri.
"Sebenarnya namamu siapa?" dia memainkan bandul dikalung sang hewan. "Aku juga tidak tahu jenismu, apa inisialmu ini juga berarti nama jenismu? Uhm, Siberian Husky, Samoyed, Serigala? Apalagi nama jenis anjing, bahkan hanya tiga nama itu yang aku tahu dari televisi saja." Naruto merutuki dirinya sendiri.
Kali ini dia menerawang mencari ide untuk nama yang akan diberikan pada anjing besar dan berbulu lebat ini. "Siapa ya?" Naruto mengetuk-ngetukan jari dikepalanya. Lalu tiba-tiba dia meraih salah satu kaki depan anjing itu mengintip bagian bawah anjing itu.
Kau sedang apa bodoh?
"Kau laki-laki kan? Maksudku, kau anjing jantan kan, bukan betina hahaha.." dia merasa bodoh saat melakukan dan bertanya seperti itu pada hewan didepannya. Si anjing tampak tidak menyukai gerakan Naruto itu, hewan itu mundur sedikit menjauh.
"Hahaha, jangan takut aku hanya ingin tahu jenis kelaminmu agar cocok dengan nama yang akan aku berikan sekarang, sini!" Naruto mendekati hewan itu duduk bersila dilantai sambil mengusap leher anjing itu. Anjing itupun sedikit tenang, lalu mendudukan bokongnya dilantai dengan lidah terjulur panjang menunggu apa yang akan Naruto lakukan.
Aku tidak mengerti kenapa aku mengikutimu, dobe. Kalau saja kau tidak minta bantuanku. Kau bahkan lama sekali memikirkan nama untukku. Chk.
"Ah!" seru Naruto tiba-tiba, dia menjentikan jarinya, "Karena kau laki-laki, m-maksudku jantan bagaimana kalau namamu Shiro?"
Tidak mau.
"Eh, Shiro itu anjing kecil putih di serial Crayon Shinchan, tidak cocok denganmu!" Lalu kembali Naruto berpikir keras mencari nama berawalan S untuk anjingnya.
Syukurlah.
"Bagaimana kalau Sam?"
Siapa?
"Tidak-tidak, itu bahkan nama anjing yang berubah jadi zombie lalu mati dibunuh majikannya, kau tahu kan? I'm Legend?" Naruto bicara pada anjingnya yang hanya mendengus bosan.
"Lalu, nama apa yang cocok untukmu? Ini sangat sulit." kepala Naruto menunduk sedih.
Tiba-tiba anjing itu menggonggong beberapa kali membuat Naruto mendongak dan mengikuti arah pandang anjing itu.
Komputer?
"Kau tahu fungsi benda itu? Kau menyuruhku mencari nama dari internet? Kau anjing pintar." Naruto berdiri dengan cepat berjalan kearah meja kerjanya lalu duduk dan mulai menyalakan komputernya.
"Oke, tunggu dulu." Naruto mulai mengetikan sebaris kalimat keyword di kolom pencarian.
Nama untuk anjing lelaki
Naruto tiba-tiba tertawa, "Aku lupa kalau kau seekor hewan, haha." lalu dia menghapus kata terakhir dan menggantinya dengan Jantan.
Nama yang cocok untuk anjing jantan (klik)
Dalam hitungan detik munculah beberapa situs yang menyediakan nama-nama yang sedang dicarinya. Tapi setelah lama mencari diberbagai situs tak ada satupun nama yang menarik hatinya untuk dijadikan nama anjing yang sekarang malah menatap tajam kearahnya.
"Hey, tatapan apa itu? Aku tidak suka kau seperti itu anjing nakal." Naruto berdiri tangannya menunjuk-nunjuk kearah anjing tersebut.
"Mana, perlihatkan lagi mata yang tadi, dasar anjing jelek. Sudah bagus aku membawamu kesini kau malah menghinaku dengan mata jelekmu itu! Kau brengsek." Naruto kini mencengkeram kedua kaki depan sang anjing lalu mengangkatnya.
"Jangan berani lagi melihatku seperti itu, dasar kau---"
Naruto terpaku saat dia menatap langsung manik mata sang anjing, hitam kelam namun jernih layaknya batu onyx, gelap seperti malam tanpa bintang. Anjing itupun ikut menatap wajah Naruto dari jarak sedekat ini.
Kau tidak pernah berubah, dobe. Aku menyukai semua yang ada pada dirimu. Bahkan kebodohan dan kecerobohanmu.
"Ha-ah, apa yang kupikirkan?" gumam Naruto dia melepas anjing itu lalu kembali duduk disamping binatang itu sambil merangkulnya.
"Sepertinya aku pernah melihat mata sepertimu." ungkap Naruto.
Itu memang aku.
"Ah, bagaimana kalau Sasuke? Namamu Sasuke anjing besar, kau suka? Sa-Su-Ke." kata Naruto tiba-tiba. Anjing itu tiba-tiba menerjang tapi bukan menyerang melainkan bergerak secara insting untuk berterima kasih. Rupanya anjing itu senang dengan nama yang diberikan Naruto.
"Baiklah, Sasuke, sekarang menjauhlah dariku. Aku sedang bekerja, oke."
Naruto beranjak pergi meninggalkan Sasuke yang langsung terbaring menempelkan seluruh tubuhnya dilantai.
.
Hari kedua Sasuke berada di apartemen Naruto, tidak banyak yang bisa anjing itu lakukan selain mondar-mandir dari ruangan satu ke ruangan lainnya, makan makanan yang sudah disediakan, menonton tivi yang sengaja dinyalakan oleh Naruto dan tentu saja menggonggong kearah pintu masuk berharap si empunya rumah segera pulang.
Sudah pukul sembilan malam dan makhluk pirang dengan mata biru yang membius itu belum juga datang padahal ini bukan akhir minggu. Itu membuat Sasuke sedikit khawatir kalau saja dia bukan anjing. Ya, kalau saja.
Sudah larut begini, kau belum juga pulang, dobe.
Dalam kesendiriannya Sasuke mencoba memahami apa saja yang bisa dilakukan Naruto dimalam seperti ini diluar sana. Apa dia melamun lagi ditaman? Sedang lembur kerja? Atau bersenang-senang dengan temannya? Temannya yang mana? Seorang gadis? Siapa?
Seekor anjing berpikiran ngaco.
Tepat pukul sebelas pintu itu akhirnya berderak membuka dari luar menampilkan sosok kuning yang sedari tadi ditunggu sang peliharaan.
"Tadaima." Naruto langsung meloyor masuk ke kamarnya.
Okaeri.
Sasuke menggonggong beberapa kali dan tidak digubris sama sekali.
Pintu kamar tidak ditutup, daunnya dibiarkan membuka setengahnya. Sasuke melangkahkan keempat kakinya, melongok ingin tahu apa yang Naruto lakukan dikamarnya.
Sosok itu tidak bergerak diatas kasur, tengkurap seperti mati bahkan tidak melepas seluruh pakaian kerja lengkap dengan sepatunya.
Sasuke melangkah masuk mendekati ranjang dan mulai menggigiti sepatu yang masih menempel dikaki Naruto.
Bangun, kau minum banyak dobe? Tubuhmu bau alko---
"Hey, apa yang kau lakukan, Sasuke?" Naruto tiba-tiba bangun dan terduduk menatap anjing yang sibuk dengan sepatunya.
Bersihkan dulu tubuhmu, baru kau boleh tidur.
"Kau ingin membantu melepas sepatuku? Baiklah." Narutopun membuka sepatunya dan melempar benda itu kelantai. Sasuke menjulurkan lidahnya masih menatap Naruto.
"Apa lagi?" Naruto duduk bersila, pandangannya sayu sedikit mengabur pengaruh minuman yang ditenggaknya tadi di bar.
Guk.
"Aku lelah," ujar pemuda mabuk itu tiba-tiba. Sasuke duduk dilantai siap mendengar ocehan manusia dihadapannya.
"Mungkin terlalu banyak minum, orang-orang ditempat tadi---" Naruto lalu balik menatap Sasuke sedikit ragu menceritakan kisah mabuknya walau hanya pada seekor anjing.
"Mereka bilang, akan berteman denganku jika aku mau minum banyak."
Bodoh tetaplah bodoh walaupun kau manusia, dobe.
"Aku memang bodoh, percaya begitu saja pada mereka."
Naruto kembali berbaring dikasur, pandangannya menyebrang tubuhnya sendiri mengintip Sasuke yang masih duduk disana.
"Kemarilah!" Naruto mengulurkan tangannya kearah Sasuke.
Guk.
"Temani aku tidur, Sasuke." Naruto benar-benar putus asa hingga dia mengajak Sasuke yang seekor anjing itu untuk menemaninya tidur.
With pleasure.
Sasuke segera melompat keatas ranjang dan berbaring disana.
"Mendekatlah, sebentar lagi akan turun hujan, mungkin aku butuh bulu-bulumu untuk menghangatkan tubuhku."
Nguk.
Walau baru bersama dua hari ini, tapi chemistry yang dibangun sudah lumayan untuk membuat komunikasi dua arah. Sasuke beringsut mendekati Naruto yang mulai memejamkan matanya.
.
.
.
.
Naruto semakin akrab dengan peliharaannya, bahkan dia sudah bisa memandikan Sasuke dengan bantuan selang air.
Sebenarnya ada yang aneh dalam tidur Naruto saat dengan konyolnya dia meminta Sasuke untu menemaninya tidur. Dia bermimpi, dia mengerti bahasa anjing, dia hafal dan dapat bekomunikasi dengan baik dengan anjing itu dimimpinya, Sasuke yang mengajarinya.
Malam itu Naruto bermimpi bahwa Sasuke, anjing itu adalah kiriman dari Tuhan kado ulang tahunnya, dan Tuhan mengadoinya untuk menemani sang blonde tidur hingga dia akan selalu merasa aman. Ya, Tuhan itu memberikan Sasuke padanya untuk menjaga Naruto dari segala rampok dimalam hari atau dari semua pemerkosa yang hendak mencari manga manis seperti Naruto.
Sekarang Naruto bisa mengobrol dengan Sasuke walau dengan perasaan janggal. Tapi dia senang, dengan begini dia tidak akan kesepian lagi. Hampir setiap hari Sasuke menemani Naruto tidur, untuk memastikan bahwa tuan barunya ini aman dalam tidurnya. Sasuke tidak akan membiarkan siapapun melukai majikannya yang satu ini.
Esoknya, Sasuke selalu mengendus-endus didepan makanan si pirang berharap tidak ada racun atau hal berbahaya yang bisa tertelan oleh sang empu blonde-nya.
Naruto jadi teringat mimpi berikutnya dimana Tuhan berpesan agar Sasuke menjaga tiap makanan yang dimakan Naruto, jangan sampai Naruto terbunuh gara-gara racun yang tiba-tiba ada dalam makanan atau minuman Naruto.
Naruto bahagia saja, sebab Sasuke itu patuh terhadap pesan Tuhan dalam mimpinya untuk selalu menjaga Naruto.
Malam berikutnya, Sasuke menyelinap masuk tanpa disuruh kedalam selimut si pirang, anjing itu berharap lagi agar tuannya tidak merasa kedinginan saat diluar sedang turun hujan deras.
Ini adalah malam paling mengherankan, Sasuke memesona dengan membawakan Naruto makanan hingga pemuda bermarga Namikaze itu lahap memakannya.
Kebahagiaan Naruto makin jadi, sebab anjing besarnya itu ternyata benar-benar mengerti apa yang dia inginkan, seperti dalam film, anjing itu sangat mengerti apa yang tuannya katakan.
Hari berikutnya, saat malam tiba dan waktunya beristirahat, Sasuke datang kekamar Naruto. Anjing itu merangkak mendekati sang blonde, lalu menjilati leher berwarna tan itu sambil bergumam bahwa dia menyayangi pemuda pirang itu dan ingin menjaganya hingga si pirang menua nanti. Sayang, Naruto sudah terlelap sehingga tidak mendengar pengakuan janggal Sasuke untuk dirinya.
Tidak jarang Sasuke juga menemani Naruto untuk bermain melepas penat saat dirinya dibebani banyak tugas pekerjaan. Seperti pergi ketaman hiburan sekadar untuk bersenang-senang. Mereka akan berlari-lari, bermain petak umpat, dan sesekali Sasuke akan menciumi Naruto sebagai bukti bahwa dia adalah anjing penyayang yang setia.
Kadang Sasuke juga menggonggongi para pejalan kaki bahkan anjing lain yang melirik Naruto. Dasar anjing pencemburu.
Namun tak ayal, Naruto turut bahagia melihat Sasuke begitu tulus menyayangi Naruto. Dia juga mulai berpikiran ngaco, sepertinya.
Malam terakhir dari kejanggalan yang dirasakan Naruto, Sasuke terdengar seperti membujuk Naruto agar berdiam disekitar balkon apartemennya untuk membicarakan kenapa Tuhan mengirimkannya untuk Naruto. Ya, Sasuke ingin tetap Naruto yang dijaga dan disayangnya.
"Naruto, apakah kau menyayangiku? Seperti aku menyayangimu?" tiba-tiba Sasuke bertanya datar.
Naruto jelas kebingungan, sebab Sasuke hanya seekor anjing yang harus menjaganya tanpa mendengar kalimat 'aku menyayangimu' dari tuannya, karena 'toh perasaan Naruto pasti berbeda dengan seekor anjing. Lagipula, apa benar anjing memiliki perasaan seperti itu. Yang Naruto tahu anjing hanya punya liur dan lidah yang panjang untuk menjilat, dan hidung yang bisa membaui apapun.
Otak minimalisnya terasa nyeri memikirkan ini.
.
.
Sasuke, anjing berjenis Serigala dan berwarna hitam bercorak sedikit putih ini sibuk berlari-lari kecil disamping Naruto yang hari ini sengaja mengajak sang anjing untuk berjalan-jalan di sekitar komplek apartemennya. Menuju taman, Naruto mencari tempat duduk yang strategis menurutnya. Pandangannya jatuh pada sebuah bangku taman yang menghadap langsung kearah danau buatan ditengah taman itu.
"Ayo, kita duduk disana." Naruto segera menggiring Sasuke untuk mengikutinya kesana.
"Duduk sini, Sasuke. Pemandangannya bagus, kau akan menyukainya." sebentar Naruto menoleh pada anjingnya, "Mungkin," dia menambahkan merasa tidak yakin kalau seekor anjing dapat menikmati sebuah pemandangan yang menurutnya bagus. Tapi anjingnya ini istimewa kan?
"Sayang sekali aku tidak membawa friesbie untuk kau mainkan." tangan Naruto mengelus pelan leher Sasuke menikmati lembut dan tebalnya bulu-bulu anjing itu.
Kau pikir aku seperti anjing kebanyakan?
"Tenang saja, minggu depan kita akan membawanya lalu kita bermain bersama, oke." Naruto menarik leher Sasuke bermaksud memeluknya tapi bahkan tangannya tidak sampai melingkar sempurna disana.
Deg.
"Naruto? Kau Naruto?" suara perempuan menginterupsi keakraban antara anjing dan majikannya. Naruto menoleh dan terkejut setelahnya.
Sasuke ikut mendengar panggilan yang tiba-tiba itu. Anjing itu bersikap waspada.
"Kau?"
"Iya, ini aku. Uhm, kenapa kau ada disini? Wah, sudah lama sekali ya tidak bertemu," perempuan itu tiba-tiba duduk disamping Naruto dan mulai bertanya macam-macam.
"Haha, kau sudah besar Shion. Terakhir bertemu kau masih memakai seragam SD dan sekarang lihatlah dirimu?" Naruto tertawa senang ada satu orang yang dia kenal di negara ini, ah, akhirnya.
Merekapun mengobrol banyak hal termasuk tempat tinggal dan aktivitas yang menyibukan mereka. Sasuke terabaikan, dia sudah menggonggong tapi dua orang ini seperti tidak mengerti dengan kekesalannya, atau memang mereka tidak mengerti?!
Kau mengacuhkanku, dobe.
"Ah, iya, ini anjingku. Namanya Sasuke." seru Naruto tiba-tiba menarik perhatian perempuan disampingnya untuk melihat yang Naruto maksud.
"Ayo, beri salam pada nona Shion, Sasuke." Naruto menarik-narik kaki depan anjingnya.
Idiot.
.
Menjelang waktu tidur pemuda pirang itu belum juga masuk kamar, dia malah asyik tiduran diatas sofa sambil sesekali terkikik didepan ponselnya.
Kau menyebalkan, Naruto. Kau terus mengabaikanku bahkan kau lupa memberiku makan hanya karena perempuan itu terus menghubungimu. Sial.
Naruto menulikan pendengarannya.
Naruto kembali terkikik geli saat mendapat balasan pesan dari Shion, gadis yang ditemuinya tadi siang ditaman dan sempat bertukar alamat email.
"Oh, Sasuke, kau belum makan," serunya tiba-tiba lalu bangkit melewati Sasuke begitu saja.
Anjing itu masih duduk sambil menjulurkan lidahnya.
"Ini makanmu," si pirang tidak menoleh sama sekali dia tengah sibuk dengan ponselnya. Sasuke mendengus kasar.
.
Matahari sudah meninggi, Naruto sudah tiba di tempat mengajar, mengingat ini hari Jumat dan dia memiliki janji dengan 'teman barunya'. Shion. Pemuda ini sangat bersemangat hari ini, semua pekerjaan kantornya dibereskan tanpa keluhan. Dia masih bersiul saat satu-satunya teman ditempat ini, alias tuan Umit tiba-tiba berdiri disampingnya menunggu giliran potocopy.
"Hey Naruto, sepertinya kau sedang bahagia." pemuda berambut cokelat itu berkata dengan bosan.
Naruto tersenyum dia membereskan berkas-berkasnya sebelum tubuhnya bergeser memersilahkan Umit melakukan giliran potocopy.
"Aku.Sedang.Senang." ucap Naruto riang, ia segera pergi dari sana menuju kubikelnya.
"Kalau begitu kau harus merayakannya, Naruto. Bagaimana kalau minum sedikit." seru Umit menghentikan langkah si pirang.
Menoleh dengan cepat, sang blonde tersenyum hingga matanya menyipit.
"Baiklah." jawab Naruto dengan nada ceria.
"Hm, merepotkan."
.
Bekerja di menjadi guru untuk anak-anak asing seperti Naruto memang sedikit melelahkan, namun tidak untuk hari ini bagi Naruto. Ia yang biasanya akan segera pulang jika tidak ada acara apapun, kali ini tengah duduk tenang dihadapan seorang gadis cantik yang sepertinya sengaja berdandan khusus untuk datang keacara ini.
Makan malam ini terasa sempurna bagi keduanya, Naruto tersenyum pada segala lelucon Shion walaupun sama sekali tidak lucu. Dan Shion seperti yang menampakan tatapan terbaiknya pada si blonde.
Hingga larut malam, waktu yang begitu sedikit dirasa oleh keduanya, mereka memutuskan untuk menyudahi pertemuan ini.
"Sudah sampai," ujar sang pemuda saat perempuan disebelahnya menginformasikan disinilah daerah tempat tinggalnya.
Shion tersenyum lembut membuat Naruto sedikit meleleh.
"Terimakasih, Naruto." dan satu kecupan mendarat mulus dipipi sang blonde yang terkesiap merasakan benda kenyal itu mampir lalu menghilang menyisakan rasa hangat yang menjalar kewajahnya hingga merona.
"Ya." jawab singkat Naruto.
Dia berbalik, tersenyum dan pulang.
.
.
.
Semenjak kepulangan pemuda pirang sampai larut malam bahkan dini hari, waktu itu, dan Sasuke mencium ada aroma perempuan yang pernah dilihatnya itu ada banyak perasaan tidak suka yang menguar dihati kecil sang Serigala hitam.
Sudah dua hari sejak kejadian itu anjing besar dengan bulu lebat itu tidak menyentuh makanannya bahkan dia tak beranjak dari tempat terakhirnya hari itu, dibawah kursi kerja Naruto dan yang paling menyedihkan, si pirang malah tampak asyik dengan dunia sendiri. Sasuke tahu, Naruto tengah jatuh cinta pada teman kecilnya dulu.
Sial.
.
Malam harinya, ketika Naruto terlelap. Dalam mimpinya, Sasuke kembali menanyakan hal yang waktu itu dia tanyakan sewaktu di balkon.
Apakah Naruto menyayangi Sasuke? Seperti Sasuke yang menyayangi Naruto dengan tulus?
Namun dalam mimpipun Naruto tetap bungkam, tidak menjawab.
Sampai waktunya dia bangun mendengar suara alarm yang memekakan telinganya.
Mata birunya mengerjap, alarm dimatikan. Kemudian dia duduk, mengumpulkan nyawanya. Sasuke ada disana, menjulurkan lidah menatap tajam majikannya yang baru bangun.
"Pagi, Sasuke,"
Seperti tidak mendengarkan, Sasuke malah pergi ke kamar mandi. Memutar keran air dengan cakarnya seperti yang sudah dilatih Naruto. Keluar lagi, mengkode Naruto untuk segera pergi mandi. Sementara dirinya akan menunggu diluar kamar untuk sarapan.
Sasuke sudah pintar, dia adalah anjing pandai yang cepat hapal jika majikannya melatih berbagai hal kegiatan sehari-hari. Seperti memutar keran air atau membuka bungkus makanannya sendiri kedalam wadah khusus.
Naruto keluar dari kamar, masih mengenakan piyama dengan handuk kecil bertengger dipundaknya. Sasuke melihat heran pada pemuda yang berjalan gontai melewatinya begitu saja.
"Aku tidak bekerja hari ini?" tiba-tiba Naruto berkata seolah ia tahu arti tatapan Sasuke padanya.
Guk
"Aku akan bermain denganmu," katanya lagi dengan nada sedikit lelah dari mulutnya. Sasuke mendengus dalam hati, ia tak mau memaksakan kehendaknya begitu saja. Walaupun dia senang karena akhirnya Naruto mau melihatnya lagi, tapi Sasuke tidak begitu yakin jika Naruto benar-benar ingin main dengannya.
Manusia memang merepotkan, apalagi anjing.
Sasuke menggonggong, dia berusaha menyampaikan apa yang ingin dia ungkapkan pada majikan kesayangannya itu.
Naruto sedikit menghela kasar nafasnya, dia tidak habis pikir dengan anjing dihadapannya ini. Sekarang dengan sendirinya dia mengerti gonggongan Sasuke walaupun dalam keadaan seratus persen sadar, tidak sedang tidur.
Lagi-lagi Sasuke terdengar seperti menanyakan hal yang sama seperti saat di balkon. Dan lagi-lagi Naruto tidak dapat menjawab pertanyaan itu sekalipun dia ingin mengatakan tidak sebagai jawabannya. Tapi tidak dia lakukan, Naruto terlalu takut pada Sasuke. Jangan lupakan fakta bahwa Sasuke adalah kado dari Tuhan saat dirinya berulang tahun dan tidak ada yang mengucapkan satu orangpun.
Akhirnya dengan malas Naruto kembali pada aktivitas awalanya, yaitu bekerja. Kalau Sasuke tidak ingin diajak bermain, percuma saja dia meliburkan diri hari ini. Lebih baik menghibur anak-anak dari pada harus meladeni anjing yang meminta balas jasa. Atau--- entahlah, Naruto pusing memikirkannya.
.
..
...
Di desa ini hanya ada satu sekolah yang dapat menampung seluruh anak yang ada. Mulai dari usia dini hingga setaraf dengan SMA, banyak tenaga ajar tambahan dari negara lain yang sama bertugas seperti Naruto disini. Tentu saja Shion juga salah satunya hanya saja di beda desa.
Naruto tersenyum mengingat nama Shion, dia sedang istirahat makan siang. Tidak ada salahnya jika ia menelpon perempuan itu untuk sekedar bertanya kabar atau mungkin dapat membuat janji seperti malam akhir minggu kemarin. Kedengarannya tidak buruk, lagipula mumpung tidak ada Sasuke.
Lho?
Naruto menggeleng, kenapa ia harus takut pada anjingnya itu? Bukankah dia hanya seekor anjing biasa, yang hanya punya liur dan lidah yang panjang untuk menjilat dan hidung yang bisa dengan mudah mencium bau apapun.
Lalu, bagaimana jika Sasuke mencium bau 'hubungan' ini? Pasti anjing itu akan sangat marah. Dan dia akan bertanya hal yang tidak masuk akal lagi pada Naruto.
Ah, yang benar saja?
Naruto tidak ingin hidupnya dikekang hanya oleh seekor anjing!
Maka, diteleponlah Shion siang ini, dan membuat janji untuk kencan berikutnya. Naruto sungguh senang karena Shion mengiyakan ajakannya.
Persetan dengan Sasuke.
.
Sudah beberapa hari ini sejak Sasuke menolak untuk bermain dengan Naruto, Sasuke tidak lagi bertanya macam-macam, bahkan anjing itu cenderung diam dan akan menuruti segala perkataan Naruto.
Naruto sedikit jengah dengan keadaan ini, please Sasuke itu anjing. Tidak mungkin dia marah tanpa sebab pada majikannya sampai mendiamkannya seperti ini. Ya, Tuhan Naruto benar-benar hilang akal untuk hal ini.
Naruto dan Sasuke baru saja tiba di apartemen-nya, mereka baru saja pulang dari pasar malam ditengah desa. Mereka duduk berjauhan seperti kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi. Ini benar-benar tidak akan berhasil. Naruto sebagai manusia masih bersikeras mempertahankan egonya. Dia harus mengendalikan hidupnya atau bahkan hidup sang anjing, dia tidak akan menyerah pada apapun yang dikatakan Sasuke.
Jika Sasuke menekannya dengan pertanyaan-pertanyaan konyol lagi, ya, sudah. Mungkin Naruto akan menyerah. Dia akan menyimpan Sasuke pada penampungan hewan di pusat kota.
"Besok, aku akan pergi dengan Shion," entah kenapa Naruto perlu mengatakan ini pada Sasuke. Dan tidak ada respon berlebihan dari Sasuke, hewan itu hanya berbaring lemas sambil bersuara lirih.
Naruto hanya menatap datar Sasuke, dia rasa dirinya sudah hampir berhasil membalikan keadaan. Naruto tersenyum samar.
"Sudah malam, sebaiknya kita tidur." Naruto beranjak dari duduknya lalu pergi kekamar.
Sasuke melirikan matanya mengikuti kemana si pirang pergi.
Kau benar-benar tidak peka.
Pintu kamar tidak ditutup sepenuhnya, Naruto masih berharap anjing besarnya itu ikut masuk ke kamar lalu mereka tidur bersama dibawah selimut yang sama, seperti hari-hari dulu saat Sasuke belum bertanya hal aneh pada Naruto.
Namun, sekarang Sasuke memilih untuk tidur diluar tanpa alas maupun selimut, sungguh keras kepala anjing ini.
.
..
...
Sasuke sudah mewanti-wanti Naruto agar tidak pulang terlalu malam, dan dia akan menunggu majikannya itu didepan gedung apartemen ini. Anjing setia bukan? tapi itu bahkan tidak didengar oleh Naruto.
Pemuda Namikaze ini masih kebas dengan perkataan anjing yang tiba-tiba dimengerti olehnya itu. Naruto masih menyombongkan dirinya sebagai manusia. Makhluk Tuhan paling mulia.
Saat bertemu dengan Shion, yang terbayang malah wajah anjing itu yang terus meminta jawaban darinya. Hingga makan malam usai, Naruto tidak dapat berkonsentrasi pada segala hal. Dia malah ingin cepat pulang dan meluruskan semuanya dengan Sasuke.
Tapi, apa yang harus dia luruskan? Sekali lagi dia membangun tembok arogansi dalam dirinya sendiri. Berkata dengan angkuh bahwa dia itu manusia dan Sasuke adalah anjing.
Ya, benar, anjing!
.
Malam berikutnya Sasuke masih mendiamkan Naruto walau anjing itu ikut kemanapun Naruto pergi jika diajaknya. Sebenarnya Sasuke masih kecewa karena kemarin malam pemuda pirang itu malah pulang terlalu larut dalam keadaan lagi-lagi mabuk. Dan Sasukelah yang merawatnya tanpa bicara.
Kali ini Naruto sedang santai, dia ingin berleha-leha berhubung esok adalah hari libur dan Shion akan kembali ke Konoha sore harinya. Mereka sempat berjanji akan bertemu disana dan melanjutkan hubungan yang sudah mulai terasa ikatannya ini.
Naruto memandang Sasuke yang kelelahan sebab telah berhari-hari menjaga dan mengikuti Naruto kemanapun. Kemudian Naruto mengelus, mencium dan memeluknya. Ya, mungkin Naruto mulai mengerti perasaannya pada Sasuke. Dia mulai menyayanginya sebab Sasuke adalah kado dari Tuhan.
Namun suasana itu tidak berlangsung lama, Sasuke mulai mengoceh lagi tentang 'Apa Naruto menyayanginya seperti dia menyayangi Naruto?'
Kau belum menjawabnya.
Semula Naruto tidak menggubrisnya, dia masih asyik menghubungi Shion lewat e-mail. Sekali lagi, anjing itu bertanya hal yang sama. Dan kali ini Naruto menyampaikan pendapatnya sebagai jawaban atas pertanyaan Sasuke.
"Kau itu hanya anjing!" jerit Naruto menekankan kata anjing dengan kentara.
"Tidak tahu apa-apa tentang perasaan, aku ini manusia!" lagi-lagi dia menekan pada kata manusia.
"Perasaanku hanya untuk sesama manusia lagi, kau tidak berhak menekanku." seru Naruto, dia sudah habis kesabaran.
"Kalau kau mau, aku akan mengantarmu ketempat penampungan hewan!"
Sasuke marah besar, karena katanya Naruto hanya mengada-ngada bahkan itu bukan jawaban yang diminta olehnya. Sasuke terus menggonggong sampai pagi, lalu dia terlelap bukan disamping Naruto, tidak dalam selimut Naruto, apalagi sampai menjilati leher Naruto seperti biasanya.
Pagi menjelang, mereka masih berdiam. Naruto selesai mandi, dan Sasuke mengendap masuk kedalam kamar. Bosan. Naruto menyalakan rokoknya yang hanya dia sulut jika perasaannya kosong atau kacau. Naruto merokok, dan Sasuke termenung disamping jendela kamar.
"Sasuke," kata Naruto, "Aku ingin memelukmu."
Sasuke menggeleng.
Tuhan tidak mengirimku untuk dipeluk melainkan hanya untuk menjaga dan meredam egomu yang kian hari kian memuncak seperti sebuah kesombongan.
Naruto terhenyak, dia baru menyadari kalau seekor anjingpun punya keangkuhan yang bisa merobohkan harga dirinya sebagai manusia. Naruto jadi serius bertanya-tanya: Apa benar anjing punya perasaan, dan harus seperti apa Naruto menghadapi perasaan seekor anjing?
Mereka terus berdiam hingga malam, dan Naruto pikir untuk mengalah pada anjingnya. Namun, Sasuke malah bertingkah liar, anjing itu mengacak-acak makan malam Naruto hingga berantakan. Anjing itupun mengencingi kursi kerja Naruto, hal yang belum pernah terjadi sejak kedatangan anjing itu.
Naruto naik pitam dan berusaha meredam emosi. Sasuke malah terus menggonggong.
Akhirnya, karena Sasuke kado dari Tuhan, Naruto meminta maaf karena telah menyinggung perasaan sang serigala hitam hingga Sasuke berbuat hal seperti itu pada Naruto.
Tapi, bukannya berubah menjadi anjing manis seperti semula, Sasuke malah menampik dan menendang Naruto hingga terkapar disudut kamar. Hal lain yang tidak masuk akal lagi bagi Naruto sendiri.
Emosi Naruto meledak. Seekor anjing sombong telah menghinanya dengan argumen bahwa ia telah menjaga dan menyayangi Naruto tanpa dijaga dan disayangi.
Naruto kalut, lantas mengambil sebilah pisau untuk membunuhnya. Tidak, bukan untuk membunuh, mengancam lebih tepatnya karena ternyata anjing tidak hanya mengancam, tapi bisa juga terancam.
Begitu terancamnya Sasuke hingga dia menerjang Naruto. Naruto dicabik-cabik, diinjak-injak, dan digigiti hingga tubuh Naruto penuh dengan luka. Untuk kali ini, Naruto hanya diam karena tahu Sasuke sedang emosi dan takut kalah.
Setelah lama berkutat dengan tubuh Naruto dan gigi sang serigala hitam, Sasuke tiba-tiba berhenti.
Dia sadar, dan meminta maaf karena telah menyakiti Naruto yang tidak paham pada semua ini. Jelas saja, Naruto memaafkannya sebab tahu Sasuke hanyalah seekor anjing yang sama sekali tidak mengerti tentang harga diri.
Setelah itu, Sasuke mendekati Naruto, mengelus-elus wajah bergaris tiga dimasing-masing pipi itu dengan bulunya, dan menjilati leher Naruto seperti sebelum mereka bertengkar.
Naruto senang sebab Sasuke normal kembali. Namun beberapa saat kemudian, alangkah terkejutnya Naruto melihat perubahan Sasuke yang tiba-tiba meliar lebih dari saat meghancurkan makan malam.
Matanya memerah dengan tiga titik hitam didalamnya, dan mata itu memandang Naruto tidak biasa. Lidahnya menjulur, nafasnya terengah-engah, dan hidungnya terus mendengus mencumbui tubuh eksotis milik tuannya.
Naruto berontak.
"Sasuke, kau berubah!" teriak si pirang kalap.
Mata birunya memandang tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Ini bukan Sasuke. Sasuke tidak berdiri dengan dua kaki! Ini jelas bukan Sasuke, karena Sasuke tidak memiliki kulit putih pucat. Benar-benar bukan Sasuke, anjing itu jelas tidak memiliki rambut dengan model aneh dibelakang kepalanya.
Naruto menutup mulutnya syok, dia yakin itu Sasuke. Otak Naruto benar-benar kosong meski sosok itu tidak berubah sepenuhnya. Wajah, moncong serta cakarnya masih ada. Dan dia berdiri dihadapan Naruto.
Naruto memundurkan tubuhnya, dia bersiap melarikan diri saat tiba-tiba lengannya dicengkeram kuat lalu tubuhnya yang terpelanting begitu saja.
Naruto menjerit meminta tolong, tapi Sasuke-sosok itu- malah memandangnya dengan buas.
Sasuke melompat dalam sekali hentakan, dirinya mendarat tepat diatas tubuh Naruto yang menggigil. Dicabiknya badan Naruto hingga bajunya tersobek, lalu diangkatnya baju Naruto hingga pakaian itu terlepas dari tempatnya.
Naruto menutup matanya, dia sudah siap jika ini adalah hari terakhirnya didunia ini. Dia siap. Namun apa yang terjadi, lagi-lagi diluar nalar sang Namikaze sendiri. Sosok itu masih merobek sisa pakaian Naruto hingga terbuka sepenuhnya.
Ini tidak normal, ini konyol.
Sosok itu tiba-tiba mendekatkan dirinya pada Naruto, sosok yang lebih mirip Anubis itu mulai menciumi tubuh polos pemuda pirang dibawahnya. Sosok itu mencium membabi buta dengan lidah yang semakin banyak meliur, nafas yang kian memburu, dan dengusan yang makin terasa.
Tubuh Naruto basah oleh liurnya. Badannya panas oleh nafas si anubis. Sasuke yang ini seperti kesetanan, dan jelas bukan lagi anjing yang biasanya menjaga Naruto dengan penuh kasih sayang.
Setiap Naruto menjerit, Sasuke akan menggonggong bahkan melolong lebih keras seraya mencengkeram leher jenjang Naruto hingga Naruto pasrah menghadapinya.
Bibir Naruto tidak luput dari serangan mendadak ini, bibir merah natural itu kini telah penuh dengan liurnya, nafas Naruto telah menyatu dengan nafas dan dengusan Sasuke.
Lalu hal yang paling tidak masuk akalpun terjadi, entah ini mimpi atau bukan hingga Naruto mengerjap-ngerjap dan membenturkan kepalanya kelantai demi mengais kesadaran.
Sasuke menarik kaki sang blonde, dibukanya selangkangan Naruto yang sudah polos tanpa sehelai benangpun. Dilebarkanya dengan kasar dan paksa dan sesuatu yang mengagetkan terjadi: Sasuke punya penis.
Dari situlah akhirnya Naruto menyadari, dikiranya Tuhan mengirimkannya seekor anjing untuk menjaga Naruto. Ternyata, Tuhan mengirimkan Naruto seorang anjing supaya Naruto tahu bahwa Tuhan maha pencemburu. Juga supaya Naruto tahu bahwa tidak semua anjing adalah penjaga yang setia. Ada juga anjing penjilat yang datang sebagai penjaga agar kelak tidak dipersalahkan karena telah menjilati tubuh Naruto atas nama cinta.
Naruto semakin pasrah ketika sosok itu, bernafas tepat didepan kejantanannya sendiri. Lagi-lagi Naruto terhenyak, sosok itu kembali mengalami trasformasi yang mengerikan sekaligus mengagumkan.
Perlahan tubuhnya mengecil hingga menjadi ukuran manusia normal, kulit putih pucatnya mengkilap dibawah cahaya lampu kamar. Mata sewarna darah dengan tiga tomoe itu berputar cepat lalu membentuk sebuah diagram yang rumit.
Naruto terkesima, bulu di kepalanya sekarang jelas itu adalah rambut bergaya emo. Naruto memelototi sosok itu dengan pandangan tidak percaya.
"Sasuke?"
Sosok yang telah berubah itu mendongak sesaat sebelum menyeringai mengerikan pada Naruto.
Naruto membelalak saat merasakan sapuan hangat nan lembab didaerah pribadinya. Dia melongokan kepala hanya untuk mendapati kepala Sasuke yang tengah naik turun mengulum milik Naruto didalam mulutnya.
"Sasukhee, apa yang kau lakukan?" matia-matian Naruto menahan desahan. Ini gila.
Sasuke menulikan telinganya, dia kembali memukau dengan gerakannya. Jari-jarinya yang telah tanpa kuku itu tiba-tiba mengoles, menggores hingga menerobos lubang rektum Naruto.
"Argh!" Naruto menjerit, kepalanya terlempar. Demi Tuhan yang telah memberinya kado, apa itu barusan?!
Teriakan yang berubah menjadi desahan kembali terdengar saat jari-jari dalam lubang itu bergerak konstan keluar masuk.
"Sasukee.."
Tangan nakal Naruto menjambak rambut raven milik serigalanya. Dia tidak tahan dengan semua ini. Ini terlalu gila untuk dapat dijelaskan. Ini terlalu nikmat.
Sasuke menyeringai. Sosok yang telah menjelma menjadi lelaki berparas menawan ini tersenyum miring mendengar namanya dalam desahan panjang sang majikan kesayangannya.
"Belum selesai," suara Sasuke kini terdengar dengan jelas. Naruto mendengar suara bariton dengan nada seksi keluar dari mulut yang biasanya penuh dengan liur itu.
Lalu Sasuke menyatukan tubuh mereka, menghujam hingga titik terjauh dari rektum Naruto hingga pemuda Namikaze itu melenguh tanpa sadar. Lenguhan erotis yang panjang.
Sasuke bergerak sesuai instingnya, sebagai serigala, pun sebagai sosok yang mencintai Naruto. Sasuke terus mendorong masuk benda tumpul miliknya seraya membisikan kata-kata yang menenangkan bagi Naruto.
Naruto melayang, dia terbang dan tidak ingin jatuh. Jika saja ini ternyata hanya sebuah mimpi, kali ini dia meminta pada Tuhan agar tidak dibangunkan lagi. Biarlah dia menikmati malam ini bersama anjingnya. Bersama Sasuke-nya.
Lenguhan lain segera terdengar, kali ini bukan hanya milik Naruto tapi juga Sasuke yang melenguh hingga melolong menikmati pelepasan hasratnya dalam lubang hangat sang majikan.
Mereka terengah, nafas mereka yang masih memburu perlahan memelan lalu menjadi normal dalam waktu beberapa menit. Mereka diam.
Sasuke jatuh tengkurap disisi Naruto, wajahnya menyuruk tersembunyi dileher Naruto. Kaki mereka masih bersilang saling menumpuk. Naruto memandang nanar langit-langit.
"Apa itu tadi?"
Dirinya dihantui berbagai spekulasi tidak jelas dari hasil pemikirannya sendiri. Sungguh dia tidak mengerti pada apa yang terjadi malam ini. Lalu---
Siapa Sasuke sebenarnya? Atau apa?
Tidak bergerak seincipun dari lantai, Naruto hanya mengelus pelan surai kelam didadanya. Hembusan Sasuke terdengar lebih tenang dan teratur. Naruto memutuskan untuk tidak berbicara apapun lagi pada Sasuke.
Saat air matanya perlahan turun dari sudut kelopak sewarna madu itu, saat itulah Naruto mengingat kesadarannya kembali.
Ya, Tuhan mengirimkannya seorang, bukan seekor anjing, untuk menjaganya dan tentu saja untuk meredam ego manusianya. Satu lagi, agar seseorang-sebagai anjing itu- tidak pernah disalahkan karena telah melakukan hal menjijikan, dengan cara menyetubuhi tuannya sendiri.
Kini Naruto mengerti bagaimana perasaan Sasuke yang sebenarnya, sebab diapun mulai merasakan perasaan yang sama.
Biarlah Tuhan menghukumnya atau Sasuke karena keadaan ini, tapi sedikitpun Naruto tidak akan mundur dari perasaannya kali ini.
"Aku---" ragu-ragu Naruto mengelus lengan atas sang raven hingga kepala itu terdongak menatap binar biru mata Naruto.
"Aku Mencintaimu Sasuke!"
Tak ada balasan, keduanya hanya tersenyum untuk malam ini. Tanpa tahu kuasa Tuhan yang sebenarnya. Akankah Tuhan malah cemburu pada Sasuke? Lalu merebut kembali kado itu?
Naruto tidak tahu.
.
..
...
....
.....
Tamat.
Izinkan saya mencoba ikutan ipen lagi. Semoga bisa masuk kriteria atau persyaratan walaupun tidak yakin juga sih.
Akhir kata happy birthday Naruto Uzumaki, terimakasih untuk terus menginspirasi saya dalam banyak hal.
Termakasih banyak buat yang sudah mampir dan baca fic ini. Jangan lupa vote untuk yang berkenan dan komen jika ada yang ingin ditanyakan/ ga ada.
Sekali lagi terimakasih dan sampai jumpa.
Salam,
Puyamoya.
~
Omake
"Benarkah kau ingin turun ke bumi, Aoda?" kakek tua itu berkata dengan tenang dan datar, Hagoromo, beliau masih memilah-milah berkas yang akan didetujuinya atau tidak.
Salah satunya berkas dari salah satu muridnya, Aoda. pemuda itu mengajukan berkas penurunan dirinya ke alam manusia lewat sumur reinkarnasi para siluman. Aoda memilihnya bukan tanpa alasan. Dia ingin menyusul mate-nya yang sudah turun mendahuluinya lewat sumur yang salah. Lubang reinkarnasi untuk manusia.
"Aku sudah pernah bertemu dengannya," aku Aoda, dia tidak akan pernah lupa pertemuan dengan mate-nya saat malam perayaan festival di Konoha.
"Kau tahu, itu artinya hanya satu kali lagi kesempatan bagimu bertemu dengan Kitsune?" Hagoromo tidak yakin dengan keputusan salah satu muridnya.
"Hn," Aoda tampak lebih tenang. Dia bahkan duduk dengan rapi dihadapan sang penguasa alam siluman itu.
"Dan tidak dalam wujud manusia?" lanjut Hagoromo.
Sejenak Aoda terdiam, tampak seperti menimang keputusannya sendiri. Lalu dia mengangguk yakin sebelum beranjak dari duduknya.
Hagoromo menghela nafas, murid yang sudah dia anggap seperti anaknya ini memang keras kepala. Demi orang yang dicintainya ia rela melakukan ini. Aoda bahkan rela melebur dirinya jadi debu jika saja nanti sang mate tidak mau menerima eksistensinya.
Ya, dia tahu itu semua.
.
Hagoromo berdiri tegap, kedua tangannya bertautan dibelakang tubuhnya. Sekali lagi ia menatap muridnya yang tengah bersiap terjun ke kawah sana. Dia mendengus kasar, tak percaya akan ditinggalkan murid yang selama ini dirawatnya.
"Kau sudah siap, Aoda?"
Tanpa menoleh pada Aoda, Hagoromo bertanya seraya menyerahkan secangkir minuman.
"Ini--minumlah dulu air ini. Saat tiba di bumi tubuhmu akan memanas bagai dibakr hidup-hidup. dan kau tidak akan dapat bicara selama disana."
Tak ada yang bersuara. Aoda hanya mengangguk kecil, sebelum melepas pakaiannya. Hagoromo kembali menghela nafas pasrah.
"Hn," hanya itu yang dapat Hagoromo gumamkan perlahan.
Aoda meraih cangkir bergagang emas dari tangan kakek itu, meneguk dalam sekali tenggak lalu segera membanting benda itu hingga pecah terberai saat tenggorokannya terasa perih dan pana disaat bersamaan hingga matanya berair merasakannya. Tidak tertahankan.
Hagoromo menatap penderitaan muridnya dengan wajah datar, ini sudah terlanjur. Tidak ada yang dapat dilakukannya lagi untuk sekedar menolong sang murid. Tidak ada.
Aoda masih mengejang saat sebentar dia dapat menangkap kesadarannya sendiri, ini harus cepat. Dia harus segera terjun kebawah sana untuk mengurangi rasa sakitnya.
Sekali lagi dia memandang kakek itu, lalu dengan tertatih dia merih pinggiran sumur itu sebelum meloncat kedalamnya. Aoda memejamkan mata, Hagoromo tak bereaksi, ia hanya dapat mengantar sang murid sampai disini saja.
"Hati-hati, anakku!"
Aoda terjun bebas, tubuhnya melayang dalam sumur yang tampak tak berujung. Gelap dan panas saat tubuhnya bergesekan dengan dinding sumur tersebut.
Matanya tiba-tiba terpejam, dia tersenyum membayangkan akan segera bertemu dengan sang pujaan hati. Selanjutnya Aoda mti rasa, dia tidak dapat merasakan dirinya sendiri. Pun saat kaki-kakinya menapak pada tanah basah. Hujan.
Selesai, apa dia akan mati?
.
Beberapa minggu sebelumny, telah terjadi kecelakaan yang tak terduga didunia siluman ini. Seorang siluman rubah mengendap masuk ke ruangan Lahir Kembali dan mengacaukan isinya. Para penjaga berusaha menangkap siluman nakal itu hingga akhirnya siluman itu jatuh terpeleset kedalam sumur yang salah.
Kitsune, siluman rubah ekor sembilan, mate dari Aoda si siluman serigala. Kenakalan dan rasa ingin tahunya telah mengantarkan dirinya dalam lubang tak berujung yang akan berakhir didunia manusia.
Dia menjerit sejadinya, Kitsune tidak menyadari kecerobohannya. Dia terus menjerit selagi melyang dalam sumur itu hingg nafasnya tersengal lalu dia tersadar dalam jeritannya.
Dia bangun, dirinya tengah duduk dalam sebuah kotak penuh air. Sebuah mobil yang tenggelam dalam danau. Kitsune megap-megap berusaha keluar dari benda yang terus meluncur kedalam danau dingin itu.
Dengan sisa kekuatannya, dia menembus pintu mobil lalu berenang keluar dari sana, meninggalkan dua sosok manusia lainnya. Sepasang laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki berambut pirang emas sementara perempuan memiliki surai merah panjang. Mata mereka terpejam, mati.
Kitsune selamat, dia keluar permukaan air dan langsung terbatuk.
Tertatih, Kitsune mencapai daratan. Dia meraup oksigen dengan rakus, dia butuh bernafas. Namun, kenapa nafasnya terasa panas dan menyakitkan. Wajahnyapun terasa perih dan panas, dia mengerang mersakan itu semua. Kitsune menjerit, jeritan terakhirnya.
Seketika, bayangan dirinya sebagai siluman nakal berdatangan. Lalu sebuah suara menggema dalam kepalanya.
"Rasakan hukumanmu, Kitsune!" suara itu menggelegar hingga menyakiti otaknya. Suara Hagoromo si penguasa alam siluman.
"Kau akan jadi manusia yang dicampakan didunia ini," lagi-lagi suara itu menyakiti kepalanya.
"Tiga garis dipipimu akan menandakan sifat silumanmu. Ingatanmu akan diganti ingatan dari pemuda yang tubuhnya kau pakai sekarang."
Kitsune terhenyak, dalam kesadarannya yang tinggal sedikit itu dia mengusap wajahnya. tiga garis di masing-masing pipi menyerupai kumis kucing telah teraba. Ada sedikit panas saat menyentuhnya.
Sesaat dirinya terdiam mencerna segala situasi yang dialaminya sekarang, dia melongokan kepalanya diatas air danau. Bercermin, samar-samar dia melihat penampakan lain dari wajahnya. Rambut keemasan, mata biru yang jernih, serta kulit tan yang berbeda dari biasanya.
Seketika ingatan lain menghinggapi pikirannya. Dia jatuh terlelap sebelum ingatan lain mengklaim dirinya sebagai makhluk berwujud manusia.
"Namikaze Naruto.."
Dan gelappun datang.
"Tolong aku, Aoda..."
~
Owari.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top