5
Happy Reading
Tak terasa dua bulan telah berlalu. Ini hari sabtu yang artinya malam ini Ka'is akan datang. Sejak tadi Anaya memilah-milah pakaian dalam lemarinya. Mencoba beberapa yang selalu berakhir sama dengan ekspresi tak puas gadis itu.
Anaya bukan tipe gadis yang mengutamakan penampilan. Biasanya ia memakai apapun yang membuatnya nyaman. Namun hari ini berbeda, sejak kemarin Ka'is mengatakan akan membawanya ke suatu tempat. Jadi ia ingin berpenampilan sedikit lebih baik di hadapan pria yang telah menghadirkan getaran di setiap mereka saling menatap. Rasa itu masih sama seperti pertama kali hadir.
Suara deru mesin mobil terdengar membuat Anaya kalang kabut. Gadis itu mengambil sebuah dress berwarna salmon secara acak. Tak butuh waktu lama ia telah berganti pakaian dan siap menemui Ka'is.
Anaya berjalan menuju ruang tamu namun sampai disana ia tak menemukan pria yang sangat dirindukannya. Disana duduk Nita dan suaminya Adrian tengah mengobrol bersama ayah dan ibunya.
"Cieee, yang kecewa karena yang dateng bukan pacarnya." Celetuk Nita begitu melihat wajah sumringah Anaya berubah kecewa.
Nita bangkit berjalan menghampiri adik sepupunya yang memilih bersandar di rak memperhatikan mereka.
"Ngapain kalian kesini. Sana bulan madu lagi! Kemana kek. Yang lama sekalian, kalo perlu gak usah balik lagi." Anaya mengibas-ngibaskan tangannya mengusir Nita.
Nita mencibir kemudian mencubit pipi Anaya gemas. "Pengennya sih gitu. Tapi gimana lagi bajetnya gak cukup. Lagian Mas Adrian udah harus masuk kerja lagi. Kalo di pecat gimana? Mau makan apa gue?"
Kali ini Anaya yang mencibir. "Makan dedak aja." ucapnya enteng. Nita melotot sambil menjitaknya.
"Sue lo. Lagian dedak juga harus di beli." Nita menyerahkan paper bag yang sedari tadi di tengtengnya. "Nih, dari yayang lo. Jangan lupa komisinya buat gue."
Paper bag itu berpindah tangan, Anaya menerimanya dengan senang hati. Ia menatap Nita ragu. Nita yang mengerti arti tatapan Anaya yang mempertanyakan kenapa bisa ia yang mengentarkan titipan Ka'is langsung menjelaskan.
"Kita baru aja dari Jakarta habis jenguk mama yang sedikit gak enak badan. Kebetulan sore tadi ketemu Ka'is. Kayaknya sih dia buru-buru banget, gak tau kenapa soalnya dia gak ngomong juga. Dia cuma nyerahin itu katanya tolong kasih ke elo, sama bilangin maaf minggu ini gak bisa dateng."
Jangan di tanya seberapa kecewa Anaya saat ini. Namun meski begitu Anaya berusaha tersenyum meski sangat terlihat di paksakan. Ia mencoba mengerti mungkin ada hal penting atau mendadak yang terjadi yang menimpa Ka'is.
Sampai di kamarnya Anaya mencoba menghubungi Ka'is. "Nomor yang an-" Dan selalu sama dengan berakhir di kotak suara atau suara operator yang menjawab. Ka'is tak bisa di hubungi membuat Anaya resah.
Hari-hari terus berlanjut. Tak terasa 2 minggu sudah terlewati dan masih tetap sama Ka'is masih tak dapat dihubungi, nomornya tak aktip sama sekali tak bisa di hubungi. Keberadaan pria itu seakan hilang di telan bumi.
Hari-hari yang Anaya lewati terasa hampa. Anaya mungkin masih menjalani harinya seperti biasa namun senyum ceria itu tak lagi terlihat. Cahaya dalam hidup gadis itu seolah lenyap berganti kesuraman. Anaya hanya mengangguk membalas sapaan rekan-rekannya, duduk termenung mengaduk-aduk minumannya di saat makan siang dan menghabiskan waktu di kamar seharian jika akhir pekan tiba.
Orang tua Anaya merasa sangat cemas melihat keadaan putri mereka. Apakah Anaya sudah mencoba mencari keberadaan Ka'is? Anaya baru sadar jika ia tak mengetahui apapun tentang pria itu selain Ka'is merupakan salah satu teman suami sepupunya. Dua bulan setengah menjalin kasih terasa sia-sia. Anaya terlalu fokus pada romansa dan perasaannya. Ia bahkan mengabaikan detil bahwa ia tak mengetahui apapun tentang Ka'is.
Nita di persilahkan masuk oleh Mira, ibu Anaya. Ia melangkah masuk ke dalam kamar Anaya setelah mengetuk pintu terlebih dahulu. Kepalanya menggeleng melihat isi kamar yang lebih mirip gudang menurutnya. Baju berserakan di lantai dan sebagian tersampir di kursi rias, meja riasnya pun tak kalah berantakan, beberapa kosmetik dan botol parfum bergeletak dengan asal-asalan.
"Ck. Aku yakin Ka'is akan berpikir ulang menjalin hubungan lebih lanjut jika melihat keadaan kamarmu ini."
Nita mejiwir kaos yang ia temukan di atas kasur dengan ekspresi jijjk. Kemudian meleparnya ke dalam keranjang cucian.
"Bangun! Sudah siang! Anak gadis pamali jam segini belum bangun. Nanti susah dapat jodoh loh."
Nita menarik selimut yang menutupi Anaya dari kepala hingga kaki. Anaya merengut merasa terganggu dengan kedatangan sepupunya yang entah kenapa akhir-akhir ini sering sekali berkunjung.
"Kak Nita ngapain sih kesini lagi?! Bukannya kemarin dan kemarinnya lagi udah kesini ya! Jangan bilang lagi berantem sama mas Adrian maskanya kabur kesini terus. Manis-manisnya bulan madu udah ilang ya, jadi sekarang lagi coba berantem-beranteman." Cerocos Anaya yang mendapat toyoran dari Nita. Ia kembali menarik selimutnya menutupi tubuhnya namun kembali di tarik Nita.
"Sembarangan kalo ngomong. Aku kesini karena kasian sama sepupuku yang lagi galau di tinggal pacarnya ini nih. Udah ah galaunya. Tuh gara-gara liat kamu murung terus Mas Adrian jadi pergi ke Jakarta buat cari pacarmu. Gak usah galau lagi, mending anterin aku ke dokter."
Mendengar kata dokter Anaya berubah posisi jadi duduk. "Kakak sakit?"
Nita menggeleng sambil tersenyum malu, ia kemudian berbisik. "Sebenernya udah seminggu ini aku telat. Aku masih ragu sih tapi aku tebak kalo aku hamil."
Mata Anaya membulat mendengarnya. "Serius? Ya udah yuk kita ke dokter. Tunggu sebentar aku mandi dulu." Anaya langsung melompat dari atas kasur dan menyambar handuknya memasuki kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian ia keluar membuat Nita menggeleng melihatnya. "Kamu mandi atau main basah-basahan? Kok cepet banget?"
Tak memperdulikan komentar Nita Anaya kembali memasuki kamar mandi dengan pakaian di tangannya. "Berisik! Ini kan lagi buru-buru." Ucapnya sebelum menutup pintu kamar mandi.
"Buru-buru gundulmu." Nita mencibir sambil kembali membereskan kamar Anaya.
Sisa hari itu sedikit lebih berwarna bagi Anaya. Ternyata dugaan Nita benar, ia memang sedang hamil. Dokter mengatakan usia kehamilan Nita memasuki minggu ke 4. Anaya merasa terharu melihat gumpalan kecil yang terlihat mirip dengan kacang di layar monitor. Keduanya merasa sangat bahagia.
Untuk sejenak Anaya melupakan kesedihannya. Walau saat tiba di rumah nanti ia akan kembali mengingat Ka'is setidaknya ia harus berusaha tersenyum demi orang-orang yang mengkhawatirkannya.
Tbc..
**
01 Oktober 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top