just Lenku -6
[night]
HMiku : ucapin goodnight gitu dong biar romantis
LenK : gamau, kamu gapernah ngucapin, aku ditinggal tidur mulu
[orange]
"Yosh! Ayo berangkat, Len!" Miku memegang pundak Len dari belakang dan menggosokkan kepalanya di punggung Len.
Tunggu sebentar. Parfumnya berbeda.
"LEN BAU JERUK? KAU LEN APA RIN!?" teriak Miku.
Yang ditanya menghela nafas. "Ketahuan, deh." Rin membuka ponytailnya dan merapikan poni yang sengaja dibuat acak-acakan agar seperti Len.
Miku masih menatap datar.
"Gini. Len lagi pengen ngegame bareng, jadi dia suruh aku yang pergi sama kamu. Serius." jelas Rin.
"Dimana Len sekarang?"
"Game center perempatan Chiizu."
Miku langsung tancap gas laksana petugas keamanan yang mau merazia warnet. Rin berdecak ala cicak.
[parfait]
Miku menghela nafas. Ternyata ia melakukan kesalahan. Ia yang mengajak Len mampir ke kedai es krim yang baru buka sebelum mereka menuju ke festival tujuan mereka.
Dan nampaknya mereka tidak akan pernah sampai ke festival itu.
"Len... Kapan berhenti makannya? Udah 5 kali nambah, sadar ngga sih..." Miku menatap kesal pada Len yang sedang asyik-asyiknya menghabiskan parfait pisang.
Kagamine Len, penyuka pisang, malu-maluin.
[quotes]
"Len! Bikin quotes buat aku dong!"
"Tidak akan ada kutipan yang bisa mengungkapkan betapa cintanya diriku padamu."
"Ya itu quotes juga oon." bisik Miku pelan.
[road roller]
Item legendaris turun-temurun milik keluarga Kagamine. Biasanya item ini dipakai untuk melampiaskan emosi dan mengejar seseorang.
WRYYYYYYYYYYYYY!
"MIKUUUUUU! KUUUUUU CINTAAA PADAMUUUUUUU!" teriak Len dari belakang kemudi road roller.
"YAAAAAAAAAAAAAA TAPI JANGAN NGEJAR NGEJAR GUA PAKE ROAD ROLLER JUGA OON!"
"Kok jadi gini?" tanya Gumi pada Rin yang juga mengamati kelakuan kembaran gilanya itu.
"Kemaren Len curhat ke gue kalo dia lagi ngejar Miku. Gue usul mending pake road roller aja. Biar ga cape." jelas Rin polos.
"Kembar edan." Gumi sweatdrop.
[scar]
Len masuk sekolah dengan tampang gahar. Baju seragamnya keluar-keluar. Bekas luka di pipinya menambah kesan sangar.
"Widih, dah kayak ketua geng preman aja. Lu abis tawur sama siapa? Menang kaga? Berantakan bener." komentar Moke.
"Biasa dimarahin Miku gara-gara main game."
[tea]
"Silahkan tehnya, Len." ujar Miku sambil meletakkan dua cangkir teh di meja kecil.
Len menyesap teh yang diberikan Miku, dan seketika itu juga wajahnya mendadak kaku.
"Baru kali ini aku minum teh seperti ini. Rasanya unik sekali."
"Iya, ini teh negi."
Len bersumpah akan muntah sepulang dari rumah Miku.
[underage]
"Banyak sih fans yang menyukai pair LenMiku. Tapi banyak yang tidak suka karena perbedaan umur mereka. Yah, aneh aja gitu kalau cowoknya lebih muda." Luka menyimpulkan saat membaca komentar para penonton lagu duet terbaru Len dan Miku.
"Halah, kan ada Len append." ujar Miku singkat.
[veil]
"Dengan ini ku sahkan kalian sebagai suami istri!" Kaito cengengesan.
"Yeeeeeeey!"
Meiko dan Luka menghamburkan daun yang gugur. Rin tak kalah heboh, ia menggoyangkan pohon jeruk sampai daunnya berguguran.
Yap. Sekelompok bocah ini main nikah-nikahan. Pengantin-pengantinan. Ada-ada aja. Dimana Len dan Miku jadi pengantinnya.
"Woi jangan tebar-tebar dulu, belom selese! Kan belom ciuman!" tawa Kaito yang berperan sebagai penghulu.
Len dengan tampang emosi membuka kain sarung W*dimor yang mengerudungi kepala Miku.
"CIIIIEEEEEEEEEE!"
"BERISIK KALIAAAAAAAAN!" Len mengamuk. Para bocil jerit-jerit dan bubar jalan. Mungkin lebih tepatnya bubar lari ke rumah masing-masing.
Tinggal Len dan Miku berdua.
"Len! Besok kita main lagi, ya! Asyik!" Miku tertawa polos. Len masih kesal, tetapi jauh di dalam hati, ia tidak keberatan.
[window]
Empat hari di dalam kamar, dan Len belum keluar juga. Rin sudah pasrah menyuruhnya keluar dari sana.
Sebenarnya Len tidak benar-benar menjadi seorang hikikomori. Ia masih terhubung dengan dunia luar berkat internet dan perangkat pintar yang dimilikinya. Ia bahkan masih sempat memandang keluar dari jendela.
Sudah empat hari. Len bosan? Pasti.
Matahari mulai condong ke barat. Len menguap, bertopang dagu di ambang jendela. Disaat kantuk mulai menyerang dirinya, irisnya tak sengaja menangkap sesosok gadis yang lewat di jalan depan rumahnya.
Netra toska jernihnya, helai rambut senada irisnya yang terlihat mempesona ketika dimainkan oleh angin, wajahnya ketika tenang, tersenyum, dan tertawa.
Jackpot. Gadis itu berjalan bersama Rin.
Dan ketika Rin pulang ke rumah, Len langsung menanyainya sebelum Rin sempat menanyakan mengapa ia baru keluar kamar setelah beberapa hari.
"Tadi pergi sama malaikat?" tanya Len entah polos atau hiperbola.
"Gini nih kalau pelepah pisang dikasih nyawa." Rin menghela nafas.
[xylophone]
Denting merdu dari alat musik perkusi-melodi yang dimainkan Len membuat Miku tersenyum.
Ia teringat waktu itu, ketika mereka masih bersekolah di taman kanak-kanak.
Bagaimana Len ngompol saat memainkan lagu ini sewaktu pentas.
[yawn]
"HOAM~" Len menguap lebar.
"Kalau nguap ditutup." tukas Miku datar.
Len menggaruk bagian belakang kepalanya. Ngantuk. Bosan. Entah sudah berapa lama mereka menunggu Rin yang sedang membeli tiket bioskop.
Len ingin menguap lagi.
"Hoa--"
Seketika Len terbelalak. Miku membungkamnya dengan bibirnya.
"Dibilangin kalo nguap ditutup, goblok."
[zodiac]
Len sedang menikmati pisang goreng di pagi hari. Kemudian sebuah notifikasi dari browser muncul di smartphone-nya.
Ramalan zodiak. Len memang iseng mengikuti thread ini. Walaupun sebenarnya, prediksi mereka tidak begitu tepat bagi Len.
Capricorn : Semakin banyak tuntutan yang harus kamu penuhi.
Len tersenyum. Ah, bohong nih.
Tapi pemikiran Len berubah ketika sebuah notifikasi aplikasi chat masuk ke smartphone-nya.
Bebeb Negi Bgsd : Len, jalan yok :3
Len membeku di tempat. Ramalan itu bisa tepat juga.
chap 6 end
A/N : semangat yang lagi daftar sekolah! jangan lupa ambil token!
buat yang nyadar, chap 5-6 ini alphabetic lho.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top