just LenKu -5

[attention]

"Ih! Kapan si BaKagamine itu lebih memperhatikanku dari pisang-pisangnya, hah!?" omel Miku pada Gumi.

"Gampang. Gini caranya." bisik Gumi. Miku mencondongkan badan, siap mendengarkan.

"Bawa pisang setandan..."

"Terus..."

"Makan di depan Len... Pasti auto minta..."

[blacklist]

"Kalo aku jadi Duke Venomania, kamu udah tak daftarin di list harem-ku."

Alis Miku terangkat sebelah mendengar pernyataan Len. "Laknat."

"Iya... masukin di daftar hitam (di-blacklist)~"

"Sip lah. Sapa juga yang mau dimadu." dengus Miku.

[crash]

"Ngecrash lagi..." Len menggebrak meja. Stress ngeliatin laptopnya yang ngelag. Macet-macet. Lola. Lemot.

"Makanya memorinya jangan kepenuhan." ujar Miku.

"Padahal cuman uwe isi DotA sama tugas." Len menatap laptopnya yang ngenes dengan wajah lemes.

"DotA-nya dihapus. Mending kamu balas chatku daripada main DotA."

"BUKAN MASALAH DOTANYA! YANG BIKIN AKU SUSAH BALAS CHATNYA GARA-GARA LAG INI!"

"YAUDAH DOTANYA DIHAPUS BIAR GA NGELAG!"

[delivery]

"Len, beliin negi 1 karung yak!"

'Dih, negi doang mah biasa.' batin Len. "Sama apa lagi?"

"Dukun Donuts di stasiun yang isi 12, es wawan, sama doujin yaoi GakuKai yang paling baru."

Dukun Donuts stasiun!? Jauh amat! Es wawan!? Elah! Yang jualan susah nemunya! Muter mulu! DAN APA MAKSUDNYA MEMINTA SEORANG COWOK MEMBELI DOUJIN YAOI!? Emang sih Len nggak di-pairing salam doujin kali ini, tapi kan jijik coy.

"Anterin ke rumah gue sekalian ya!"

'Mending gua daftar GeJek, terus jadi tukang GeSend...' jerit Len dalam hati.

[every]

Setiap jam bersama Miku berlalu dengan lebih cepat.

Setiap hari bersama Miku membuat Len makin semangat.

Tapi nampaknya setiap lembar isi dompet Len tidak selamat.

[freeze]

"Eh Mik, tolong masukin es krim pisang gue ke kulkas!" pinta Len.

"Oke!"

Setengah jam Len mendownload anime. Len menguap lebar dan merentangkan tangannya.

Saat jemarinya menyentuh meja, ia merasakan sesuatu yang basah dan lengket.

Mata Len kembali terbuka. Terbelalak lebar.

"ES KRIM KUUUUUUUUU! MIK TADI KAN UDAH KU SURUH MASUKIN KULKAS!"

"Lho katanya pisangnya?"

"ES! KRIM! PISAAAAAANG!"

Len menghela nafas dan menggigit pisang beku.

[glass]

"Len, kalau kita nikah, kasih souvenir apa ya?"

BRUSH!

Jus pisang seketika muncrat dari hidung Len.

"Len, nggak usah kaget gitu... Kamu lupa kita udah tunangan?" Miku sweatdrop sambil menunjukkan cincin di jarinya.

"Yaudah gelas aja biar simpel dan jelas ada gunanya." Len membersihkan jus pisang nyembur dengan serbet souvenir nikahan Meiko dan Kaito.

[heaven]

"Apakah aku berada di surga? Karena aku melihat bidadari di hadapanku." gombal Len sambil memegang dagu Miku.

"Otw neraka lu mah, Miku kan malaikat pencabut nyawa!" celetuk Kaito--mantan Miku--sambil cekikikan.

"NANI!?"

PLAK!

Kaito tewas tertampar boomerang high heels. Len selamat, sempat kabur.

[illegal]

"Len! Siaga satu! MIKU OTW!" jerit Gakupo.

"NANI!?" Len panik kebat kebit kalang kabut. "BERESIN SEMUA, BERESIN!"

Len, Gakupo, dan Fukase langsung bergerak secepat kilat. Menyingkirkan beberapa botol di meja. Membereskan beberapa bubuk putih yang bersebaran. Jantung berdetak kencang. Keringat dingin mengucur. Bahaya kalau sampai ketahuan.

Pintu depan diketuk.

"Leeen?"

"Iya bentar!"

Mendapat firasat kalau 'bentar' yang diucapkan Len berarti 14 tahun lagi, Miku langsung membuka pintu depan.

Dan yang ia lihat sekarang adalah Len, Gakupo, dan Fukase. Berdiri berjejer-jejer, wajah pucat, nafas terengah-engah, keringat bercucuran, dan senyum yang dipaksakan.

"Irasshai!" ujar Gakupo ramah.

"Oh, ada kalian rupanya..." Miku memicingkan mata.

"Miku-san ada perlu apa ya nyari Len-kun? Hehehe." Fukase mencoba mengalihkan perhatian.

"Mau ke Akihabara... Kenapa baju kalian kena tepung semua?" Miku mulai masuk mode interogasi.

"Tadi kita main karambol!" jawab Len cepat.

"Terus kenapa tepungnya disitu?" Miku menunjuk sebaran tepung di depan TV.

"Eeeeh... Yang kalah ditepungin!" Gakupo ngeles.

"Kalian gak make sabu kan?"

"KAGAK LAH!" jerit mereka bertiga.

"Terus itu botol apaan? Kalian nge-beer?" Miku menunjuk seonggok botol kaca di pojok ruangan.

"Itu botol kecap Mik." Gakupo ngeles ngebut.

"Biar apa kalian ngumpulin botol kecap?"

"MAU DI LOAKIN, KALI AJA PAK LONGYA LEWAT, ITU LHO YANG SERING TERIAK SURAT KABAR LAMA, BATTERY LAMA LAMA~" jerit Len.

"Gak usah ngegas juga kali njawabnya. Ya udah kita perginya ntar sore aja, lu juga baru ada tamu." ucap Miku.

Setelah Miku berlalu, mereka menghela nafas lega.

Duh, mau sembunyi-sembunyi bikin surprise malah dikira make barang haram. Padahal tepungnya buat bikin kue surprise anniversary-nya Len sama Miku.

Botolnya buat apa? Mau bikin alat musik tingtingan. Inspired from tukang bakso kata Gakupo.

[jogging]

Pagi buta di lapangan. Miku mengencangkan tali sepatunya. Meregangkan badannya sedikit, lalu mulai berlari keliling lapangan.

Kalau boleh jujur, ini benar-benar bertolak belakang dari Miku yang biasa. Rutinitas Miku pada pukul enam pagi adalah mager di kasur sampai emaknya ngamuk. Turun dari kasur mungkin cuma cari makan atau ke kamar mandi, itupun nggak mandi.

Dan sekarang, Miku yang tadi diceritakan sedang berlari mengitari lapangan di pagi hari. Entah bagaimana bisa. Faktor utamanya mungkin karena angka di timbangan yang meningkat cukup banyak, setidaknya cukup banyak menurut takaran Miku sendiri.

"Lima putaran saja, lima putaran saja!" bisik Miku sepanjang lintasan lari. Tapi sepertinya, otot-otot malasnya tidak sependapat dengan niatnya.

Baru mau dua putaran, kakinya sudah lemas seperti jelly. Pandangannya sudah berkunang-kunang. Alhasil, Miku tidak melihat batu di depannya.

GUBRAK!

Yap, Miku tersandung dengan sangat tidak elit. Ketika ia mengangkat kepala, yang ia lihat adalah--

"Miku-chan?"

--Kagamine Len. Orang yang juga berpotensi menjadi alasannya menurunkan berat badan.

"O... hayou... Len-kun..." Miku mencoba berdiri dengan tampang amburadul.

"Lebih baik kau istirahat saja dulu. Kalau tidak kuat, tidak usah dipaksakan..." Len merangkul Miku dan membawanya ke pinggir lapangan.

"Minum ini." Len menyodorkan termos berisi teh hangat. "Aku lari dulu, ya."

Yah, walaupun tidak jadi kurus, setidaknya di-notice doi.

[key]

"Mik, kunci gue mana?" tanya Len.

"Kunci apaan? Pasti mau gombal. Kunci pintu hatimu kek, apa lah..." Miku mulai berprasangka, entah ini baik atau buruk.

"Kunci motor coeg, ga ada itu gue ga jadi boncengin lu pulang!"

Miku nyengir, mengeluarkan kunci motor dengan gantungan pisang dari kantongnya.

[lips]

Len menguap, lelah mendengar curhatan dan ocehan Miku. Ia mengambil smartphone di saku dan mencolok headset. Setelah mengatur volume lagu menjadi maksimal, ia memasang headset di telinganya dan memutar musik rock.

Len makin pening dan emosi dengan bacotan Miku yang tiada henti seperti bocah analog. Sumpah, bacotan Miku masih terdengar di antara kencangnya teriakan penyanyi rock.

"Bibirmu tipis." dengus Len.

"Hm?"

"Maksudku kau cerewet."

"APA!?"

Cup!

Miku seolah membeku saat bibir mereka bertemu. Jiwanya seolah terbang meninggalkan raganya yang membatu.

"Cerewet dan manis." ujar Len setelah mengakhiri ciumannya.

"SIALAAAAAAAAAAN!" Miku mengacungkan negi, siap menampar Len.

[money]

"Goodbye, Mickey..." Miku melambai pada maskot taman hiburan yang dikunjunginya bersama Len.

Len juga melambai, sambil berbisik, "Goodbye, Money... T^T"

chap 5 end
edisi males bikin author note

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top