11
Selamat membaca
°
°
°
°
30/04/2021
___________
"Angan ku hanya ingin bersama mu."
"Angan ku hanya ingin cahaya kembali terlihat pada mata indah mu."
"Permohonan dan harapan mu adalah permohonan dan harapan ku juga untuk mu."
"Andai kau mengetahui perasaan ini, Chuuya."
________________________________
Dua minggu telah berlalu dan kini Tachihara sudah keluar dari rumah sakit. Betapa senang nya Chuuya mendengar kabar seperti itu, ia langsung menghampiri Tachihara di kelas nya hanya untuk sekedar melihat sosok pahlawan kecil nya tersebut.
Chuuya tidak masuk, ia hanya memperhatikan Tachihara yang sedang bersenda gurau di dalam kelas bersama teman-teman nya. Senyum ulas tercetak dan Chuuya melangkah pergi setelah puas memastikan kondisi adik kelas nya tersebut.
"Senpai!"
Teriakan suara familiar membuat langkahnya terhenti. Ia segera menoleh, membiarkan Tachihara menghampiri nya.
"Kau benar-benar sudah sehat?" Tanya Chuuya mencoba membuka pembicaraan.
Anggukan semangat diberikan Tachihara sebagai respon pertama, "Berkat doa senpai aku sembuh dengan cepat."
"Kau ini apa apaan? Berkat keinginan mu untuk sembuh lah luka itu cepat pergi."
Tachihara tersenyum lebar, "Oh ya senpai setelah pulang sekolah apa senpai ada waktu?"
Sebenarnya ada. Paman yang baru ia ketahui akhir-akhir ini mengajak nya untuk belajar bersama Dazai karena Oda sakunosuke sedikit kecewa melihat perubahan nilai Chuuya yang selalu menurun, terlebih ia akan ujian dua minggu lagi akan tetapi, seperti nya Tachihara lebih penting untuk saat ini.
Bagaimanapun juga ia harus membalas budi atas apa yang telah keluarga nya berikan.
"Ya aku ada waktu luang, kenapa?"
"Kalau begitu..senpai ingin pergi bersama ku selepas pulang sekolah? Aku ingin makan bersama senpai."
Tanpa ragu Chuuya mengangguk, mengiyakan ajakan Tachihara.
"Baiklah, temui aku di gerbang sekolah nanti ya."
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Atau seharusnya ia memang tidak pernah mempercayai siapapun, bergantung pada siapapun. Seharusnya Chuuya tidak lagi berharap bantuan dari orang lain.
Itu adalah persepsi yang Chuuya pegang setelah ia berhenti menindas orang-orang yang melakukan penindasan di sekolah. Ia kejam, tak kenal ampun menghajar habis wajah seorang penindas, pemalak dan pembully. Karena persepsi nya itu ia tidak mudah goyah dan lemah seperti ini.
Namun persepsi itu hilang setelah cahaya nya kembali, Dazai Osamu kembali muncul dihadapan nya serta kebaikan seorang adik kelas yang tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan nya.
Seharusnya Chuuya memang tidak perlu mempercayai siapapun, bahkan Oda.
Dengan tubuh tanpa busana, Chuuya membiarkan beberapa pria bertubuh kekar menghujam lubang nya, melecehkan serta menghisap kejantanan mereka. Ia terlalu lemah untuk melawan, di depan sana terlihat seseorang yang selama ini ia anggap sebagai pahlawan nya tengah menatap diri nya dengan tatapan yang sama.
Tatapan rendah.
"Seharusnya senpai tahu jika setiap kebaikan memiliki harga. Dengan ini hutang budi senpai terbayar lunas, uang makan dan tempat tinggal serta biaya rumah sakit ku."
Ucap Tachihara seraya mendekat, menarik surai Chuuya hingga ia meringis pelan.
Kedua tangan yang terikat membuat Chuuya hanya dapat pasrah hingga lima pria itu merasa puas.
Iris biru nya sudah tak lagi mengeluarkan air mata, tenggorokan nya sakit hingga tak ada lagi suara yang keluar.
Hati nya hancur, lebih hancur ketika Dazai meninggalkan nya dulu.
Mungkin setelah ini ia tidak akan percaya pada orang lain lagi karena tuhan terlalu membenci nya.
"Nikmati dia sepuas kalian tapi jangan buat dia mati." Ujar Tachihara seraya berlalu keluar ruangan.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Pintu rumah dibuka nya dengan perlahan. Masih dini hari untuk pulang ke rumah, Chuuya berusaha berjalan pulang seorang diri dengan tubuh penuh luka. Ia mungkin bisa saja pingsan jika memilih tidur di jalanan saja namun sayang nya tidak, ia punya rumah dan kasur dan ia merindukan mereka.
Langkah pelan namun tertatih, ada Oda dan Dazai yang tidur di ruang tengah dengan futon entah darimana mereka mendapat kan nya. Chuuya tidak peduli.
Ia hanya ingin ke kamar dan mengunci diri nya seharian penuh. Ini hari Minggu semoga mereka tidak menyadari kepulangan nya.
Sesampai nya di kamar ia langsung membuka jendela, membiarkan angin segar meniup wajah nya. Berharap sakit hati nya dapat hilang dengan cepat.
Hanya ini ia tidak boleh menyerah. Ujian dua minggu lagi dan Chuuya bisa dengan cepat mencari pekerjaan yang lebih layak. Tidak heran Tachihara meminta uang balas budi pada nya, toh ia sudah yakin tidak ada teman sekolah yang ikhlas menolong nya, mungkin termasuk Dazai dan guru konseling Oda.
Tangan nya tanpa sadar meremas selimut kemudian ia mendekapkan wajah pada bantal. Berusaha meredam isak tangis nya lagi.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Dazai refleks meletakan telunjuk pada bibir nya ketika melihat Oda hendak bersuara. Ia sudah mengira pertanyaan apa yang akan Oda keluarkan pada nya.
Dazai kemudian berdiri, meminta sang guru untuk berbicara di tempat lain.
"Ada apa?" Oda buka suara ketika mereka sudah sampai di luar kamar apartemen Chuuya.
"Chuuya semalam pulang."
"Oh ya? Jam berapa?"
"Sepertinya antara pukul dua atau tiga dini hari."
"Lalu apa yang kau lakukan di depan kamar nya?"
Dazai menghela nafas nya perlahan, ia sangat tidak kuat dengan apa yang ia dengar.
"Aku duduk di depan kamar nya sejak ia menangis."
"Menangis? Bagaimana kau tahu?"
"Aku sempat melihat Chuuya pulang dengan keadaan berantakan. Entah habis melakukan perkelahian atau hal yang lain namun sepertinya aku bisa menebak sesuatu."
Oda terdiam dan Dazai tahu jika sang guru menunggu lanjutan penjelasan nya.
"Bisa saja dia habis dilecehkan atau di hina oleh orang-orang sekolah. Intinya Chuuya sedang terpuruk untuk saat ini."
"Begitu...lalu apa yang akan kita lakukan?"
"Aku yang akan bicara padanya." Ucap Dazai.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Chuuya selamat pagi~" pintu kamar diketuk kuat agar yang di dalam mau membukakan nya, namun seperti nya dugaan Dazai benar, Chuuya tidak akan keluar selama dia dan Oda masih ada di rumah nya.
Presetan dengan itu.
Ia hanya ingin melihat kondisi Chuuya, rasa rindu itu membuatnya tak tahan lagi. Dengan pinset yang ia selalu bawa di dalam saku celana, Dazai mencoba membobol pintu Chuuya.
Dan..
Berhasil
"Chuuya selamat pagi~ apa kau masih tidur?"
Tak ada jawaban dari sang pemilik nama. Sosok nya tidur menghadap ke jendela, memunggungi nya. Chuuya membiarkan jendela terbuka sejak dini hari membuat Dazai berdecak pelan.
Bagaimana jika ada orang jahat seperti perampok yang memasuki kamar nya?
"Chuuya?" Panggil Dazai seraya mendekat.
Ia mendudukan diri di tepi ranjang, mencoba melihat wajah terlelap Chuuya. Ah..ada air mata di sana, iris gelap Dazai hanya dapat menatap nya dalam diam.
Apa yang sebenarnya telah terjadi?
Dazai mengelus surai senja dengan lembut, berharap rasa sakit dan sedih Chuuya dapat terbagi pada nya atau lebih bagusnya lagi rasa itu hilang karena nya.
Ia sudah muak melihat sosok berharga yang ada di depan mata nya ini selalu menampakan wajah sedih. Tak ada cahaya lagi pada iris biru laut nya, tak ada lagi senyum cerah yang dulu Dazai suka.
Ia merindukan itu semua, merindukan Chuuya yang ceria.
"Andai aku datang lebih cepat, andai aku bisa kabur saat mendengar kabar kebakaran itu. Kau tahu.." ujar Dazai pelan, ia tidak peduli Chuuya mendengar nya atau tidak.
"...Odasaku merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi pada mu selama ini. Begitupun dengan ku."
Kesalahan Dazai hanyalah ia tidak tahu kalau sejak dini hari Chuuya tidak terlelap sama sekali.
Bersambung
Next?
Bagaimana dengan bab kali ini? Saya terinspirasi setelah saya lihat gambar soukoku dari pixiv, hehe 😏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top