01

Selamat membaca

Bau menyengat khas alkohol menyeruak ketika surai senja itu membuka pintu kamar. Ia menghela nafas pelan ketika mendapati beberapa botol kosong tergeletak memenuhi ruang tengah hingga dapur.

"Akh-!"

Tubuh kecil itu tersungkur keatas lantai ketika sendi lututnya ditendang dengan keras. Ia mendongak, mendapati seorang pria paruh baya dengan keadaan sedikit mabuk yang menatap geram kearah nya.

Belum sempat terbangun, kerah kaos biru miliknya ditarik hingga membuatnya terangkat.

"Apa yang kau lakukan semalam pada pelanggan ku hah?! Mereka bilang kau melayani mereka dengan tidak puas. Aku mengeluarkan jerih payah ini untuk kehidupan kita bodoh!"

Satu tamparan menghantam pipi dengan keras kemudian membanting tubuh kecil itu hingga kepala membentur pinggiran meja. Tak ada jeda, kaki pria paruh baya dilayangkan pada perut Chuuya. Mengakibatkan pria kecil itu menahan desis sakit. Kaki tak berhenti menendangi tubuh rapuh hingga si kecil oren itu tak mampu lagi bergerak.

Apanya yang untuk hidup kita? Pria tua itu hanya membuang uang asuransi ibunya untuk mabuk dan menyewa beberapa wanita menjijikan tiap malam nya. Harapan untuk hidup itu telah sirna, cahaya terang yang berpendar pada safir birunya meredup. Telah lama menghilang. Ia lebih memilih menghunuskan pisau pada jantung jika memang ia bisa melakukan nya.

Disesapnya gulungan tembakau kuat lalu menghembuskan asap tepat didepan wajah Chuuya, membuatnya terbatuk.

"Merepotkan mengasuh anak panti kotor seperti mu. Seharusnya istri ku mendengarkan ku untuk tidak mengunjungi panti kumuh itu." ia pun berlalu.

Meninggalkan Chuuya yang masih terkapar lemah diatas lantai dapur.

Darah mengalir dari pelipis, mengotori lantai. Sepertinya itu akibat dari benturan pada meja tadi.

Pandangan nya memudar. Tidak, ia tidak boleh pingsan. Gerbang sekolah akan segera ditutup dua jam lagi. Ia harus bersiap.

Dipaksakan tangan yang bergetar itu untuk meraih permukaan kursi, membantunya untuk berdiri. Setelah berhasil ia memaksakan kaki yang bergetar hebat berjalan menuju kamar mandi. Bagaimanapun juga ia masih tetap ingin memperbaiki nilainya yang sebagian dibawah rata rata.

Biarpun ibu angkat, dengan jujur Chuuya merindukan sosok hangat yang merengkuh tubuh nya ketika kepala besi ikat pinggang pria itu hendak melukai kepala nya. Dengan pelukan hangat itu membuat kepala ikat pinggang hanya berakhir pada punggung ibu angkatnta.

🍷🍷🍷🍷🍷

Chuuya berdecak kesal ketika cairan hangat itu masih mengalir dipelipis. Anak sekolah lain tidak satupun menyadari bahwa terdapat siswa menyeramkan dengan kemeja putih yang kerahnya telah ternoda oleh warna merah. Dengan tisu yang tersisa disaku celana-entah tisu dari kapan tersimpan disana- Chuuya menahan aliran darah pada pelipisnya lalu melanjutkan langkah.

"Nakahara."

Sebuah intrupsi berat menghentikan langkah, ia berbalik menuju sumber suara. Kemudian tubuh membungkuk ketika mendapati seorang guru berjalan menghampirinya.

"Mori sensei, selamat pagi."

Pria bersurai hitam lurus seleher itu tersenyum mendapati salam hangat dari salah satu muridnya.

"Minggu yang lalu kau tidak masuk lima hari, kalau boleh tau kemana kau pergi, Nakahara?"

Nafas sedikit tercekat, ia menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Saya kerja paruh waktu." alasan nya.

"Begitukah? Apa pekerjaan paruh waktu mu itu?"

Sejenak Chuuya terdiam, tidak ingin menjawab akan tetapi bagaimana pun juga pria dihadapan nya kini adalah seorang guru. Terlebihnya rumor Mori sensei dapat mengetahui kebohongan seseorang.

Maka dari itu Chuuya memasang ekspresi natural nya.

"Pekerjaan kecil yang mampu untuk memenuhi kebutuhan ku sensei."

Mengerjapkan mata sejenak, Mori lalu mengangguk faham.

"Lalu, kenapa dengan kepala mu itu? Apa kau baik baik saja?"

Ketika tangan sang guru ingin menyentuh pelipisnya, dengan cepat Chuuya mundur beberapa langkah dengan senyum kikuk terpantri diwajah.

"Ah ini, tadi setelah mandi saya terpeleset di dapur dan tanpa sengaja membentur kursi makan."

"Begitukah?"

Chuuya hanya mengangguk sekilas namun untuk seorang guru berpengalaman seperti Mori, ia tidak bisa mempercayai cerita anak itu dengan mudah.

"Kalau begitu kita ke UKS, obati luka mu."

"Tapi sensei pelajaran nya akan segera-"

"Ini perintah, Nakahara. Ikut aku."

🍷🍷🍷🍷🍷🍷

Dua bel telah berlalu, Mori sensei juga sudah pergi. Meninggalkan Chuuya seorang diri diruang UKS. Menatap keluar jendela, meperhatikan beberapa siswa yang tengah menyantap bento atau makanan kecil untuk mengisi kekosongan perut.

Refleks ia memegangi perutnya. Sudah dari kemarin pagi ia tidak makan. Perutnya melilit dan mual, membuatnya turun dari ranjang hendak menuju kamar mandi.

Mengeluarkan isi perut lewat mulut pada wastafel UKS. Nafas nya terengah, ia alirkan air dari kran untuk berkumur.

Sial, bahkan berkumur pun hendak membuatnya muntah lagi.

Chuuya memilih tenang, mengatur nafas dengan benar. Ia tidak boleh memikirkan apapun, karena rasa mual itu akan berpicu lagi untuk dikeluarkan.

Menatap pantulan diri pada cermin ia melihat beberapa tanda kemerah di bagian dada yang tak terkancingi. Wajahnya semakin redup.

Dijadikan pelacur sewaan dengan harga murah oleh sang ayah sudah dijalaninya sejak ibu pergi. Chuuya berfikir ketika itu ia telah kehilangan semuanya.

Setelah ia pergi dari tadika itu, ia menyadari ia telah kehilangan semuanya.

Sosok brunette yang kerap hadir didalam mimpilah yang menjadi alasan kuat mengapa ia masih ingin memijakan kakinya didunia hina ini.

Ia menutup mata perlahan. Mengingat moment dimana ia dengan sang brunette melakukan perpisahan

"Kau akan menunggu ku Chuuya?"

"Aku akan menunggu mu sampai seratus tahun sekalipun."

"Jangan bodoh, bahkan hanya sedikit manusia yang bisa berunur panjang hingga seratus tahun."

Senyum lebar bocah surai senja itu mekar. Tangan nya menggenggan tangan si brunetta dengan erat.

"Kau bisa mengunjungi ku ke kota jika mau."

"Sungguh? Berikan alamat mu ya."

Sekilas namun terlihat begitu jelas dibenak. Ia pun membuka mata kemudian nafas tercekat ketika menyadari air matanya yang keluar tanpa sebab.

Apakah sang brunette mau kembali berhubungan dengan nya-jika memang mereka bertemu kembali- dengan keadaan nya yang sudah kotor seperti ini?

Chuuya bukanlah pria muda polos dan suci seperti teman pria lain nya disekolah. Sudah terlalu banyak bekas yang ditinggalkan oleh pelanggan ayahnya. Tidak peduli mereka perempuan atau laki-laki. Chuuya bukanlah seorang perjaka lagi. Terlebih ia memiliki wajah cantik yang unik, bukan tampan atau berkarisma.

Hal itulah yang membuat beberapa anak disekolah menilainya seorang perempuan yang tidak jujur pada publik.

Ia kembali menghela nafas. Pening dikepala semakin menjadi, manarik kedua tungkai untuk kembali pada ranjang, memejamkan mata hingga bel terakhir berbunyi.

Biarlah ia bolos toh, malam ini ada pelanggan yang harus ia layani pastinya.

🍷🍷🍷🍷🍷🍷

Mori hendak menahan sosok mungil itu ketika melihatnya melewati gerbang sekolah, berniat mengantarkan pulang hingga ke rumah. Akan tetapi Chuuya menolak dengan halus dan mengatakan bahwa ia akan langsung pergi menuju tempat kerja paruh waktunya.

Setelah salam perpisahan kecil, Chuuya melangkah menuju halte.

"Dia siapa ayah?"

Eksistensi Mori teralih pada kursi belakang ketika suara lain menginterupsi nya.

"Ah itu, teman sekelas mu. Kau pasti menyadari terdapat bangku kosong di kelas bukan? Itu milik nya."

"Bangku dengan penuh coretan hinaan diatas nya?"

"Hinaan? Apa maksud mu, Dazai kun?"

Ia menginjak pedal gas, melajukan mobilnya kembali. Melewati halte dimana Chuuya sedang menepikan diri.

Akan tetapi ketika pria bernama Dazai tengah menatap keluar jendela, pria senja itu tengah berjongkok membenarkan tali sepatunya. Menyembunyika wajah karena terlalu sibuk dengan tali sepatu.

"Ya hinaan seperti...." perlu diberitahu?

Benak Dazai. Pria itu terdiam sejenak hendak mengambil nafas kecil sebelum kembali melanjutkan.

"....dasar tidak jujur. Transgender, kau seorang wanita jujur saja, wajah mu cantik kencanlah dengan ku." jepas Dazai seingatnya.

Yang diajak bicara hanya meliriknya dari kaca mobil, mengangguk singkat kemudian tak lagi menanggapi cerita anaknya yang baru saja pindah ke sekolah tersebut hari ini.


-Bersambung

Next?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top