[Materi] Tips Supaya Novel Kita Bisa Diangkat ke Layar Lebar
KELAS UMUM SPESIAL RAMADHAN SPIRITUAL THEWWG
Minggu, 17 Mei 2020
Tutor: Mia Chuzaimiah
Materi: Tips Supaya Novel Kita Bisa Diangkat ke Layar Lebar
Moderator: Nurmoyz
Notulen: heuladienacie
★SESI MATERI★
Bismillah.
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang teman-teman. Terima kasih sudah melapangkan waktu untuk hadir di kelas siang ini.
Insya Allah ibadah di bulan Ramadan lancar dan tetap semangat pada sepuluh hari terakhir.
Terima kasih kepada WWG yang sudah mengundang saya untuk berbagi di grup ini.
Perkenalan sedikit ya.
Temanya cukup menarik ya, bagaimana menulis naskah yang dilirik sutradara?
Bismillah, kita mulai, ya.
Kalau ditanya, gimana, sih, novel Wedding Agreement bisa dilirik sutradara?
Saya jawab, karena saya kenal dengan sutradaranya, he he.
Jadi novelnya saya kasih ke dia.
Nah, bagaimana sutradaranya tertarik dengan novel saya dan membawanya ke produser untuk dijadikan film?
Maka, saya akan menjawab, saya juga nggak tahu. Beneran nggak tahu kenapa novel saya kok bisa sampai diangkat ke layar lebar.
Apa alasannya?
Apa yang membedakan dengan novel lain?
Saya tahunya, novel saya banyak yang baca dan suka dengan ceritanya. Termasuk dengan sutradaranya. Dia suka dengan jalan ceritanya.
Padahal novel saya waktu itu Self Publishing, nggak dijual di toko buku, bukan best seller, pembaca di Wattpad juga baru 6M.
Kayaknya nggak memenuhi syarat-syarat kebanyakan novel bisa diangkat ke layar lebar.
Novel Ayat-Ayat Cinta, best seller.
Laskar Pelangi, best seller.
Novel karya Mbak Asma, best seller.
Novel Negeri 5 Menar, best seller.
Jadi, apa yang membuat novel saya akhirnya dijadikan film?
Saya akan bercerita sesuai dengan apa yang saya alami.
Mungkin pendapat saya beda dengan penulis, tetapi perbedaan adalah hal biasa.
Insya Allah teman-teman bisa mendapatkan sedikit kebaikan di dalamnya.
Apa yang saya lakukan terhadap novel Wedding Agreement?
♥ Menulis sepenuh hati
Ketika menulis, teman-teman harus mencurahkan segenap cinta kepada tulisan yang sedang dikerjakan. Perhatikan benar-benar semua aspek yang membentuk novel.
Apakah premisnya menarik?
Apakah karakternya tidak biasa?
Apakah plotnya tidak terduga?
Apakah konfliknya terus memuncak?
Apakah penyelesaiannya memuaskan?
Perhatikan betul-betul, susun dengan baik. Rencanakan dengan matang. Bukan asal jadi.
Tulis dengan segenap hati, karena apa yang datang dari hati akan sampai ke hati.
Berikan yang terbaik untuk naskah yang kita tulis. Jadikan karya terbaik. Masterpiece. Dan tentu saja, tulisan harus SELESAI.
Ketika menulis Wedding Agreement, ada misi yang saya bawa ke dalam tulisan. Ada nilai-nilai yang ingin saya bagikan. Jadi saya semangat untuk menyelesaikan tulisan.
Saya juga diskusi dengan mentor saya tentang novel yang saya kerjakan. Apa yang kurang, apa yang berlebih?
Walaupun bukan novel terbaik bila dibandingkan novel-novel lain, tapi itu yang terbaik yang bisa saya tulis.
♥ Marketing
Promosikan naskah yang sudah ditulis di media sosial. Sekarang kan banyak ya paltform-nya. Karena banyak kok yang mencari naskah potensial di Wattpad atau platform menulis lain. Sudah banyak kan contohnya film yang diangkat dari novel di Wattpad.
Terakhir yang aku tahu Mariposa yang pembaca di Wattpad sekarang sudah 90M. Wow.
Memang sih kecenderungan PH mencari novel yang pembacanya buanyaaak. Dengan asumsi pembaca novelnya pasti akan menonton filmnya. Namun, nggak juga, sih. Aku contohnya, he he.
Aku posting naskah yang aku tulis di Wattpad dan FB.
Hanya dua itu, kalau teman-teman punya banyak, lebih bagus lagi.
Alhamdulillah dari sana semakin banyak yang suka dan membaca tulisanku.
Sampai akhirnya ada penerbit yang tertarik untuk menerbitkan tulisanku.
♥ Belajar
Belajar itu proses seumur hidup. Walau sudah menulis banyak naskah, tetap harus belajar. Karena akan ada sesuatu yang baru ketika kita belajar ke orang yang berbeda. Pilih mentor yang mumpuni dan banyak pengalaman.
♥ Menikmati Proses
Setelah selesai naskah yang satu, aku terus menulis naskah yang lain. Jadi jangan berhenti menulis, karena kita nggak tahu naskah mana yang nanti akan menemukan jodohnya. Wedding Agreement adalah naskah ke-10 yang saya tulis. Kalau saya menyerah dan berhenti di naskah ke-9, tentu akan beda lagi ceritanya.
♥ Tawakkal
Yakin kalau setiap naskah ada jalannya masing-masing. Sudah Allah tetapkan rezekinya. Jadi yakin saja.
Ketika novel WA pertama kali ditawarkan oleh sutradaranya ke PH, tidak langsung diterima. He he. Alias ditolak.
Reaksi saya? Menerima. Yakin itu yang terbaik dari Allah. Memang belum waktunya. Kalau memang sudah takdirnya, pasti akan terjadi.
Kalau dipikir-pikir lagi, jalan yang saya tempuh itu terasa mudah, Allah yang memudahkan. Saya nggak susah-susah menawarkan ke sutradara, malah sutradaranya yang minta novelnya ke saya untuk dibaca. Sutradaranya yang bawa novel saya ke PH-nya. Saya hanya menunggu. Karena saya sama sekali nggak punya hubungan apa-apa dengan dunia film.
Kalau teman-teman ingin dilirik oleh sutradara, maka berikan yang terbaik untuk karya yang sedang teman-teman tulis. Jadikan naskah teman-teman stand out, berbeda dengan yang lain.
Untuk genre apa pun akan ada peluangnya. Horor, komedi, romance, keluarga, hero, apa pun, semua bisa dijadikan naskah film. Namun, harus naskah terbaik.
Walau untuk kasus novel yang saya tulis, pengecualian, he he. Itu benar-benar kuasa Allah.
Insya Allah itu sedikit yang bisa saya sampaikan.
★SESI TANYA JAWAB★
☆Tanya 1:
Assalamualaikum. Kelas ini menarik sekali dan materinya juga bagus.
Tapi saya mau nanya. Apa dengan novel diadaptasi menjadi sinema (film/drama), akan berpengaruh kepada penulis itu sendiri? Misalnya ada suatu kebanggaan gitu cerita sendiri bisa masuk di layar kaca?
Sama, kalau memang saya ingin novel saya dijadikan sebuah sinema, apa perlu promosi banyak-banyak supaya dilirik sutradara? Atau bisa ajukan sendiri ke sutradara yang bersangkutan?
♡Jawab 1 :
Wa'alaikum salam.
•Jadi untuk novel yang diadaptasi menjadi sinema pengaruhnya kepada penulis tentu beda-beda. Menurut aku sendiri, ketika ada kebaikan di sebuah novel dan difilmkan, dan banyak orang menonton itu kan bisa menjadi... kita, apa ya... bersyukur karena semakin banyak orang yang mendapatkan nilai-nilai kebaikan dalam film tersebut.
Dan itu juga bagus untuk branding. Jadi, ketika nama kita dikenal sebagai penulis novel yang difilmkan dan banyak orang lain jadi tahu, mereka jadi tertarik baca, itu jadi branding tersendiri buat aku. Jadi, ketika kita niatnya memang untuk menyebarkan kebaikan maka akan sangat bagus ketika orang menjadi kenal kita, tahu kita, mereka jadi tertarik baca novel kita karena memang kita berharap kebaikan yang kita tulis bisa tersampaikan kepada orang lain.
Tapi kan beda-beda penulis juga beda juga pengaruhnya. Kalau seperti Tere Liye, ketika ada novelnya yang difilmkan, novelnya ada yang best seller, dia merasa enggak ada pengaruh apa-apa, biasa aja. Karena bagi dia yang akan berbicara adalah karya dia. Jadi cukuplah karyanya yang dikenal, orangnya enggak dikenal juga enggak apa-apa. Itu yang pertama.
•Kalau memang kita bisa kenapa, enggak? Kita kirim ke sutradara yang memang kita kenal, kita percaya. Kalau saya sih sarannya memang kita kirimkan ke orang yang kita percaya kirimnya apakah itu mungkin untuk FTV atau pun sinetron mau pun layar lebar. Saranku kirim ke orang yang kita percaya. Karena di dunia film itu sendiri, jika karya kita enggak ada hatinya, kalau kita tidak bisa buktikan secara legal bahwa tulisan itu adalah tulisan kita, karya itu adalah karya kita, itu mudah sekali orang mengambil ini itu dari tulisan kita.
Bisa aja kita kirimkan cerita kita ke sutradara tapi kita enggak kenal. Dia bisa aja ngambil ide cerita kita karena ya enggak ada hak ciptanya.
Jadi, memang harus hati-hati kalau memang kita mau kirim ke sutradara kirim ke yang kita percaya. Kalau mengajukan ke PH juga bisa, tapi ya waallahu a'lam. Biasanya sih yang aku tahu akan lebih berhasil jika berdasarkan rekomendasi. Kalau misalkan kita kenal sama sutradaranya, atau kita mungkin pernah berkecimpung jadi penulis skenario, atau apa, akan lebih mudah untuk PH menerima yang memang sudah pernah terlibat langsung di dunia film sebelumnya.
☆Tanya 2:
Tapi kalau aku ingin kirim ke sutradara di mana sinemanya yang sudah saya tonton dan bagus, apa sama ya dengan sudah dikenal? Terus, kalau dikirim ke PH butuh waktu berapa lama, Kak? 🙏
♡Jawab 2:
kalau sutradara dan PH itu kan beda ya. Kalau sutradara itu kadang dia bisa bekerja di semua PH, jadi kalau milih ke sutradara berarti langsung persenimaan bukan langsung ke PHnya. Kalau memang sudah percaya yang enggak apa-apa kirim aja yang penting naskah kita bagus.
Jadi, saya sarankan sebenarnya kalau memang sudah menerbitkan novel, saya sarankan urus deh HKnya ke lembaga legal. Saya juga sebenarnya dapat masukan dari sutradaranya memang untuk hak cipta di Indonesia masih belum bagus. Banyak yang kurang mementingkan hak milik. Itu yang saya lakukan ke Wedding Agreement dan karya saya yang lain. Jadi, enggak gampang diplagiat.
Kalau untuk waktu ke PH berapa lama? Waduh, saya juga kurang tahu, karena saya belum pernah kirim ke PH. Tapi yah untuk ke penerbit buku aja butuh waktu 6 bulan apalagi kirim ke PH, yang pasti butuh waktu lebih lama.
☆Tanya 3:
Assalamu'alaikum Kak Mia. Agar naskah kita bisa dilirik untuk dijadikan layar lebar, apakah tema sendiri mempengaruhi? Kalau tidak salah, saya pernah dengar, jika ingin membuat cerita dilirik sama industri film, kita harus melihat tema film apa yang sedang populer dan disukai oleh orang-orang sebelum membuat cerita itu sendiri. Apakah itu bisa dijadikan acuan?
♡Jawab 3:
Bismilah. Oh, tentu tema sangat berpengaruh. Termasuk judul juga sangat berpengaruh. Jadi kalau judul novel kita udah eyecacthing, bikin penasaran jadi pengen baca karena judulnya aja udah menarik. Salah satu tips lainnya adalah kita bisa melihat sekarang film itu lagi kebanyakan film apa. Memang sekarang kebanyakan yang laku itu memang film-film kisah cinta anak SMA karena pangsa pasar remaja memang sangat besar. Tapi kita bisa kok cari genre yang lain untuk dijadikan film. Kayak horror kan tetap ada. Horror itu paling laku gitu kan. Horror untuk badget filmnya gak terlalu banyak.
Sebenarnya gak mesti tema yang lagi mainstream, kita bisa kok bikin naskah yang seperti itu. Misalkan NKHCTI itu kan memang bestseller banget sih tapi bukan cinta-cintaan remaja, tentang keluarga. Itu pun kaya novel aku Wedding agreement yang romance religi yang enggak nyangka juga jadi box office pada bulan agustus waktu itu, banyak penontonnya.
Bisa juga teman-teman cari tema-tema yang lain, tapi menarik. Seperti Laskar Pelangi atau Ayat-Ayat Cinta, novel-novelnya Mbak Asma. Tema-tema kayak gitu kan sebenarnya bukan tema-tema mainstream tapi tetap bisa diangkat ke layar lebar. Jadi, sebenarnya tema apapun jika kita bagus, itu bisa kok diangkat ke layar lebar.
☆Tanya 4:
Assalamualaikum. Terimakasih untuk kesempatannya
Saya ingin bertanya, naskah yang stand out atau berbeda dari yang lain menurut kak Mia itu gimana ? Apakah dari gaya penulisan atau idenya? Karena ide kan tidak ada yang benar-benar original
♡Jawab 4:
•Sebelum saya jawab pertanyaannya, saya mau cerita sedikit tentang bagaimana PH memilih novel untuk difilmkan. Sebenarnya PH ini hanya membeli cerita, kan. Mereka hanya membeli ide cerita dari novel. Nanti setelahnya, untuk adaptasi menjadi film memang sepenuhnya hak dari PH, walaupun nanti ada masukan-masukan dari penulis. Tapi akan berbeda sekali novel dengan film. Karena novel itu lebih ke visual dan juga ada beberapa mungkin yang perlu dimasukkan dalam sebuah film, sehingga film itu semakin menarik.
Ada unsur comedynya misalkan. Kayak di novel aku kan sama sekali enggaak ada unsur komedinya, tapi ketika nonton pasti teman-teman ketawa dengan tingkah laku Ria Ricis gitu kan. Karena perlu sesuatu yang segar, enggak mungkin monoton ketika menonton film. Jadi kadang PH juga punya selera sendiri-sendiri. Kadang ketika produsernya suka sama novel ini langsung aja dia beli ide ceritanya. Kayaknya dia mungkin punya pandangan bahwa, "wah, yang ini bakal laku nih", walaupun waktu itu memang enggak ada film sejenis. Kayak filmku itu belum ada romance religi pada saat itu, tapi mungkin dia Pikir karena Pak Chand Parwez Servia itu sebelum dia menjadikan novel menjadi film, dia dibaca dulu novelnya. Jadi dia pikir mungkin itu ada yang bisa dijual dari novel ini. Produser karena sudah pengalaman selama bertahun-tahun di dunia film, dia punya kaya ada intuisi tersendiri mana yang kira-kira bakal laku mana yang enggak.
•Ini ide enggak ada yang benar-benar original, benar banget. Karena novel aku sendiri juga terinspirasi dari drama Korea. Banyak kok penulis-penulis lain yang terinspirasi dari novel-novel yang mereka baca, film yang mereka tonton, curhatan-curhatan orang dia terima, biasanya dari sana diolah lagi.
•Kalau untuk novel yang stand out berbeda. Itu mencakup semuanya mulai dari premisnya dari ide cerita, dari karakter, dari konflik, bagaimana penyelesaiannya, jadi semuanya itu termasuk unsur-unsur yang membuat novel bisa stand out. Kayak novel-novel stand out itu biasanya yang bestseller karena berbeda dari yang lain. Kayak dulu kan Ayat-Ayat Cinta kan dulu belum ada novel seperti sebelumnya. Novel yg romance religi. Biasanya kalau romance ya romance aja gitu kan. Tapi ketika ada Ayat-Ayat Cinta, bermunculan novel-novel sejenis atau kaya NKCHTI, siapa sangka ternyata bisa jadi bestseller. Kalau yang kita lihat bukan novel penuh gitu kan, cuma quote-quotes disertai ilustrasi. Tapi ketika kita memberikan yang terbaik, dia(karya kita)jadi lebih keliatan dibandingkan yang lain dan itu akan pengaruh juga kepada marketing dan gimana memasarkan novel kita. Karena semakin banyak yang baca, akan semakin keliatan bahwa novel kita stand out dibandingkan yang lainnya.
☆Tanya 5:
Halo kak Mia, salam kenal.
Mau tanya kak,
1. Setelah ditolak itu, nunggu berapa lama sampai akhirnya diterima sama PH?
2. Tadi kak Mia menyampaikan di point 2 itu harus belajar, nah, kalo udah belajar tapi tetep belum ngefeel itu gimana kak? Saya pribadi merasa udah nulis, udah memberikan yang terbaik tapi setelah dibaca ulang tetep ngerasa kurang ngefeel, bahkan tidak memiliki rasa, datar aja gitu.
Terima kasih kak
♡Jawab 5:
1. Aku enggak begitu ingat, mungkin ada sekitar beberapa bulan mungkin 3-4 bulan. Yang jelas ketika pertama kali coba ditawarkan ke PH-nya akhir tahun 2018, kemudian diterimanya awal tahun 2019 Januari atau Februari sekitar itu. Cuma kalau dibilang lama enggak berasa karena aku enggak nungguin. Jadi ketika sutradaranya bilang PHnya belum mau untuk jadi film, aku bilang ya enggak apa-apa kalau memang produsernya belum tertarik. Aku juga enggak nungguin, jadi gak kaya berharap. Aku udah menerima, jadi aku udah enggak mikirin lagi. Sampai akhirnya ketika awal 2019 dihubungi lagi sama sutradaranya, dia bilang PHnya mau memfilmkan Wedding Agreement. Itu yang bikin kaget luar biasa.
Untuk belajar, aku memang cari mentor yang mumpuni. Kan ada banyak sekali belajar kepenulisan kan di facebook, pokoknya secara online kan banyak tuh. Jadi aku beruntung sekali ketemu sama Mbak Rosi Arsioamora. Silakan searching. Beliau itu udah 20 tahun di GPU. Benar-benar editor senior yang masih menjadi editor, masih menerjemahkan novel-novel luar. Aku banyak belajar dari Mbak Rosi, walau aku belajar juga dari mentor-mentor lain, tapi dari Mbak Rosi aku benar-benar kerasa perubahan aku dalam menulis. Benar-benar kerasa perbaikannya, ada peningkatannya. Karena dia ngajarnya betul-betul detail, dia memberikan kebebasan kepada pesertanya untuk kreatif, untuk lebih ekspresif.
Karena pengaruh loh. Ketika kita belajar kepenulisan, otomatis akan memperbaiki cara kita menulis. Dari kita belajar kalimat efektif aja, kalau kita benar-benar belajar dan menggunakan teori yang kita pelajari, kalimat efektif itu udah akan sangat membantu kita dalam menulis.
Jadi, sebenarnya kan apa yang kita tulis itu, apa yang ada dalam pikiran penulis, harusnya sampai kepada pembaca. Apabila enggak sampai, berarti ada yang salah. Bukan salah pembaca tentunya, tapi salah kita, penulis. Karena mungkin enggak pandai menuliskannya, sehingga pembaca jadi salah tangkap.
2. Kalau kurang berasa feel-nya. Kalau aku ya, Mbak. Penulis itu harus menjadi karakter yang dia tulis. Jadi saat karakternya sedih, kita juga akan merasa sedih. Jadi ketika menulis sambil nangis, ya nangis. Bahkan aku baru memikirkan adegannya aja udah nangis karena memang terbawa dengan karakter yang kita tulis. Kalau misalkan karakternya sakit hati kita juga berasa sakit hati. Jadi apa yang karakter rasakan juga penulis rasakan ketika menulis, maka itu akan terasa feel-nya.
Dan memang penggunaan diksi berpengaruh. Kita memang harus memperkaya diksi. Jadi, kalau menulis itu harus ditemani dengan KBBI dan tesaurus. Itu hal wajib, ya. Kita mencari padanan kata. Misalkan ada satu kata ya, enggak satu kata itu kita ulang-ulang terus. Cari padanannya supaya lebih bervariasi cerita kita.
Dan juga banyak membaca. Jadi penulis itu memang harus banyak membaca. Dari kita membaca cerita penulis bestseller kita bisa banyak belajar. Bagaimana caranya mengolah kata, bagaimana caranya mengolah konflik, bagaimana cara dia menyampaikan ceritanya ke bahasanya seperti apa. Kita bisa banyak belajar dari penulis lain lewat novelnya.
☆Tanya 6
Assalamualaikum Ka Mia. Senang sekali akhirnya bisa mengikuti kelas Kak Mia. Yang aku mau tanya mengenai proses novel Ka Mia sebelum menjadi film.
Naskah kak Mia butuh berapa waktu sampai benar-benar fix difilmkan. Kalau soal syuting dan lain-lain apakah penulis(Kak Mia) terlibat langsung dari mulai casting, tempat dan sebagainya misalkan? Terus, kalau secara normal untuk mengajukan naskah kita apa harus melalui 'orang dalam'?
Adakah rencana untuk novel selanjutnya difilmkan?
Terima kasih banyak untuk sharingnya
♡Jawab 6
•Sebenarnya ketika aku menulis WA ini itu kan sama sekali gak kepikiran bakal dijadikan film, jadi sebenarnya target aku menuliskan novel itu minimal bisa kuterbitkan. Hanya itu aja yang kepikiran. Biasanya kan kadang penulis ya pengennya karyanyaa kan terbit dalam bentuk novel, dalam bentuk buku, kalau aku cuma kepikiran itu.
Untuk naskah yang aku tulis WA ini mungkin memakan waktu sekitar 2,5 bulan. Jadi, satu bulan itu aku ngerancang dari mulai premisnya, karakternya, aku bikin plotnya, bikin konfliknya, terus penyelesaiannya, dan aku bikin outlinenya. Satu bulan itu perencanaannya. Menulisnya sendiri itu sekitar satu setengah bulan kalau enggak salah.
Jadi, novel yang paling cepat yang aku tulis itu WA. Karena apa? Karena aku suka dengan ceritanya, pengen cepat-cepat aku selesaikan gitu. Makanya, kita penulis juga harus jatuh cinta dengan tulisan yang kita tulis, ya. Karena itu mengerjakan itu benar-benar semangat enggak yang, ah males ah ngerjainnya. Enggak gitu ya. Kita pengen cepat-cepat selesai karena pengen liat endingnya itu seperti apa ceritanya.
Dan setelah naskahnya selesai, ada penerbit buku yang menerbitkan. Kemudian setelahnya, selang waktu mungkin hampir 6-7 bulan kali ya, baru fix naskahnya itu difilmkan.
Karena aku kenal dengan sutradaranya sekaligus penulis skenarionya, jadi aku minta ikut, boleh enggak aku ikut menulis skenario walaupun bagian kecil aja, aku pengen ikut nulis skenario supaya ya ceritanya gak terlalu jauh dari yang isi novelnya, sebenarnya niatnya itu. Dan Alhamdulillah aku dilibatkan langsung untuk penulisan skenario.
Untuk proses syuting sendiri, itu bukan hak aku, udah bagiannya sutradara untuk proses syuting. Palingan aku datang ke lokasi syuting dan sutradaranya nanya pendapat aku, udah cocok belum karakternya? Udah cocok sama novelnya belum? Apa yang kurang?
Dia juga minta pendapat dan masukan dari aku. Kalau untuk casting tetep ya dari PH sama sutradaranya. Seperti yang aku bilang, penulis itu dia bisa memberikan masukan tapi tidak bisa menentukan, karena ya mereka kan hanya membelin ide cerita sebenarnya, tapi masukan penulis akan sangat berharga juga, karena mereka ingin filmnya tidak terlalu beda jauh dengan novelnya dan bisa dapat feeling yang ada di novelnya di filmnya nanti.
•Memang kebanyakan kalau untuk dunia film itu akan lebih mudah atau lebih cepat lewat rekomendasi biasanya. Rekomendasi dari penulis skenario ini, atau rekomendasi sutradara ini, atau rekomendasi dari mana yang memang sudah terlibat di dunia film sebelumnya, itu akan lebih mudah dibandingkan yang kita sama sekali enggak punya link ke PH atau ke penulis skenario atau apa pun. Mau gak mau itu memang akan berpengaruh.
Dan mungkin kalau kita memang mau menawarkan ke sana sini, mungkin berhasil. Ya, mungkin enggak pada percobaan pertama, mungkin pada percobaan kesepuluh, atau percobaan kedua puluh mungkin akan berhasil. Sebenarnya kalau memang kita sudah... ketika kita menulis dan tulisan kita mungkin dibaca kayak sebenarnya ada pencari-pencari skenario yang nyari-nyari novel bagus di wattpad, mereka tuh suka searching-searching yang bagus di Wattpad yang sekiranya bisa dijadiin film tuh mereka nyari di sana. Jadi, kalau misalkan kita nulis di Wattpad, ini deh tulis cerita yang bagus, cari banyak pembaca. Itu kalau banyak pembaca akan dilirik oleh orang-orang yang mencari skenario tersebut.
•Kalau rencana tentu ada, maksudnya seperti yang aku bilang tadi, kalau kebaikan bisa tersebar lebih banyak lewat film, itu akan lebih bagus lagi. Karena eumm... untuk film sendiri kan belum banyak pemainnya yang untuk religi. Dan biasanya juga religi enggak banyak yang jadi box office. Jadi, aku menghimbau kepada teman-teman kalau ada film bagus, film religi yang bagus, ajak teman-temannya nonton. Karena produksi sebuah film enggak mudah, biayanya juga keluarnya banyak, kita cuma tinggal beli tiket nonton doang. Menghargai dan membantu mendukung teman-teman yang sudah berusaha untuk bikin film Indonesia yang bagus.
Jadi jangan kita, ah, mungkin penulisnya gak terkenal atau apa, kayak yang "film religi, ah males nonton", padahal pangsa untuk film religi itu luas, kita ada dua ratus juta musim di Indonesia tapi yang nonton film religi itu enggak banyak. Ya, mungkin karena pengemasannya kurang atau apa. Coba deh mulai sekarang kita dukung film-film Indonesia yang bagus. Kalau mereka dapat untung, mereka bisa bikin film yang bagus lainnya.
Jadi, doain aja aku sedang mengerjakan Wedding Agreement yang kedua. Dan kalau berharap difilm kan aku juga berharap difilmkan. Karena banyak teman-teman yang nanya. Ya mudah-mudahan aja produsernya tertarik untuk bikin film WA yang kedua. Aamiin
★KESAN DAN PESAN★
Untuk teman-teman yang baru mulai menulis, yang sudah menulis, yang sudah menerbitkan novel, yang sedang berusaha menerbitkan novel. Aku pikir sebelum kita berbicara target novel kita bisa dilirik oleh produser, aku pikir kita kembali lagi deh. Coba kita kembali lagi, evaluasi diri, muhasabah diri.
Kita menulis sebenarnya untuk apa?
Kita ngapain sih nulis?
Nulis kan capek ya, kita keluar tenaga, pikiran kita, waktu kita, kita nulis tuh mau ngapain? Kita mau dapat apa sih dari menulis?
Kalau misalkan targetnya hanya sekadar menerbitkan novel, hanya sekadar agar bisa difilmkan, saya pikir sayang sekali kalau hanya sekadar itu aja. Dan kalau enggak tercapai, apakah kita aka berhenti menulis? Kan enggak!
Jadi, sama-sama kita muhasabah diri. Apakah kita sudah berpikir jauh ke depan tentang kenapa kita menulis. Itulah kenapa naskah kita tidak pernah selesai karena niat kita dalam menulis memang belum sungguh-sungguh. Menulis bukan prioritas dalam hidup kita. Memang menulis tidak sepenting itu dalam hidup kita, makanya naskahnya enggak selesai-selesai. Kalau memang kita niat menulis, agar kebaikan dalam tulisan kita bisa dibaca oleh orang lain, itu pasti kita selesaikan, pasti kita kejar-kejar untuk diselesaikan. Tapi kalau memang tidak seperti itu tujuan kita jangan salahkan kalau tiba-tiba enggak ada ide, mogok nulis.
Jadi, sebagai penulis, tugas kita adalah menulis, kan? Menulis, nanti karya kita sendiri yang akan berbicara. Apakah kita bisa tampil berbeda dari yang lain? Atau karya kita biasa aja.
Yuk, sama-sama kita evaluasi kembali tujuan awal kita menulis.
Ada sebenarnya satu pesan dari Mbak Oki Setiana Dewi, yang aku inget banget sampai sekarang. Ketika Mbak Oki nonton film Wedding Agreement, kita ngadain acara nobar. Sebenarnya enggak mudah ngajak bagi Mbak Oki untuk ikutan nonton, karena walaupun ada film yang bagus sekalipun enggak semua dia nonton gitu kan. Dan selama nonton, dia bilang dia enggak main HP sama sekali, itu artinya filmnya enggak ngebosenin bagi dia.
Jadi, nasehat dia ke aku dan juga ke teman-teman yang lain. Dia bilang, mengutip dari perkataan Imam Malik: "Segala sesuatu yang kita kerjakan karena Allah, itu pasti akan langgeng. Jadi, langgeng itu berketerusan. Dan apabila sesuatu yang tidak dikerjakan karena Allah itu malah tidak akan pernah abadi, tidak akan berkelanjutan."
Jadi, itu benar-benar pengingat untuk aku, kalau misalkan sudah melenceng niatnya dalam menulis, atau pun kita lagi males nulis, atau lagi enggak mood nulis. Itu akan jadi pengingat dan semoga menjadi motivasi agar lebih semangat lagi menulisnya. Karena, ya, seperti kita menginginkan apa yang kita tulis itu nanti, kebaikan-kebaikan yang ada di dalamnya bisa menjadi amal jariyah bagi kita. Aamiin.
Wassalamu'alaikum. Semoga bermanfaat ^^
Note:
PH: Production House
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top