Trilogi Contra Mundi by Jagatnata Adipramana
Jika ditanya, apa alasan saya memberikan satu tempat rekomendasi pada trilogi ini adalah karena trilogi inilah, saya membuat akun wattpad. Awalnya hanya iseng mendapati kiriman di grup kepenulisan fantasi yang saya ikuti, lalu saya akhirnya keterlaluan kepo dan mengunjungi cerita pertama trilogi ini dan Bum!
Sungguh, belum ada karya regional Indonesia yang bisa mengisi ruang yang sudah ditempati Trilogi Contra Mundi di hati saya.
Kak Adi selaku pengarang mengatakan ini karya ambisiusnya dia dan saya harus setuju. Karya ini kelihatan sekali ambisinya, bahkan dari prolog.
Jika ada satu kata untuk mewakili karya ini beserta pengarangnya, itu adalah: WOW.
Ada beberapa alasan yang membuat saya akhirnya membulatkan tekad memasukkan karya ini ke daftar rekomendasi. Ada pro dan kontra yang menyertai, memang. Beberapa pertimbangan itu antara lain:
1. Abstrak
Abstrak Contra Mundi I: Putra Bumi
Mahija Nandi, seorang pemuda yang melarikan diri dari hiruk-pikuk dunia dan memilih berlindung di balik kehidupan spiritual dipaksa keluar dari kehidupan tenang yang selama ini ia jalani. Sebuah takdir aneh membawanya untuk bertemu kembali dengan orang yang membunuh ayahnya bertahun-tahun yang lalu dan kini mengincar saudara-saudaranya.
Abstrak Contra Mundi II: Anak-Anak Manusia
Tan Ying Go, komandan peleton 3 Satuan Komando Wilwatikta, harus menghadapi bahwa dunia yang ia diami bukanlah dunia yang pernah ia kenal. Sekumpulan makhluk misterius semacam mayat hidup yang disebut 'kunarpa' mulai keluar dari dalam tanah dan meneror seluruh dunia, termasuk negerinya.Pertempuran di selatan daerah yang dahulu disebut kota Semarang membuat seluruh peletonnya disapu habis, namun di tengah-tengah kondisi genting itu ia diselamatkan oleh seorang misterius bernama Sanjaya. Sanjaya memberinya dua pilihan, menghilang dari antara orang-orang hidup dan menemukan sumber kehancuran dunianya, atau tetap tinggal di antara dunia yang ia kenal dan menyaksikan dunianya hancur perlahan-lahan.
Abstrak Contra Mundi III: Master Mahan
Merupakan bagian akhir dari Trilogi Contra Mundi. Dalam bagian ini Nandi dan kawan-kawannya harus mencari sekutu-sekutu baru untuk membantu mereka dalam konflik pamungkas para Contra Mundi dengan para Tentara Langit. Tapi pencarian ini tidak mudah, ada ego yang harus ditumpas, ada hati yang harus diremukkan, dan ada lebih banyak lagi orang-orang terkasih yang harus direlakan untuk pergi.
-
Satu hal jika ingin membuat sebuah serial, buatlah abstrak yang nggak perlu panjang, tapi harus semakin menegangkan di akhir kisah. Pastinya buku yang beranak pinak itu mengundang lebih sedikit pembaca. Jadi untuk mengakali ini, haruslah dengan dua hal yang akan pertama kali diamati pembaca: abstrak dan sampul.
Dari abstrak, Contra Mundi bisa dibilang selamat wal afiat dari segmen ini. Sempat meragukan di abstrak bagian 1 dan 2, tapi di Master Mahan, abstrak berubah menarik dan saya langsung buka bab pertama tanpa pikir panjang.
Kak Adi berhasil mrmbangun petunjuk klimaks yang baik untuk Contra Mundi walaupun belum sempurna.
2. Sampul
Salah satu ciri khas kak Adi yang mrmbedakan dari prngarang lainnya adalah sampul. Kak Adi selalu membuat sampul ceritanya dengan bantuan open commission yang buka di lapak-lapak jasa grafis.
Yups. Semua sampul di cerita dia itu original dan bayar semua bikinnya, pemirsa. Jadi jangan pernah berpikir untuk mencomotnya. Kalian nggak bayar, pesen, dan konstruksi sendiri lay-out cover itu.
Jika ada karya kak Adi yang belum dibuatkan sampul yang orisinil, biasanya hanya akan ada gambar tanpa tulisan, seperti sampul Contra Mundi yang terakhir.
Agak disayangkan, memang, tapi mumpung adegan kacau balau warna di sampul ketiga cocok dengan pertempuran besar di akhir kisah, saya memaklumi dan tidak ambil hati. Lagipula, duit nggak melulu senada sama kehendak.
Sampul favorit saya dari Contra Mundi pertama, tentu saja, karena sosok Nandhi terlihat jelas di sana. Saya jadi punya bayangan pasti Nandhi itu seperti apa. Maklum, bayangan orang Melayu di pikiran saya itu nggak pernah ganteng.
Semua sampul dibuat dengan kecocokan tema yang pas tanpa mengundang banyak spoiler. Entah itu kecocokan tokoh yang jadi fokus, kecocokan tempat, maupun kecocokan kejadian.
Salah satu sampul yang selamanya akan masuk ke album kenangan saya.
3. Tema
Sebenarnya Contra Mundi mengangkat tema yang pasaran soal menyelamatkan dunia. Tapi tema itu rupanya hanya sub tema dari apa yang terkandung dalam keseluruhan trilogi.
Dan itu yang memikat dari kisah ini.
Dua sisi berkebalikan antara harapan dan keputus asaan menjadi tema tersembunyi yang terkandung di kisah ini. Tema pasaran, tapi selali segsr diolah. Tema yang juga kebetulan merupakan favorit saya. Itu tema besar yang juga butuh instrumen serta kerangka yang besar pula, tapi tema ini berhasil dijaga konsisten dan dikupas sedikit demi sedikit sejak Contra Mundi pertama dimulai.
Saya tidak mau membocorkan, tapi kak Adi sukses membuat saya terkecoh di awal kisah Contra Mundi dan berharap banyan di akhir kisahnya.
4. Alur
Seperti kata saya untuk kisah ini: wow.
Alur Contra Mundi yang pertama dibuka dengan sebuah penyergapan epik di tengah hutan di salah satu kota di Indonesia.
Jujur saja, saya ngos-ngosan baca adegan itu bahkan sampe sekarang. Proloh digabungkan dengan bab pertama, lalu langsung adegan penyerbuan dengan banyak oranv terlibat dan energi supranatural yang jadi tenaga utama.
Itu wow bikin pusing. Jika pertarungannya gak seru, saya mungkin udah drop duluan. Mumpung tokohnya gak begitu banyak dan pertarungannya emang seru, saya lanjutkan walau napas udah senin kamis.
Beruntung alur mendingin di bab kedua. Hanya mendingin, bukan lambat. Karena untuk lima belas bab kisah ini, percayalah, kalian nggak akan dikasih waktu buat berleha-leha.
Tempo cepat adalah salah satu hal yang saya ingat dari cerita kak Adi, terutama cerita-cerita kak Adi yang dulu saat masih berdedikasi hampir total ke dalam tulisan.
Kak Adi memainkan dengan betul sebuab kronologi alur yang baik. Mulai dari pancingan di prolog, pemanasan di awal, pembentukan konflik, klimaks, hingga akhir cerita yang tidak dipaksakan.
Sayang, hal ini sedikit terpeleset di buku ketiga. Saya secara pribadi merasa ada sandungan eksekusi di akhir yang menurut saya terlalu diromantisasi. Saya berhsrap sekali akan ada sesuatu yang lebih, tapi hei, pertarungan selain di pertarungan inti itu luar biasa, jadi saya rasa tak apalah jika sedikit tersandung.
Bab tidak perlu sampai puluhan, tapi makna, tempo, dan dampak kisah benar-benar mengena. Itu sesuatu yang sulit sekali dipraktikkan di cerita kebanyakan sekarang.
Sayangnya, untuk ukuran bacaan nonfisik, jelas jumlah kata dalam setiap chapter kak Adi itu nggak ramah. Wattpad, apalagi yang dulu, benar-benar nggak mendukung cerita di atas 4 ribu kata. Pasti adaaaa aja paragraf yang terlongkap atau hilang. Nasib yang sama sering saya jumpai saat membaca Contra Mundi apalagi membacanya saat luring. Tapi semoga hal ini sudah diperbaiki di wattpad yang sekarang, sehingga saat adegan bertarung sedang berlangsung saya tidak lagi bingung siapa yang kena tembakan siapa.
Dan karena waktu itu tulisan daring seperti wattpad sangat belum populer, bahkan seseorang dari grup sampai nyeletuk: "Ngapain sih posting di wattpad segala? Ya secara gitu, kalau punya waktu, mending matengin naskah terus kirim ke penerbit, dari pada buang-buang waktu. Kan penerbit juga gak mau ambil karya yang udah diposting", jadilah Contra Mundi masih seperti para veteran wattpad lain. Belum mengikuti aturan menulis daring yang benar karena memang saat itu belum dikenal luas.
Yups. mengikut sertakan aturan alinea pada setiap paragrafnya.
Yes, setiap kalimat awal paragraf Contra Mundi masih menjorok ke dalam.
5. Penokohan
Dari segi penokohan, saya tidak harus bilang banyak lagi. Saya tidak tahu bagaimana caranya menyingkat daftar pars tokoh dari tujuh semesta tanpa membuat mata para pembaca julit saking panjangnya.
Jadi akan saya berikan tokoh-tokoh kunci saja di sini.
Mahija Nandi, sebagai protagonis kita yang moral dan sifatnya berkembang dengan baik sdlama ceeita berjalan. Perkembangan karakter yang sejauh ini baru bisa disaingi Kaneki dari manga Tokyo Ghoul. Perubahan kondisi psikis dan moralnya dinamis. Apa yang terlihat tidak selaku yang terjadi sebenarnya, pepatah ini sangat sesuai untuk Nandhi dan dia kadi tokoh favorit saya hingga saat terakhir. Ehem, lebih karena topengnya sih. Hahaha.
Helena, adalah pahlawan wanita kita. Perkembangan karakter dia sebenarnya lembut dan nyaris tidak terbaca. Kalian mungkin akan dapat pahlawan wanita yang hebat dan bisa tonjok sana sini pada diri Helena, tapi jauh dari itu, Helena punya kemampuan yang lebih dalam dan lebih berguna ketimbang sekadar tinju dan panah es. Ketidak berdayaan Helena manusiawi. Banyak kesalahan yang ia lakukan sebagai Manusia di sepanjang kisah, tapi dia belajar dan tidak pernah menyerah, satu ciri positif yang bisa diandalkan di seluruh trilogi yang gelap ini.
Calya, mungkin jadi antagonis menyebalkan nomor satu di Contra Mundi. Jujur, saya selalu kesal dan menanti-nanti kapan dia mati sejak awal dia muncul. Dia bukan tipe antagonis yang lahir dari kisah tragis. Jadi jangan protes jika saya menempatkan dia di antagonis yang dicantumkan, jauh lebih dulu dibanding antagonis utama sekalipun.
Tidak hanya Manusia dan Iblis, tokoh-tokoh dari mitologi pun banyak yang menarik. Sayang kisah masa lalu Rancasan dan Kairos menurut saya masih agak suram sebab musababnya. Perselisihan mereka bolehlah, tapi alasan yanh mendassrinya kurang kuat. Beruntung, arteri konflim ini tidak menjadi arteri tunggal konflik keseluruhan, kalau tidak, bisa pincang peonokohan di trilogi ini. .
6. Latar
Jadi satu hal istimewa lainnya dari cerita ini.
Kenapa? Ketika cerita lain sibuk berkutat soal ada atau tidaknya semesta majemuk, ketika tokoh-tokoh di cerita lain baru tahu semesta mereka hanya satu di antara berbagai lapisan dimensi dan baru eksplor, di Contra Mundi kalian dapatkan tujuh semesta dan tiga alam bertemu.
Tentu saja semua semesta itu punya penghuni dan tentu saja tokoh-tokoh kita berasal dari ketujuh semesta itu. Tiga alam yang saya sebut? Itu alam dunia, Langit, dan Neraka. Dan yes, mereka juga terlibat jauh ke dalam cerita.
Kalau masih ada yang mempertanyakan kenapa karya ini disebut ambisius, saya udah nggak bisa ngomong lagi. Dari latar aja, udah mumet.
Tapi ajaibnya, kak Adi bisa mempertemukan tujuh semesta itu tanpa bertabrakan. Tidak ada logika yang bersimpangan. Budaya dari setiap semesta berdiri masing-masing dalam batas yang ditetapkan secara tegas. Saya masih bisa menebak di mana semesta saya berada dari ketujuh semesta yang disajikan. Untuk asal nama dan kosmologi semesta itu, saya serahkan pada kak Adi nanti untuk menjelaskan, apakah semua semesta itu berdasarkam mitologi tertentu ataukah memang karangan kak Adi sendiri. Yang mana pun, tetap luar biasa.
7. Sudut Pandang
Kak Adi konsisten menggunakan sudut pandang orang ketiga terbatas dalam setiap karya-karyanya.
Dan memang, sudut pandang ini menurut saya adalah sudut pandang paling cocok untuk membawakan fantasi kontemporer.
Kak Adi mempraktikkan fleksibilitas sudut pandang ini dengan menghadirkan beberapa tokoh penting yang mendapat jatah sudut pandang tanpa mengaburkan fokus cerita. Kak Adi sanggup menjaga konsistensi sudut pandang ini beserta fleksibilitasnya sampai trilogi berakhir dan itu patut diapresiasi.
8. Unsur-unsur Ekstrinsik (Latar belakang budaya, latar belakang pengarang, nilai-nilai)
Kak Adi adalah satu dari sedikit pengarang di wattpad yang benar-benar berdedikasi dalam membuat dan mengembangkan cerita sampai ke tahap utuh dan dengan cara yang perfeksionis abis. Riset dilalukan secara mendalam dari segi tempat, bahasa, dan sampai mitologi yang membelakangi para tokoh di sini.
Ditambah kenyataan bahwa kak Adi menggunakan banyak budaya, bahasa, dan mitologi yang hampir tidak dikenal dan pastinya sedikit sumber yang mampu membantu, semua riset soal novel ini memang ambisius.
Senada dengan riset, nilai yang ditanamkan dalam novel ini pun tak kalah frontal dan ambisius.
Dunia ini kejam.
Hal itu yang pertana saya dapatkan di paruh awal cerita. Pengkhianatan, kematian, dan keputus asaan bukanlah sesuatu yang asing dan mungkin akan semakin mendarah daging dalam diri Manusia di hari-hari ke depan hingga seluruh dunia tertutup kegelapan.
Tapi bahkan di tempat tergelap sekalipun, bukan berarti tidak pernah ada cahaya
Seperti halnya dunia ini mungkin akan diliputi kegelapan total, masih ada kemungkinan cahaya terang mincul kembali. Karena dunia ini terdiri dari lapisan kemungkinan, jutaan warna, dan jutaan emosi yang terangkum jadi satu kesatuan yang disebut kehidupan.
Kak Adi secara implisit seperti berusaha menyampaikan pesan ini di akhir kisah.
Bahwa harapan itu ada.
Bukan dalam wujud besar seperti ternyata dunia ini bernilai untuk diselamatkan, atau bahwa setiap nyawa itu berharga.
Harapan bisa semudah sebuah percikan emosi kecil bahwa setiap manusia masih punya rumah untuk kembali, akan selalu ada harapan.
Seperti Nandi yang akhirnya menemukan tempatnya di dunia ini.
9. Kesimpulan
Saya sampai kehabisan kata-kata setiap kali membaca bait mantra yang kemungkinan memang nyata adanya. Good job sekali lagi buat kak Adi dan terima kasih sudah memperkenalkan buku ini kepada saya lebih dari tiga tahun yang lalu. Buku ini kenangan yang berarti dan akan selalu saya kenang. Terima kasih sudah membuat saya book hangover setelah membaca karya terakhirnya.
-
Penutup:
Plis, stop penderitaan Nandi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top