The Curse of Kagakmihaya by Richard Khemen

[MID REVIEW]

1. Abstrak

Tanpa sengaja ia menemukan sebuah buku kuno yang terselip dalam sebuah lemari, tanpa tahu menahu bahwa ada roh makhluk amat jahat terperangkap dalam buku itu

Saat ia membacakan kisah itu kepada para pemirsa, tanpa ia sadari roh makhluk jahat tersebut telah memanipulasi pikirannya hingga jalan cerita menyimpang dari yang seharusnya tertulis.

Skenario tiba-tiba out of scene. Sejarah berubah, dunia di ambang kebinasaan.

Percaya tak percaya bahwa dongeng dalam buku itu nyata, maka seperti ia memulainya, maka ia harus menyelesaikan cerita itu meski nyawa sebagai taruhan.

-

Satu hal yang harus dihindari dari membaca sebuah kisah komedi adalah, jangan percaya abstrak yang ditampilkan. Kalau percaya, kalian malah bakalan sarap duluan sebelum halaman terakhir dibuka. Jadi tindakan pertama yang saya lakukan saat membca abstrak yang rapih dan mengundang ini adalah baca sub genrenya. 

Komedi. 

Satu kata itu udah bikin kepercayaan saya runtuh seketika. Bubai abstrak yang bagus. 

"Aah, saya bakal diajak gila-gilaan lagi," pikir saya. "Yowis lah."

Kemudian, saya buang semua logika dan akal sehat.

2. Sampul

Dibanding sampul pertama yang penuh muslihat karena sok-sokan horor, saya lebih suka sampul kedua. Seenggaknya saya bisa bayangkan penyihir yang naik sapu Ninju 250cc itu kak Filia. (Sabodo siapa yang sebenarnya naik, papan ketik dan otak saya belum diperbaharui buat cari tau gimana huruf-huruf latin aneh gitu bisa diketik dengan gampang tanpa autokorek)

Cover kedua lebih baik dari segi gradiasi. Pohonnya juga dalam ukuran waras yang nggak berkesan pengen kepret penyihirnya pulang-pergi. Kelabu yang jadi warna dominan udah pas bergabung denga bulan yang perak dan siluet penyihir. Saya nggak melihat warna aneh di sini. 

Untuk pilihan font yang penuh dengan tipu muslihat, saya harus apresiasi gaya tulisan 'Curse' nya. Efek darah ngocornya keren. 

Dan putri Kagakmihaya itu ... serius, sampai sekarang, saya masih mikir Kagakmihaya itu akronim dari 'Kagak, demi deh bukan saya!'

3. Tema

Aspek paling nggak pengen saya bahas di cerita parodi. Karena parodi sendiri biasanya gabungan dari banyak banget tema yang ditumpuk jadi satu ke dalam kue pie yang kecil bin mini, saya biasanya hanya bisa berkomentar, apakah tema yang dibawakan punya potensi untuk disegarkan kembali atau tidak. 

Dan tema pahlawan kecil yang menyelamatkan dunia secara ogah-ogahan itu termasuk tema paling laris dan paling bisa nyeleneh ke mana-mana. 

Om Khemen membuktikannya dengan efektif. Lewat premis tema simpel begitu, beliau tarik semua pengarang tak bersalah yang entah punya dosa apa, buat terlibat ke dalam parodi ini. Bukan formula yang buruk walau saya merasa teraniaya dan agak nangis baca mereka jadi absurd banget di kisah ini. 

4. Alur

Yang penting masuk akal dan lucu, itu adalah peraturan wajib dari semua cerita komedi. Mereka nggak terikat arus waktu ataupun logika yang terlalu paklek. Itu yang bikin mereka bebas bikin orang ketawa. 

Om Khemen agaknya tetep pengen karya penuh komedi ini punya tulang punggung bernama alur, sehingga sekalipun komedinya nyebar di mana-mana karena alurnya ke sana ke mari, ada satu garis tipis, banget, di dalam ceria ini untuk menghubungkan tiap babnya yang hampir sama berantakannya kayak jemuran di hari minggu yang numpuk abis. 

Harus saya akui, Om Khemen berhasil bikin saya ketawa dengan alurnya yang blingsatan, kadang ke dunia nyata, kadang ke dunia magis. Kadang sekarang, kadang lompat balik jauh banget ke awal mula kisah. Kadang ceritain masa sekarang, kadang ceritain masa lalu dengan banyak banget bumbu komedi yang bikin saya pengen nampol yang jadi tokoh utama seandainya saya nggak inget tokoh utama juga kenalan saya. 

5. Penokohan

Saya mau nangis sebenernya bahas part ini karena ini bahasan yang paling banyak makan korban, tapi akan tetap saya bahas. 

Dari semua tokoh absurd yang ada di cerita ini, saya kagum mereka bisa sesekali logis dan manusiawi banget di saat yang dibutuhkan. Jadi nggak ada komedi yang dipaksakan, setidaknya tidak ada yang tidak bisa saya toleransi keberadaannya. 

Kak Jaz yang jadi tokoh utama malang kita, selamat karena berhasil bertahan dari penjelasan yang panjang nian dari Gilgam. Selamat juga karena berhasil diselamatkan Om Khemen dan sekarang harus kesasar di dunia lain. 

Kak Phil ... saya cuma mau bilang, turut berduka cita. Tokoh yang ini punya banyak potensi, tapi saya harus mengosongkan perut dulu sebelum baca part dia, karena saya kerap kali terjebak kontraksi perut hebat waktu baca adegan yang ada beliau di dalamnya. 

Kak Egil bertingkah seperti selayaknya pahlawan kesiangan yang masuk akal. Tokoh ini nggak digarap asal-asalan dalam tingkat yang nggak banget, dan saya suka itu. 

Om khemen sendiri ... haruskah saya bahas om-om yang mendadak jadi I-Khemen lengkap dengan bling-bling ala pahlawan kesorean? Saya cuma berdoa Om Khemen selalu datang nyaris terlambat di adegan penyelamatan supaya komedinya nggak begitu rusak. 

6. Latar

Jangan banyak mikirn logis apa nggaknya latar, saya terapkan peraturan itu untuk kisah ini dan nggak menyesal. Logis emang latarnya, siang ya ada matahari, malam ada bulan. Dan belum kebalik sejauh ini, baik alamnya maupun manusianya. 

Aktivitas yang mendukung para tokoh terlihat jelas ... walaupun di sisi sama juga nggak jelas karena mereka sendirinya udah abstrak banget, dalam artian yang bagus. 

7. Sudut Pandang

Sudut pandang dibagi dua antara sudut pandang pertama dari sang tokoh utama di dunia nyata dan POV 3 sebagai pencerita di dunia magis. Keduanya membaur dengan baik bersma komedi yang dihadirkan sampai saya lengah dan melepaskan perhatian pada aspek satu ini. Good job buat bikin saya teralihkan, Om.

Dan meski alurnya ngaco, sudut pandang, seperti halnya gaya bahasa, tetap konsisten di jalurnya tanpa tambah ngaco lagi dan bikin saya tambah geleng-geleng kepala.

8. Gaya Bahasa

Seambruk-ambruknya cerita, kalau yang bikin emang nggak mau penulisannya berantakan, maka tetaplah rapih karya penuh guyonan itu. 

Hal yang sama terjadi pada Kagakmihaya. Sekalipun ceritanya bikin saya pengen jungkir balikin kasur, penulisannya rapih. Dan walaupun alurnya bikin saya tepok jidat berkali-kali, setidaknya saya belum merasa buttuh masuk RSJ karena masih bisa paham apa aja sih yang diomongin sama semua karakternya separah apa pun percakapan mereka terbang. Dan sebagai honorable mention, saya tangkap beberapa potong bagian yang menurut saya terbaik dari cerita ini. 

Saya harus muji Om Khemen karena berhasil nulis nama-nama yang begitu rumit di atas dengan sedikit banget typonya. Dan di bawah ini juga.

Seolah nulis huruf kota yang normal tanpa ada huruf-huruf aneh gitu nggak sulit aja. Good job buat ketelitian Om.

Sekali lagi, Om. Plek. 

Ketawa geli Om saya tiap kali baca ini. Petir + bayi jatoh bunyinya plek. Kayak ... tuh bayi biasa amat yak. Kagak ada istimewanya acan. Lalu yang terakhir....

Di luar dugaan, istrinya pinter ya. 

9. Unsur Ekstrinsik (Sosial, Teknologi, Budaya)

Novel fantasi tingkat tinggi adalah novel yang paling sulit buat ditelisik unsur intrinsiknya karena mereka bikin dunia baru dengan tatanan sosial, teknologi, dan budaya yang baru. Dan berhubung karya fantasi tinggi pertama yang saya review adalah parodi, unsur ekstrinsik yang ditampilkan tidak begitu ribet dan cenderung bisa diabaikan untuk mencegah otak malah berkerut-kerut.

Adanya kutang adalah yang paling bikin saya senyum di kisah ini. Secara estetika, itu pertanyaan. Kenapa bisa ada kutang di dunia yang orang-orangnya pake jubah berat, gerah, dan mungkin juga zirah yang nggak bisa ditembus tombak? Tapi pertanyaan itulah yang justru membuat cerita ini komedik. 

Budaya yang ditampilkan lewat bahasa setidaknya nggak begitu nyeleneh. Om Khemen menjaga yang satu itu di narasi, walaupun saya tetap bertanya kenapa fantasi dengan banyak nama asing begitu kenal kata 'nun' dan 'syahdan'. 

Teknologi adalah yang paling bikin saya geleng-geleng kepala. Ada pula peretas di dunia yang berbasis sihir begini. Keren sih, tapi kalau Om Khemen yang jadi tenaga ahlinya, saya rasanya mau jungkir balik aja, bukannya semangat. 

10. Kesimpulan

Parodi merupakan salah satu bentuk komedi yang menghibur. Saya termasuk salah satu penyuka parodi dan alurnya yang absurd, tapi untuk mejaga kewarasan, saya membatasi diri untuk stok parodi saya per hari. 

Kalian yang ingin tawa segar dan sesekali keluar dari jalur penulisan yang terlalu kaku, Kagakmihaya bisa jadi pilihan yang bagus dengan segala keabsurdannya dan inisiatif konyol dari Om Khemen sendiri buat mencantumkan para pengarang wattpad jadi tokoh di dalam kisah yang absurd dan bisa bikin jungkir balik ini.

Sekarang, biarkan saya berdoa agar saya tidak masuk menjadi tokoh di cerita satu ini. 

Penutup

Nilai Akhir: 2.5/5

Sisa Antusiasme: 35%

Lanjut baca? TIDAK (Kasihanilah saya yang masih harus waras buat kerja, Om)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top