Tale of the Past: Expansion of the Abyss by Timothy Madilah

[COMPLETE REVIEW]

Ya, saya tau, saya orang yang gak konsisten. Tanpa kalian gosok-gosok kenyataan itu ke muka saya kayak amplas juga saya paham. Dua tahun lapak ini berdiri, dua tahun pula saya anggurkan karya-karya yang diajukan di sini.

Alasan dunia nyata dan bla bla bla lainnya sempat menghalangi saya melunasi hutang-hutang yang masih terjebak di lapak usang ini. 

Salah satu alasan paling klasik tapi efektif bikin saya rehat baca buku adalah: reading slump alias mogok baca. 

Yeah, sori kak Timothy, tapi buku ini salah satu yang bikin saya mogok baca wattpad selama hampir satu tahun (selain perbaharuan sistem wattpad yang nggak banget itu). Dari pembuka ini aja, kak Timothy mungkin sudah bisa menebak apa yang akan kakak dapatkan di bawah sini, jadi mohon tarik napas, siapkan pipi dan hati untuk digampar sama review perdana untuk karya komplit ini dan selamat datang.

-

1. Sampul

Dari sampul, pembaca diundang dengan fan-service yang cukup wow bagi yang baru pertama baca. Saya yang sebelum baca merasa bingung kenapa tokoh yang kelihatannya bakal jadi antagonis ini malah dapat tempat di cover dan bukannya tokoh utama. 

Sebuah pertanyaan yang menarik sebenarnya dan membuat saya bertanya-tanya, akankah saya mendapat porsi lebih untuk antagonis di dalam cerita ini? Apakah pandangan saya terhadap antagonis akan berubah di sini? 

Sayangnya, menurut selera saya pribadi, cover ini mengingatkan saya pada cover-cover CD Game konsol RPG semacam Kingdom Hearts atau Devil May Cry yang tokoh sama judulnya seolah balap-balapan ke garis finish yang entah ada di mana. 

Bukannya jelek, tapi estetik sampul novel sedikit berbeda. Kita mengedepankan judul dan bukan hanya visual. Kita melihat abstrak di belakang novel, bukan trailer visual yang memanjakan mata, jadi untuk judul, genre, rating, mungkin sebaiknya dipermudah untuk dilihat di cover berikutnya, jika memang ada niatan untuk ganti cover. 

-

2. Abstrak

Di batas tiga tanah, kota itu menjadi saksi penyerangan misterius yang membuka serangkaian bencana bagi Nomius. Barat bergejolak dalam api, jurang berpesta dalam abu, timur dikikis hingga runtuh.

Sementara tanah manusia dilanda kekacauan akibat bergesernya tatanan takhta, dua kuasa dari tingginya gunung dan dari dalamnya jurang saling hantam, menciptakan keporak-porandaan yang telah dirancang sedemikian untuk sekali lagi mengguncang keyakinan bangsa.

Sebuah kisah tentang batas yang samar-samar.

{Seri pertama dari "Semesta Dongeng".}

-

Harus saya katakan, abstrak ini sedikit mengecohkan saya pada awalnya. Bukan dalam artian yang positif. 

Dari segi kepenulisan, pengarang sudah dengan benar memberi intip sedikit konflik utama pada cerita dan latar, tapi melihat tidak ada tokoh yang disebutkan di dalam abstrak ... firasat saya buruk sekali untuk satu ini dan itu terbukti ketika saya membaca kisahnya. 

A S T A G A 

Saran dari saya, berikan sedikit celah dalam abstrak untuk pengenalan tokoh utama. Sekadar, tips untuk tidak memberi sakit jantung kepada para pembaca yang menaruh harapan lebih seperti saya pada awalnya. Karena seluas-luasnya sebuah dunia, ada tokoh utama sebagai kompas bagi cerita itu. Mengecoh pembaca boleh, tapi jangan sampai mengecohnya juga keasikan gara-gara pengen mengembangkan dunia yang wow dan cerita yang mind-blown

Game RPG seluas genshin impact pun punya tokoh utama. Game-game joshimuike pun punya tokoh utama. Sedikit berikan penjelasan mengenai tokoh di abstrak bisa sangat membantu. 

Dan kalimat terakhir di akhir abstrak ... saya nggak merasakan apa-apa ketika membaca kalimat terakhir itu selain bilang: wow, ini baru buku pertama sebuah seri yang kelihatannya menjanjikan. Bagus.

Tapi setelah saya menamatkan buku ini, melihat kalimat itu sekali lagi ... saya merasakan ada yang sakit dalam badan saya. Dan juga kepala saya.

-

3. Tema

Awalnya saya mengira kisah ini akan mengangkat kisah pertempuran biasa. Antara yang baik dan yang jahat di dunia high fantasy atau sebuah petualangan. Kisah pengembara dan sang penenun kisah. 

Tapi saya salah.

Di situ sebenarnya titik balik yang baik bagi cerita ini. Maksud saya, tema yang ternyata diberikan di 20 halaman terakhir cerita ini emang bener-bener bagus. 

Tapi dua puluh halaman dari belakang untuk mengungkapkan sebuah tema itu agak-agak terlambat. Dan kita bahas itu lebih jauh di bawah. 

Intinya, tema ini sebenarnya bisa sangat wow dan bisa sangat menyentuh hati. Sebuah batas yang sangat tipis antara kebaikan dan kejahatan. Sebuah akhir pasti yang tergantung jalur mana yang akan kamu pilih. Betapa subjektifnya sebuah "keadilan" bagi setiap individu dan sebuah kebenaran. Tapi sekali lagi, seharusnya tema ini diberikan atau setidaknya diberi sedikit petunjuk sedari awal karena nggak semua pembaca punya kesabaran menunggu sampai bab akhir untuk nggak menyesal membaca kisah ini.

-

4. Alur

Alur di sini didominasi alur campuran. Memang ada sedikit kilas balik dan bla-bla, tapi karena jarak antar waktunya tidak begitu berjauhan, masih aman untuk mengasumsikan alur di kisah ini ramah untuk pembaca. Tidak seperti aspek-aspek lain yang sayangnya jatuh di bawah rata-rata.

Tidak perlu waktu lama untuk melihat akar dari semua masalah maupun dampaknya. Semua berjalan lurus dalam satu alur inti utama yang sebenarnya cukup disiplin. Tapi keberadaan alur tidak terduga di akhir sedikit memutar haluan saya bahwa alur utama yang saya yakini sebenarnya hanya alur cabang dan alur utamanya well ... tidak tereskplorasi dengan baik. 

Ya, saya tau intinya mah mau perang. Ya saya paham kalau dunia ini ditakdirkan untuk musnah. Ya saya juga tau ada konsep the chosen one di sini. Saya juga tau sebenarnya antagonis adalah protagonis di sini. 

Tapi terlalu banyak sub bab yang menghalangi semua masalah yang sebenarnya bisa diolah jadi brilian itu.

Terlalu banyak sub-alur untuk cerita ini sehingga pengarang kayaknya keasikan membangun konflik sampai lupa untuk memupuk alur utama yang sebenarnya bisa lebih mindblown asalkan dicicil dari awal. 

Ini cerita, bukan bayar cicilan mobil yang enakan bayar cash di muka. Lebih baik dicicil untuk alur utama dan sebab akibat utamanya lebih dulu ketimbang merancang alur cabang yang sebenarnya juga muaranya sama aja ke sono-sono juga (baca: Perang)

Lebih baik mengeksplor kisah Lilian, Lyrath, dan para pasukan Abyss dibanding membahas tiga kerajaan yang cuma kena dampaknya. Okelah kalau mau bahas Gropheus karena dia pion utama di kisah ini, tapi alur-alur cabang yang lain, bisa disingkirkan untuk sementara waktu atau setidaknya pilihlah yang memang melibatkan sang tokoh utama di dalamnya, sehingga fokus alur tidak bercabang ke mana-mana. 

Karena, buat apa bikin alur kompleks yang bercabang ke mana-mana kalau pada akhirnya cuma bikin pembaca capek dan pengarangnya sendiri baru buka alur utama di bab terakhir?

-

5. Kronologis

Dan di sinilah masalah itu bermula.

Sekali lagi, terlalu banyak percabangan alur dari kronologis yang sebenarnya runut dan disiplin jika ditarik secara induksi, alias dari akhir ke awal.

Kronologis cerita secara keseluruhan adalah begini: 

Perkenalan benua A-->perkenalan tokoh A-E-->konflik pembuka-->benua baru-->perkenalan tokoh F-J-->kelanjutan konflik-->daerah baru, perkenalan tokoh K-->benua baru-->perkenalan tokoh L-S-->kelanjutan konflik-->.....terus berulang hingga semua tokoh diperkenalkan-->dampak konflik ke A-->dampak konflik ke B-->dampak konflik ke C ... dst, sampai semua kena dampaknya-->konflik lanjut setahap, demi setahap-->dampak dari setiap tahap kepada pihak A-Z-->Perang-->motif terungkap-->end (for now).

Kata-kata yang saya tebalkan adalah alur utama. Bisa dilihat kalau alur utama di sini sebenarnya memang sengaja disembunyikan sampai akhir. 

Tapi pengungkapan yang sekali lagi, terlalu tiba-tiba di akhir itu yang merusak sebagian besar alur dan kronolosig yang sebenarnya sudah tersusun rapih. 

Kalau memang motifnya seperti itu, kenapa tidak diceritakan dari awal? Kenapa tidak diberikan petunjuk? Penyelesaian yang tiba-tiba seperti ini bukan twist, ini troll. Dan ini nggak enak banget rasanya walaupun ujung-ujungnya memang bagus. Rasa lega yang saya rasakan ketika perang berakhir, malah tergantikan dengan perasaan lega karena akhirnya kisah ini tamat. 

Itu bukan aftertaste yang ingin dirasakan para pembaca, jadi saran saya cicil saya konflik dan motif sedari awal, jangan terlalu fokus pada dampak apalagi nasib para tokoh sampingan yang sebenarnya bisa saja jadi sekelebat lewat. Sekali lagi, ini bukan game yang mengandalkan visual. Bukan game yang NPC nya ternyata berguna sewaktu-waktu. Ini novel

Di dalam novel, setiap tokoh memang harus memiliki peran, tapi tidak semua tokoh harus kamu ceritakan perannya secara mendetail sampai harus makan 1 bab sendiri untuk menjelaskan para NPC yang ujung-ujungnya terbunuh juga. Itu menguras empati. Dalam cara yang tidak baik.

-

6. Penokohan

Satu dari dua masalah utama yang saya temukan di cerita ini. 

Saya ulangi lagi, rasanya naskah ini seperti game RPG yang dinovelkan, dalam artian bukan dioleh menjadi novel, tapi benar-benar disalin dalam bentuk teks. Hanya ada beberapa pemangkasan adegan di sana-sini. 

Beruntung saya kelarin baca ini di 2020 setelah main genshin impact, jadi emang impact-nya nggak separah saat saya baca ini pas sebelumnya. Tapi jujur, semua NPC di sini ambil ikut peran, bahkan para pedagang yang menurut narasi di cerita ini, membisikkan kabar burung yang akhirnya menggerakkan suara rakyat. Jujur, saya teramat pusing ketika harus menelan semua nama-nama yang berbeda setiap bab: 

Dalam 1 paragraf, saya dikenalkan oleh 2-3 tokoh baru. Di keseluruhan chapter, setidaknya saya dikenalkan 5 tokoh baru. Belum dihitung dengan tokoh sampingan. Semuanya seperti itu terus berulang sampai 3/4 cerita, sampai semua konflik dan pion-pionnya terkumpul cukup untuk perang. 

Apa semua tokoh ini berperan penting? Separuh untuk dibunuh, separuh untuk peran penting yang sebenarnya ya. 

Ada terlalu banyak tokoh yang punya guru yang punya murid, yang punya keluarga, yang punya hubungan darah sama bangsawan A-B-C, yang berkaitan dengan dewa A-B-C, yang pada akhirnya gabung jadi sekte A-B-C. Kalian yang nggak terbiasa dengan game RPG ketika NPC bertaburan dan kalian harus banyak menyelesaikan random quest berkaitan dengan mereka, percaya deh, butuh notes untuk mencatat detail-detail kecil seperti ini.

Bagus dari sisi pengarang. Ya, brilian. Tapi apa dari segi bacaan bagus? Belum tentu.

Ada terlalu banyak tokoh di sini sampai saya tidak bisa menjabarkan satu demi satu tanpa bikin mata kalian mumet. Tapi saya akan menjabarkan beberapa yang menurut saya paling menonjol: 

Gropheus Brumm, memenuhi kriteria saya sebagai pion utama. Orangnya enak dilihat dalam cerita walau saya udah tau bakal jadi apa dia nanti di akhir kisah. Tetap saja seru untuk diikuti. 

Lilian, yang sebenarnya mungkin adalah tokoh utama di sini, mengalahkan sang the chosen one yang entah kenapa cuma ada di awal dan di tengah, tapi di akhir serasa nggak ada gunanya selain jadi notulen perang. Saya suka sama karakter dia, tapi sekali lagi, terlalu sempit waktu yang dimiliki author untuk mengembangkan karakter ini dengan begitu banyaknya alur cabang yang dipampatkan jadi satu di dalam satu buku yang sebenarnya saya, tahu, mau dikembangkan lebih lagi, tapi takut pembaca mual duluan. 

Artevia, saya suka karakter dia. Karakter yang didesain mati, tapi pada akhirnya justru selamat sampai akhir. Saya nggak bisa banyak komentar selain berkata, dia wanita yang kuat. 

Journiel, karakter yang saya paling kasihan. Dia kayaknya punya peran yang banyak sebagai the chosen one, tapi berakhir jadi sekretaris takdir. Dia memang punya kekuatan luar biasa dan plot armor, tapi ... karena begitu kecil dampaknya, saya lupa dia ada sampai konflik udah berjalan separuh selesai.

Sekali lagi, bukan karakter di kisah ini jelek. Cuma jumlahnya kebanyakan dan untuk sebuah pembuka, saya merasa dijejali banyak sekali informasi. Rasanya seperti buku yang seharusnya setebal lima ratus halaman, tapi dipadatkan hingga hanya 200 halaman. 

Ya, saya juga paham ini baru pembuka, makanya perkembangan karakternya ditahan, tapi sampai kapan? Itulah pertanyaannya. 

TIdak semua pembaca itu sabar dan cara untuk tetap menjaga mereka supaya nggak pindah lapak adalah memberikan perkembangan karakter dan kedisiplinan plot serta tempo cerita, supaya cerita ini bisa mengundang lebih banyak mata yang membaca.

-

7. Latar

Masalah besar kedua yang saya temui di cerita ini. 

Begini, saya bukan ahli di bidang High Fantasy, tapi emang jarang--pake banget--penulis high fantasy yang punya gaya bahasa membumi. Dalam artian, nggak bikin otak para pembacanya meledak sebelum paruh pertama buku selesai.

Eyang Tolkien pun bukan pengecualian. Teman saya pernah bilang, Tolkien adalah seorang world-builder yang baik, tapi bukan pencerita yang baik dan saya setuju. Dia bukan penceritera yang baik, setidaknya untuk genre high-fantasy dan sejauh ini memang, saya belum menemukan seorang pengarang pun yang bisa memikat saya dengan dunia high fantasy mereka Oke, jangan muluk-muluk memikat: bikin saya nggak mogok baca aja dulu, deh. Saya belum ketemu karya high fantasy yang bikin saya tertarik membacanya begitu tertariknya sampai saya nggak mabok baca di kemudian hari. 

Sayangnya, karya ini bukan pengecualian. Setelah saya dijejalkan tokoh baru yang muncul, di setiap bab baru, di setiap paragraf baru, di setiap segmen baru, sampai 70% dari buku itu ada untuk mengenalkan setiap karakter yang ikut ke dalam konflik tapi ujung-ujungnya dinistakan dan dibunuh kayak nggak ada artinya, saya juga dijejali latar yang jujur ... saya benci mengakui ini, tapi saya butuh peta. 

Ini petikan di bab-bab awal. Pengenalan sebuah dunia:  

Kemudian bagian lain dari dunia yang sama: 

Bagian dunia yang lain: 

Lengkap beserta para tokoh yang terlibat di dalamnya. Lalu ada lagi bagian dunia yang lain yang diperkenalkan. 

Untuk orang yang buta arah seperti saya, yang masih sulit membedakan mana kiri dan kanan, penjelasan seperti ini bener-bener bikin mind blown, secara harfiah. Saya merasa otak saya mau meledak karena membayangkan betapa luas dunia dan latar dari cerita ini. 

Saya menghitung ada 2 bab yang berdedikasi khusus untuk menceritakan latarnya saja. Bukan jumlah bab yang kata-katanya bikin mabok, tapi tetap saja, terlalu banyak istilah asing, tanpa glosarium, tanpa catatan kaki, tanpa catatan pengarang, saya merasa narasi latar di buku ini tidak ramah pembaca. Agak terlalu ter-segmentasi untuk pembaca high-fantasy atau yang biasa dengan game open world. 

Seperti yang saya bilang: novel ini seperti sebuah game RPG yang diubah menjadi serangkaian tulisan, tapi tanpa ada peta dan pembaca disuruh membayangkan sendiri seperti apa perjalanan dan kisah yang terjadi. Itu agak sadis sebenarnya. 

Dan ketika ada map di akhir kisah: 

Agak sedikit terlambat, ya. (baru diberikan di bab 34 dari 48 bab yang ada)

Tapi emang, lebih baik terlambat daripada nggak sama sekali, jadi saya menghargai dan terbantu sekali dengan adanya peta ini di akhir kisah. Saya bisa baca ulang kisahnya, saya bisa memetakan dengan baik konfliknya, dan saya bisa lihat betapa sebenarnya kisah ini luar biasa dalam segi latar. Saran saya, berikan peta ini di awal ya. 

Saya tahu butuh persiapan, butuh aplikasi, mungkin kakak tidak punya sumber daya yang cukup dalam pembuatan peta ini ketika pertama kali kisah ini terbit, tapi jangan khawatir. Selalu ada kesempatan untuk menulis ulang atau menambahkan bab glosarium. Peta ini bisa ditaruh di bab itu untuk menjelaskan dan jika ada pertempuran, peta ini bisa digunakan untuk menjelaskan alur pertempuran, sekadar menggambarkan pergerakan musuh dan kawan dalam peperangan. Itu akan lebih ramah pembaca, sangat ramah pembaca.

Walaupun kenyataan kalau kisah ini seperti game RPG yang dinovelkan belum berhasil dihapus 

Sekali lagi, tenkyu Genshin Impact untuk memberikan saya rasa capek tidak terbatas dalam eksplorasi dunia dan farming. Saya jadi nggak begitu alergi sama dunia luas ala high fantasy lagi berkat kalian.

-

8. Sudut Pandang

Saya nggak terlalu punya protes dalam sudut pandang kisah ini karena sudut pandangnya berhasil dibawakan dengan disiplin tinggi.

Sudut pandang serba tahu menjadi kompas yang sangat membantu cerita ini. Saya bisa tahu isi pikiran setiap karakter, apa yang terjadi di belahan dunia lain, dan sebagainya berkat sudut pandang yang kaya dan menjelajah segala isi dunia Ground of Prominence tanpa pandang bulu ini. 

Good Job, Kak Timothy!

-

9. Gaya Bahasa

Saya juga suka gaya bahasa di novel ini, sejujurnya. Jika mengesampingkan semua kekacauan yang ditimbulkan oleh alur dan tokoh, novel ini sebenarnya cukup puitis dan gaya sastranya konsisten sampai akhir. 

Sebuah konsistensi itu sesuatu yang jarang dimiliki oleh novel fantasi kontemporer jaman sekarang. Dan ini konsistensi yang positif, bukan konsistensi negatif dalam artian gaya bahasanya stuck dan nggak berkembang (saya nulis ini sembari tunjuk diri sendiri di cermin)

Gaya bahasa ala abad pertengahan. Cocok untuk menggambarkan setting dunia dari Ground of Prominence. Sekali lagi good job.

-

10. Unsur Ekstrinsik ( Politik, Sosial, Budaya)

Unsur yang paling plus plus menurut saya dari kisah ini. 

Politik, jalur perdagangan dan ekonomi, sosial dan budaya, semuanya diangkat dalam porsi pas yang bikin saya bertahan. Jujur, jika bukan karena unsur ekstrinsik yang ditambahkan ke dalam cerita ini, saya udah minggat dan kasih nilai minus parah. Tapi pembangunan dunia Ground of Prominence begitu solid dan sulit diabaikan. 

Saya suka ketika melihat para pedagang berjualan. Saya suka ketika para petinggi melakukan diskusi di meja politik, saya suka semua detail itu. Sekali lagi, jika mengesampingkan tokoh-tokoh yang bikin sakit kepala, semua unsur ekstrinsik ini brilian. 

-

11. Amanat

"Kamu tidak bisa menjadi pahlawan, tanpa membuat orang lain menjadi penjahat"

Kenyataan pahit itu ada di dunia ini dan akan selalu ada hingga akhir waktu. Saya suka tema ini diangkat menjadi amanat yang tersirat dari banyak amanat di kisah ini. Bahwa kebaikan dan kejahatan berbeda dari sudut pandang orang yang melihat, bahwa antagonis di kisahmu belun tentu antagonis di kisah orang lain, segala hal yang memiliki dualisme di dunia yang penuh ketidak pastian. 

Saya suka amanat yang disampaikand i lembar terakhir. 

Sangat disayangkan untuk membangun amanat itu, butuh waktu yang panjang dan hanya disisakan bab terakhir dari keseluruhan cerita. Seharusnya semua itu bisa dicicil dari setidaknya pertengahan cerita, sehingga para pembaca bisa memaknai cerita dengan lebih mudah. Sebuah perjalanan penuh makna yang meski akhirnya belum tentu bahagia, setidaknya akan selalu dikenang dalam pena abadi takdir perjalanan.

-

12. Kesimpulan

Ini novel high fantasy yang masih harus dibenahi di sana-sini. Coba untuk membuka referensi novel-novel yang mengembangkan dunia sendiri lebih dulu, baru baca referensi high fantasy yang lebih ramah pembaca. 

Maaf sekali, tapi saya tidak bisa merekomendasikan bacaan ini ke semua orang, apalagi yang baru menjajaki dunia fantasi. Novel ini bukan novel yang ramah bagi para pembaca, apalagi pembaca baru yang tidak terbiasa dengan dunia fantasi. Tapi bagi kalian yang mau mencoba dan sudah terbiasa dengan dunia luas seperti Lord of The Rings atau game RPG seperti Genshin Impact, kalian bisa mencoba membaca kisah ini. 

-

Penutup:

Nilai Akhir : 2.5/5

Kesan akhir : 3/10

Rekomendasi : NO (Kecuali bagi para penikmat fantasi)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top