Indigo by Fritz Andrew

[MID REVIEW]

Ada satu alasan kenapa saya tidak pernah dan belum mau sudi mampir di genre paranormal di wattpad indonesia.

Karya di sana didominasi oleh karya seragam yang--seperti yang pernah saya katakan di ulasan sebelum ini-- hanya sekumpulan tambal sulam ide yang sebenarnya bedanya rata-rata hanya 20%. 

Dan di wattpad regional Indonesia, penguasa genre paranormal cuma dua tema: hantu gentayangan atau anak indigo.

Nah, kisah kak Andrew ini sudah memberi saya peringatan garis keras di judulnya bahwa ini kisah beraliran umum dengan judul yang juga kelewat umum. Tinggal tunggu kisah ini berjalan sesuai tebakan saya, lalu ditambah romansa dan bum, entah apa yang bakal saya banting di rumah.

Dulu kisah-kisah paranormal kontemporer berkaitan dengan dukun, sekarang paranormal merambah ke lingkup yang lagi-lagi, terbagi dua: kalau nggak horor, yang romantis. Yang horor sedikit oke dengan suasana seram dan embel-embel ancaman bernada supranatural di abstraknya. Tapi saya punya toleransi yang benar-benar minim untuk kisah paranormal yang diromantisasi.

Apakah kisah ini akan berakhir demikian? Saya sudah mengulas di bawah.

Tapi perhatian, bagi kak Andrew, ulasan di bawah akan membuat kakak tersentak, terhempas, dan mungkin akan mengalami sedikit gejolak hormon. Mohon baca ulasan ini ketika kak Andrew sudah siap dan sedang dalam keadaan santai tanpa lelah maupun baperan

1. Abstrak

Apakah yang terlintas dalam pikiranmu ketika mendapati kisah bertemakan 'Indigo'? Kisahnya memiliki genre horor? Menceritakan pengalaman mencekam dihantui oleh arwah gentayangan? Jika itu yang kau pikirkan, maka kau mungkin tidak akan menemukannya di dalam kisah ini.Ini hanyalah tentang seorang gadis Indigo, yang diberkati kemampuan unik di luar akal sehat manusia. Ia berbeda dengan anak Indigo yang lain. Dan, karena perbedaannya itulah ia pun harus menanggung risikonya.Ia harus merasakan tumbuh besar tanpa adanya kehadiran dan kasih sayang orangtua di dalam hidupnya. Kehidupannya pun berubah drastis ketika ia mulai mengetahui tentang keistimewaannya itu. Hidupnya telah berubah, dan tidak akan pernah sama lagi seperti dulu.Semua yang ia alami itu, ia harus mengalaminya karena keistimewaan yang ia miliki.

"Tidak semua keistimewaan hanya memiliki sisi baik saja ...."

-

Saya punya kebiasaan untuk mengecek semua karya yang didaftarkan ke saya sebelum saya kasih persetujuan untuk diulas atau tidak. Kisah ini nggak luput dari kebiasaan itu.

Dan satu hal yang saya dapat ketika mencoba menulis ulasan ini, abstraknya sudah diganti.

Bukan hal buruk. Saya malah lebih suka abstrak yang sekarang, sejujurnya. Sangat suka. Kalimat per kalimat sudah disusun dengan baik. Saya bisa mengerti informasi yang soba kak Andrew sampaikan dan saya berhasil penasaran dengan abstrak ini. Good job.

Jika cerita ini masih menggunakan abstrak yang lama, saya mungkin akan berkata lain. Kenapa? Because abdi hate Inlis. Naon is Inlis? Eta is Indonesia-English atawa Indonesian kecap not dipake, but di English-keun. 

2. Sampul

Sampul cerita ini, saya akui, cukup memikat dengan nuansa gelap yang menggoda. Gadis yang menjadi titik utama sampul diletakkan baik dan cukup mencolok di tengah. Ras gadisnya tidak bisa saya tebak, bahasa yang akan digunakan pun belum bisa saya tebak. Kesan sementara yang saya dapat dari gadis ini cukup membuat tertarik. Lumayan bagus.

Tidak ada latar yang terlalu banyak diungkapkan di sampul kecuali siluet berjubah hitam yang saya kira bakalan jadi musuh utama sang protagonis. Konsep simpel untuk sampul yang memang sudah bukan hal aneh lagi ditemukan di jagad novel fantasi.

Bukan hal buruk. Saya suka sampul yang simpel begini dan selamat jika memang gadis di sampul sudah sesuai visualisasi kak Andrew. Jarang ada yang bisa ketemu visualisasi yang pas. Secara keseluruhan, Selamat, kak Andrew.

3. Tema

Ada catatan yang saya dapatkan di abstrak. Bahwa kisah ini bukanlah seperti kisah indigo umum yang berkutat di arwah gentayangan dan seputar anak indigo yang dihantui. Ada lagi tambahan bahwa kisah ini adalah fantasi gelap, bukannya paranormal indigo.

Nah, dari sana, timbul satu pertanyaan:

"Ngapa nih cerita cantumin paranormal duluan, kalau gitu? Kenapa nggak fantasi aja?"

Firasat saya mulai nggak enak di sini, tapi saya coba berharap saja, semoga dugaan buruk saya nggak jadi nyata.

Dan separuh firasat itu memang benar.

Saya tidak menemukan kisah indigo pasaran di kisah ini. Itu satu kabar baik.

Kabar buruknya, kisah ini positif bukan paranormal.

Anak yatim piatu, luka di kening, orang tua yang punya rahasia, jati diri yang ternyata juga punya rahasia, hak asuh yang jatuh ke kerabat, amplop, sekolah baru, mantra dengan bahasa aneh, sampai musuh yang diam-diam mengincar....

Sungguh, saya bukannya kontra pada konsep tambal sulam ide yang sudah ada. Di bawah langit ini, sudah tidak ada yang baru.

Tapi kisah ini, benar-benar hanya Harry Potter+unsur perdukunan. Ini contohnya.

Ditambah yang ini:

Aria beruntung dia nggak diperlakukan buruk sama kedua orang tua asuhnya, tapi sisanya, saya nggak bisa melepaskan imej Harry potter dari benak saya sampai chapter yang terakhir diperbaharui. Hanya unsur paranormal saja yang membuat semua ini berbeda, tapi karena pertarungan sihir jauh lebih kuat ke chapter-chapter selanjutnya jauh lebih kuat dari unsur paranormalnya, unsur paranormal yang selama chapter awal meningkat, jadi seolah hanya sekadar tempelan saja.

Sebaiknya, kak Andrew memperbaiki tema di revisi berikutnya, dengan memperkuat unsur paranormalnya dan perkaya temanya sehingga unsur Harry Potter berkurang di sini. Kemudian, perdalam unsur paranormal dan bukan magisnya jika memang ingin memcatitkan kisah ini di genre paranormal, jangan asal menempelkan istilah paranormal hingga terkesan seperti tempelan informasi hasil mencomot di wikipedia.

Kalau kak Andrew bisa membaca kisah berbahasa inggris, cari saja kisah-kisah paranormal di wattpad regional Inggris. Di sana banyak kisah paranormal yang bisa dijadikan referensi.

4. Alur

Satu cara efektif untuk membuat saya khilaf banting jidat adalah ini:

Yeps. Di paragraf pertama, kalimat pertama, saya langsung digampar sindrom matahari.

Apa itu sindrom matahari? Sindrom matahari biasanya dikaitkan dengan kebiasaan beberapa pengarang dalam membuka ceritanya dengan satu adegan paling umum dan simpel sejagad: "Matahari cerah menyapaku...." atau "Langit pagi yang cerah, mentari bersinar, dan kicauan burung menyambutku...." atau "Pagi ini aku bangun dan matahari bersinar cerah...." dan kalimat sejenisnya yang mengandung matahari dan fenomena langit di pagi hari.

Saya nggak akan banyak protes soal kesalahan ini karena dulu pun saya sempat mengidap sindrom ini, jadi sebaiknya kak Andrew cepat-cepat ganti awalan kisah seperti ini. Sindrom matahari itu awalan kisah paling klise sejagad raya.

Dan satu hal lagi, tolong buka lagi kamus bahasa indonesia karena onomatope untuk burung biasanya berkicau. Bukan "cicip".

Menurut kbbi, cicip itu mengecap makanan. Ciap pun onomatope burung. Hanya karena di komik tulisan suara burung itu "chirp" bukan berarti di pedanan bahasa Indonesia juga ditulis cicip.

Setelah chapter pertama bikin saya banting jidat, saya berdoa semoga chapter-chapter ke depan, saya tidak akan lagi banting jidat, setidaknya tidak sering-sering.

Tapi ternyata, saya perlu berkali-kali banting jidat sampai kepala saya pusing sendiri.

Alur dibawakan dalam mobil berkecepatan roket. Banyak sekali lompatan waktu yang hanya ditandai dengan sepenggal kalimat 15 menit kemudian seperti di atas.

Kak Andrew, penulisan angka sebagai awal kalimat kecuali pada judul cerita itu haram hukumnya.

Kalau mau menandai time skip, sebaiknya pakai cara yang lebih halus seperti: "butuh waktu hampir setengah jam sampai aku selesai mandi...." Atau yang lain sejenisnya.

Emang lebih banyak karakter, tapi kita nggak lagi nulis sms jaman dulu yang harus dibayar pake pulsa per karakternya, jadi nggak susah kok. Kalau pergantian waktu kakak begini, rasanya seperti membaca presentasi yang tinggal geser, langsung ganti slide, bukannya baca cerita.

Selain itu, semua kejadian terjadi serba cepat. Tahu-tahu Aria dapat surat, tetiba rahasia orang tua Aria terungkap, lalu yang bikin saya tambah heran adalah aspek-aspek ini:

Lempar-lemparan mantranya sepanjang babad jawa bruh. Saya kaget gak ada yang mau motong mantra Aria di tengah-tengah padahal mantranya panjang banget gitu.

Dari sekian banyak buku harry potter, saya mungkin paling gak suka eksekusi yang kedua dan ketujuh. Di buku kedua, kekuatan buku dakti digunakan. Di sini pun sama, cuma di sini lebih banyak lagi buku sakti, ditambah bantuan mbah gugel.

Dan jangan lupa, kejadian "tau-tau bisa" yang banyak terjadi di kisah ini, seperti contoh ini:

Sekadar info, Aria baru pertama kali musnahin iblis dan jeng langsung bisa. Kedua kalinya, jeng bisa lagi, padahal mantranya panjang parah dan gak ada penjelasan dia pintar atau nggak. Tau-tau aja dia diterima di SMA paling elite se Indonesia.

Tambah gampanglah perjuangan tokoh utama kita. Oh sungguh, mudahnya anak jaman sekarang belajar jadi kuat.

Dan kak Andrew, jujur saja, saya hampir habis sabar karena lebih dari dua kali, pembukaan bab selalu diawali adegan Aria menguap dan bangun.

Sungguh? Memangnya dia secantik itu pas baru bangun, belom gosok gigi semalaman, dan masih bau jigong sampai dijadikan pembukaan bab lebih dari dua kali?

5. Penokohan
Jujur, dari segi karakter, saya belum menemukan banyak hal yang bisa membuat saya tertarik pads tokoh itu. Rata-rata semua tokoh punya stereotipe yang standar. Belum banyak keistimewaan atau ciri khusus yang bisa membuat saya membedakan antar karakter kecuali satu karakter.

Aria sebagai tokoh utama kita, malah jadi tokoh paling standar yang saya temui. Belum ada hal jelek yang ditampilkan soal dirinya yang bisa dihitung sebagai kekurangan sejauh ini. Kelebihannya banyak apalagi dari segi kemampuan.

Valerie sebagai bibi baik hatinya Aria. Dia selalu jadi trman Aria di rumah. Belum ada ciri khusus selain kemampuannya bisa membaca pikiran.

Elis, nah untuk satu tokoh ini, saya sudah bisa mengenalinya. Terutama karena sepak terjangnya sepanjang cerita yang harus saya bilang, rada spektakuler, dalam banyak arti.

Entah neneknya punya pengalaman selangit, tukang pamer, atau emang punya gelar psikolog di belakang namanya. Cuma kak Andrew yang tau.

Ternyata semua yang namanya Elis emang punya jurus tapak naga sakti. Nggak cuma di insidious aja, di sini juga lho.

Dan yang tidak bolrh ketinggalan,

Vicious, sebagai antagonis kita. Saya belum melihat ciri khusus dari dia selain tingkahnya yang sok banget. Untuk ukuran antagonis, alih-alih mengintimidasi ala-ala Voldemort, dia malah lebih kayak Dudley yang banyak tingkah.

6. Latar

Saya sebenarnya nggak mau jadi orang yang berkesan jahat mulutnya di sini, tapi setelah baca-baca dan pertimbangkan dan bandingkan dengan kisah-kisah lain yang sudah saya baca di antrian ulasan sejauh ini, saya mohon maaf.

Latar Indonesia milik kak Andrew nggak lebih dari tempelan.

Memang, ada aspek yang melemahkan pendapat saya ini, seperti penggunaan kamu, panggilan keluarga yang sudah kental sekali dengan nuansa Indonesia, dan lain sebagainya, tapi penggunaan kata seperti ini:

Ada kata jus jeruk sebagai ganti orange juice. Lebih gampang. Gak usah dimiringkan. Kenapa kak Andrew mau menyusahkan diri sendiri di aspek ini? Saya belum tau.

Selain kesalahan kecil di atas, ada beberapa aspek lain yang akan saya terangkan lebih jauh di unsur ekstrinsik.

7. Sudut Pandang

Ketika melihat kesalahan ini muncil lagi di karya selain fan fiction, saya cuma bisa nyengir-nyengir kuda.

Nggak ada istilah someone's pov atau POV end.  Sudut pandang seharusnya disiplin dalam setiap chapter, bukan iklan yang bisa diseling secara cepat begini. Saya bukannya meralang sudut pandang dsri berbagai orang, tapi sebaiknya satu chapter untuk satu sudut pandang saja.

Lebih bagus lagi jika satu kisah hanya memuat paling banyak dua sudut pandang.

8. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang kak Andrewpakai sebenarnya bisa dbilang ringan khas novel remaja. Mudah dimengerti, minim kesalahan semacam typo dan sejenisnya.

Konsistensi kak Andrew dalam menggunakan 'aku-kamu' itu sudah cukup bagus. Terasa membumi dan cocok sebagai dialog dalam kisah berlatar indonesia. Tapi dengan cepat dialog ala pribumi itu berganti.

Di chapter belakang mendadak berubah jadi kau-aku.

Saya mencoba berpikir positif. Mungkin karena bagian itu belum direvisi, jadi nggak masalah. Saya nggak begitu mempermasalahkan yang satu ini.

Kemudian untuk penggunaan cetak tebal, harap berhati-hati. Karena dialog yang berisi kemarahan saja tidak perlu dicetak tebal, pun dengan penjelasan. Karena semakin kak Andrew menjelaskan dan mencetak tebal kata-kata, semakin kelihatan kalau kak Andrew cuma info dumping alias buang-buang narasi, seperti di bawah ini:

Bukan kesalahan besar sebenarnya. Penulis yang followernya udah ribuan aja masih sering melakukan kesalahan begini. Tapi memang sebaiknya penggunaan khotbah no jutsu begini dikurangi. Ini menggampangkan perjuangan tokoh utama dan mengurangi keseruan membaca.

Kemudian,

Saya paham kak Andrew sepertinya punya kosakata Inggris di atas rata-rata, tapi sebaiknya kak Andrew mengerti makna ancaman yang sebenarnya. Tidak perlu banyak kata untuk mengancam.
Banyak kata=banyak waktu.
Banyak waktu=memberi kesempatan lawan untuk nonjok idung kalian.
Jadi tolong, pertimbangkan penggunaan bahasa Inggris sekali lagi. Beberapa tokoh mungkin sengaja dibuat salah pengicapannya secara grammar karena mereka mungkin nggak bisa bahasa inggris secara lancar (seperti kasus Bu Sandra yang bilang: are you can talk with bahasa indonesia?, kata see you afternoon, dan kalimat I've been waiting for you very long....) tapi sebaiknya memang gunakan pedanan Indonesia saja.

Cotton candy bisa diganti permen kapas.
Lemon tea bisa diganti teh lemon.
Orange juice bisa diganti jus jeruk. 

Jangan menyusahkan diri sendiri dengan sesuatu yang nggak pasti tanpa bertanya pada ahli lebih dulu.

9. Unsur Ekstrinsik (Sosial, Teknologi, Budaya)

Adalah unsur yang saya rasa paling dibenci di kisah ini. Terutama, unsur ekstrinsik dari segi budaya.

Nama SMA-nya boleh Harapan Jaya, tapi harapan saya sama sekali tidak berjaya. Terlepas apakah kisah ini terjadi di alternate-universe atau tidak, tidak pernah ada penjelasan soal surat yang sampai ke tangan Aria.

Jika kita ambil kemngkinan Aria tinggal di dunia yang sama dengan dunia kita, penerimaan SMA  terutama di negara Indonesia, umumnya berlangsung dengan para murid yang justru menghampiri sekolah dan bukan sebaliknya. Pengumuman penerimaan biasanya akan diadakan setelah serangkaian tes. Dan suratnya biasanya akan bernada sedikit resmi karena seperti yang kita tahu, surat dari sekolah termasuk resmi dan perlu beberapa komponen untuk bisa disebut sebagai surat resmi.

Sementara surat seperti ini:

Terlepas dari terbatasnya fasilitas wattpad untuk membuat kita bisa membuat surat resmi yang mirip, saya kaget Aria tidak salah mengira itu surat penipuan.

Saya juga tau, kak Andrew bermaksud meniru surat penerimaan Hogwarts yang ditulis prof. Minerva, tapi sekali lagi, itu sekolah normal, latarnya di Indonesia, dan nggak jelas ini alternate universe atau bukan, inilah yang membuat latar cerita kak Andrew berasa tempelan. Budaya dan latarnya sama sekali nggak sinkron. Beberapa sekolah di Indonesia memang menerapkan surat seperti ini, memang, tapi plis, demi Alam Semesta, nggak setiap sebulan sekali mesti ada murid baru di tengah semester juga. Berasa kelas Aria itu kelas satu-satunya, padahal dia itu kelas B. Pasti ada A sebelum B. Tapi tokoh semua ngumpul di sana. Terlalu manga-ish.

Sebaiknya kak Andrew mengikuti pakem sekolah di dunia nyata. Jika ada tes, terangkan tes apa saja itu. Jika ada administrasi, pengukuran seragam, MOS, dan serangkaian acara lainnya. Nggak ujug-ujug masuk.

Saya nggak pernah masuk sebagai murid pindahan, jadi saya kurang begitu mengerti pada peran kepala sekolah yang rajinnya kebangetan sampe nganterin muridnya ke kelas itu. Ke mana wakil kepala sekolah bidang kesiswaan? Beliau yang biasanya menangani soal murid-murid.

Selain itu,

Sistem SMA yang lama, mengharuskan anak-anak masuk penjurusan sejak kelas XI, ada IPA, IPS, dan Bahasa. Saya dengar di sistem SMA yang baru, mereka mulai penjurusan dari kelas sepuluh, terdiri dari MIA sebagai ganti IPA, SOSHUM sebagai ganti IPS, dan Bahasa.

Sekali lagi, saya bukannya mau kejam, tapi kejanggalan seperti ini, tanpa ada koreksi lebih jauh padahal sudah direvisi menandakan satu hal: Riset kak Andrew kurang.

Kisah ini ditargetkan untuk pembaca usia 13 tahun dengan bimbingan orang tua. Wajar jika banyak hinaan yang disensor. Tapi sebaiknya jangan kebanyakan disensor. Apa gunanya menampilkan hinaan kalau yang bisa pembaca lihat hanyalah kata b******* begini? Sebaiknya, naikkan ratingnya jika memag mau ada perang hinaan, jadi sekalinya kak andrew mau ngomong keparat, ya katakan keparat, bajingan ya bajingan, tidak perlu merepotkan diri sendiri.

10. Kesimpulan

Ini sebuah kisah muda yang sebenarnya masih bisa dipoles. Masih ada kemungkinan dan harapan yang bisa dipegang dari cerita ini dengan sedikit usaha dan riset. Saya menghargai kak Andrew yang berusaha mengambil latar cerita di Indonesia. Saya pun menghargai usaha yang pastinya tidak seidkit dari kak Andrew untuk membangun jajaran mantra yang tidak biasa itu.

Itu patut diapresiasi.

Tapi Kak Andrew sebaiknya banyak, banyak, banyak lagi belajar soal semua unsur pembangun cerita, ekstrinsik maupun intrinsiknya. Karena cerita bukan sekadar tulisan yang dimulai dengan "Bab 1" dan diakhiri dengan kata "Tamat". Cerita itu sebuah hidup. Cerita itu sebuah nilai. Cerita adalah semesta. Cerita adalah dirimu dan segala hal tentangmu, disangkal maupun tidak.

Kak andrew bisa memberi hidup pada sebuah kata dan dia akan menjadi cerita. Tapi kalau kak andrew merenggut hidup dari satu cerita, ia akan jadi hanya sekumpulan huruf tanpa makna. Sekian, semoga ulasan ini bisa diterima dengan pikiran jernih, hati yang terbuka, dan sikap bijaksana.

-

Penutup:

Nilai Akhir: 1.5/5

Sisa Antusiasme: 10%

Lanjut Baca? TIDAK (kecuali jika ada revisi lebih jauh, kabari saja lagi)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top