Trickstar-Fine Event Tour - Ginbaku Death Fight (3)
Yuuki Makoto.
Dia adalah pemuda yang memiliki paras tampan yang sayangnya harus tertutupi denhan kacamatanya. Dia memiliki banyak bakat tapi sayangnya dia selalu merasa dirinya orang yang 'biasa saja' lantaran keluar dari tempat yang menurut semua orang memang sudah 'takdirnya'.
Sapphire dapat melihat Makoto yang sebenarnya. Dia sosok yang bertalenta seperti kebanyakan idola lainnya. Sayangnya kurangnya percaya diri dan kurang maksimalnya pada pembentukan dirinya membuatnya menjadi sedikit canggung dalam pekerjaan sebagai idola.
Maksudnya, yah, sebenarnya Makoto bisa lebih bersinar lagi andai dia tau dan sadar kelebihannya. Tapi dia slalu merasa paling tertinggal diantara para Member Trickstar lainnya, dan slalu melatih keras dirinya supaya dapat mengejar ketertinggalan tersebut.
Sapphire memandangi Makoto yang tengah melatih keseimbangan tubuhnya dengan cawan kecil diatas kepalanya dan dua cawan lainnya ada di masing-masing tangan Makoto. Wajahnya terlihat agak tegang dan serius, sambil berusaha menegakkan tubuhnya.
Sapphire jadi gemas ingin membenahi andai saja dia tak ingat terkadang dia harus memberikan waktu sendiri untuk berkembangnya seseorang. Jujur, jiwa kakak Sapphire slalu tumbuh berkembang kalau didepan anak-anak Trickstar. Padahal umurnya pun baru 20 tahun.
"Hoi Monyet berkacamata! Makan dulu sin-- WOAHH!!" Tori yang tiba-tiba muncul terpeleset dan hampir saja menjatuhkan makanannya kalau saja Sapphire tidak bertinda cepat menahan tubuh Tori sambil memastikan tidak ada makanan yang jatuh dari kotak kayu tersebut.
Makoto juga sama kagetnya. Hampir saja dia memecahkan cawannya kalau saja dia tidak menangkapnya dengan gesit.
Nah, ternyata Makoto juga bisa gesit tuh.
"Tori gapapa? Aduh, makasih banget Kak Sapphire, aku merasa jantung ku akan meledak liat Tori jatuh tadi." Juna segera memastikan tubuh salah satu member Fine itu baik-baik saja. Tori mengangguk lalu mendengkus sebal. Bisa-bisanya dia terpeleset seperti tadi!
"Tidak apa-apa. Lain kali hati-hati, Tori." Sapphire tersenyum singkat pada keduanya. Sementara itu, Makoto mendekati Sapphire. "Sejak kapan Sapphire-nee ada disini?" Tanya Makoto terkejut. Seingatnya tadi dia sendirian kok...
"Sejak awal kamu latihan. Lihat, ternyata tubuh mu punya ketangkasan yang baik, Makoto." Balas Sapphire sambil memperhatikan kondisi tubuh Makoto yang terihat fit hari ini. Pujian dari Sapphire membuat Makoto jadi tersenyum malu.
"Ahaha, kakak bisa aja..."
"Huh, dasar monyet berkacamata bodoh! Kau sampai membuat Sapphire-san mencemaskan mu begitu. Makanya, percaya dirilah sedikit!" Omel Tori kesal pada Makoto. Dan lucunya, bukannya merasa tertohok, Makoto hanya tertawa kecil lalu berkata, "hee, aku tak menyangka Himemiya-kun bisa semanis ini mencemaskan aku!" Makoto menggoda Tori yang langsung dipelototi oleh empunya nama. "A--apa?! Jangan salah paham ya! Aku melakukan ini supaya kau bekerja dengan benar dan syuting ini berakhir dengan baik! Huh!" Tori mengomel pelan sebagai balasan, membuat Sapphire maupun Juna tersenyum geli mendengarnya.
"Padahal kupikir harusnya kau mengkhawatirkan Fushimi, Himemiya." Hokuto yang baru datang menyeletuk. Tori terdiam lalu membuang mukanya. "Buat apa mengkhawatirkan dia? Sebagai idola, dia memang sudah sangat hebat kok. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Bagaimanapun, Yuzuru juga seorang idol, kuharap dia melangkah maju dan jangan cuma diak ditempat. Ada banyak loh fans Yuzuru, dan dia sudah sejak lama sudah tidak mirip senagai kepala pelayan lagi, karna dia tampan dan perilakunya juga sangat keren." Gumamnya pelan.
"Jaa, kalau begitu, mungkin ada baiknya Tori mengatakannya pada Yuzu-nii seperti ini, dia pasti akan senang sekali." Juna memberikan saran setelah mendengar perkataan Tori. Lagi-lagi Tori terdiam. "Untuk apa aku memujinya, kalau dia bahkan tak pernah memuji ku. Aku tak mau menjadi orang yang trus memujinya, karna dia takkan berubah banyak meskipun sudah dipuji dan sangat jarang melihatnya malu-malu ataupun kehilangan ketenangannya." Tori menatap awan dengan tatapan sedih.
Tori berjalan ke tempat duduk lalu melanjutkan ceritanya. "Saat masih kecil, dia bisa berekspresi layaknya manusia umumnya. Dia akan menangis kalau orang tuanya menegurnya. Dia takut pada anjing kami lalu berlari dan bersembunyi dibalik pohon," Tori terkekeh pelan mengingatnya. "Tapi itu tak lama, karna dia harus pergi ke tempat pelatihan. Kami tak bertemu dalam waktu yang cukup lama. Dan semenjak saat itu, semuanya berubah." Lanjut Tori sambil tersenyum tipis.
"Ketika dia kembali, semuanya berubah. Dia bertingkah layaknya robot. Kalau-- kalau itu karna kesalahan ku... Kupikir aku harus bisa mengembalikan apa yang hilang darinya..." Tori menghela nafas. Ah, dia merasa tidak seharusnya di menceritakan hal ini....
Juna terdiam. Ditepuk-tepuknya kepala Tori lalu gadis itu tersenyum kecil. "Yuzu-nii melakukan ini untuk Tori juga... Jadi jangan menyalahkan diri sendiri. Dia sangat menyayangi Tori, makanya dia berusaha menjadi kuat, kupikir itulah yang terjadi pada Yuzu-nii sekarang." Komentar Juna. Tori terdiam. "Tapi aku tak suka dengan keadaannya yang begitu..." Tanpa sadar mata Tori jadi berkaca-kaca.
Ugh, tolong, jiwa jiwa kakak-kakak disana mulai menggila dalam hati.
"Tori..."
"... Hiks... Huweeee..."
Tori nangis!
Juna secara reflek memeluknya lalu menepuk-nepuk kepala Tori lembut. Ah, dia dari dulu ingin mencoba memperlakukan orang sepeti yang dia lakukan saat ini. Bahkan meskipun dia memiliki 2 kakak lelaki, Juna tak pernah merasakan hal seperti ini...
Rasanya menyakitkan kalau mengingatnya.
Juna mengusap kepala Tori lembut sambil mengkode orang-orang disana untuk pergi. Bagaimanapun, menenangkan seseorang yang sedih butuh ruang yang luas, karna menurutnya, Tori sudah lama merasakan rasa sakit ini sendirian...
"Jangan ditahan lagi, Tori nangis aja... Tapi perlu Tori tau, itu bukan salah Tori... Malah kupikir, Tori perlu menanyakan 'kenapa' sama Yuzu-nii... Karna setiap perubahan dalam diri seseorang pasti memiliki suatu sebab..." ujar Juna sambil terus memgusap kepala Tori lembut.
Tori mencengkram kuat baju Juna. Tangisannya makin keras. Rasanya dia makin cengeng aja. Tapi memang begitulah kenyataannya, Tori memang sosok yang cengeng, meski di luar dia tampak angkuh dan meyebalkan. Apalagi kalau dengna Tsukasa, Sang Rival.
"BOCCHAMA!!"
Nah, panjang umur, Yuzuru segera meloncat dan mendekati mereka berdua. Juna dapat melihat wajah super cemas dari Yuzuru disana, yang entah kenapa membuat Juna sedikit iri. Kapan ya, Kakak kakaknya memperlakukannya seperti ini...?
"Faresta-san... Ada apa--"
"Aku serahkan Tori sama Yuzu-nii, ya. Kurasa ada yang mau disampaikan Tori sama Yuzu-nii."
Juna memberikan Tori yang menundukkan kepalanya masih terdengar suara sesenggukan itu pada Yuzuru. Yah, Juna hanyalah orang asing, tidak baik ikut campur terlalu dalam urusan orang lain. Biarkan Yuzuru dan Tori yang menyelesaikannya sendiri.
Setelah Juna pergi, barulah Yuzuru kembali bersuara.
"Ada apa, Bocchama? Kenapa Anda menangis? Apa ada yang membuat mu menangis? Katakan, siapa?" Yuzuru bertanya banyak hal, dan itu membuat Tori sedikit sebal.
"Diam kau! Kau pikir karna siapa hah?!" Nada angkuh yang berusaha dikeluarkan oleh Tori malah terdengar serak dan menyedihkan. Jujur, Yuzuru bingung harus bertindak seperti apa. Jadi dia hanya bisa diam dan mengusap kepala Tori sampai anak itu tenang.
"Kenapa..."
"?"
"Kenapa Yuzuru-oniichan berubah? Apa karna aku terlalu nakal?"
Yuzuru terdiam. Apa ini yang membuat Tori menangis keras?
Kalau diingat-ingat lagi, memang Tori menganggap dia seperti Kakak lelakinya sendiri, dan mereka cukup dekat, sampai akhirnya setelah pelatihan militer itu, sikap Yuzuru berubah drastis.
Tak ada lagi Yuzuru yang cengeng.
Tak ada lagi Yuzuru yang penakut.
Yanh ada hanyalah Yuzuru yang terlihat sempurna sebagai Kepala Pelayan Himemiya pada umur muda.
Tapi siapa yang sangka Tuan Mudanya malah merasa tidak nyaman dengan perubahan ini? Tapi Tori tak pernah protes. Anak itu hanya diam dan tetap seperti biasanya.
Yuzuru tersenyum kecil. Tuan Mudanya memang anak yang baik. Ditepuk-tepuknya kepala Tori. "Tak ada yang salah disini. Mohon maaf kalau saya berubah, tapi saya melakukan ini untuk melindungi Anda.."
"Tak usah berubah kalau begitu! Jadilah Yuzuru-oniichan yang kukenal!" Isak Tori sambil merenggut baju Yuzuru. Yuzuru terkekeh pelan. "Kalau begitu. Bocchama harus menjadi kuat supaya Saya tidak begini lagi... Lihat, sekarang saja Bocchama masih cengeng begini..." Yuzuru mengangkat bahunya santai.
Mendengar hal itu, Tori dengan segera mengusap air matanya lalu membuang mukanya sebal. "A--aku akan menjadi kuat supaya Yuzuru onii-chan ku kembali..." Gumam Tori pelan. Yuzuru tersenyum puas lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Senang mendengarnya, kalau begitu saya akan menunggu sampai hari itu tiba, Bocchama..." Yuzuru tersenyum kecil sambil mengusap air mata Tori lembut, sebelum akhirnya pergi untuk memulai syuting selanjutnya.
'Sebenarnya aku sangat menikmati pran sebagai idola kok...'
Yah, setidaknya Tori takkan menyalahkan dirinya lagi mulai sekarang, iya kan?
.
Syuting akhirnya berakhir dengan sukses. Pada premiere film tersebut, sekitar 2 juta penonton membeli tiket dengan cepat, dan menonton film laga yang mereka lakukan. Rata-rata penggemarnya tentu saja perempuan, dan mereka tak hentinya memberikan pujian atas film tersebut.
Juna menghela nafas lega. Dia berhasil mengejar semua kerjaannya hingga selesai seperti hari ini. Begitu pula dengan Sapphire, gadis yang slalu mengantuk itu telah menyelesaikan tugasnya dengan baik dengan hasil yang sempurna juga. Jadi tidak ada perasaan menyesal pada event kali ini.
"Juna ada masalah?"
Juna melirik Sapphire yang menatapnya dengan datar, namun nada khawatir jelas terdengar. Juna tersenyum kecil.
"Kok kakak mikir begitu?"
"Akhir-akhir ini kamu ga fokus, banyak ngelakuin kesalahan juga. Kalau ada masalah, kamu bisa cerita padaku."
Juna tersenyum hambar. Memang tak ada yang bisa disembunyikan dari Sapphire. Dipeluknya senior dalam bidang Produce itu erat. "Sedikit masalah. Inginnya aku tetap berada disini tapi.. Yah, aku akan menetap di Jerman sampai event Fine selanjutnya..."
Sapphire terdiam. "Kau serius? Apa karna-- ah," Juna mengangguk sekilas lalu memaksakan senyuman selebar mungkin. "Apa mereka sudah tau?" Gadis bersurai abu itu melirik member Fine dan Trickstar yang sibuk menonton. Juna mengangguk. "Aku hanya bilang aku ada urusan sama Ibuku di Jerman, kalau ada event aku akan kembali." Jawab Juna dengan tenang.
Sapphire tak berkata apa-apa lagi, tapi dia berniat mengantarkan Juna besok.
Yah, setidaknya acara kali ini berakhir sukses.
The End
Author's Note : yahoo~ apakabar kelen semua^~^ udah dapet jagoan kalian b5?! Aju syudah dong hwhwh, cuma karna lagi mager nulis dan kurang ngefeel jadinya lama ini pubnya:'D
Udah event Alka aja ya? Ga sabar ihh mau punya Aira b5... Meski cuma sanggup di basic, musicnya cuma sanggup same tatsumi aja hiks (╥_╥)
Dan.. Kalian udah denger kabar 27 Oktober? :'D meresahkan banget bagi KnightsP kayak saiya :'D dahlah rasanya mau pundung aja:")
Yosh, ini ada bonus dikit, inspirasi dari twitter, semoga suka :'D
Salam,
Pabrik Coklat
Omake :
Aira menggandeng tangan Hiiro dengan penuh semangat. Hari kedua film yang dimainkan Trickstar dan Fine, tentu saja bagi seorang otaku idol-- atau lebih akran disebut Wotaku ini takkan menyia-nyiakan tiket yang diberikan Ramiel yang merupakan Produser Alkaloid secara gratis itu.
"Ayo Hiiro-kun, nanti kita terlambat!"
"Memangnya bioskop itu apa?"
"Nanti aku jelaskan, pokoknya ayo sampai dulu di kursi bioskopnya! Nanti bisa-bisa terlambat!"
Aira menyeret Hiiro dengan susah payah. Badannya mungil dan kurus begitu sih, mana kuat menyeret Hiiro yang berotot dan beriis begitu.
Tapi untungnya mereka tepat waktu.
"Syukurlah baru mau mulai!" Pekik Aira dengan semangat. Aira segera mencari tempat duduk untuk Hiiro dan dirinya sendiri.
"Ah..."
"... Ri--ritsu-san dan I--Izumi-san dari Knights?!"
Aira membekap mulutnya kuat-kuat. Kaget? Tentu saja! Mereka secara kebetulan sebelahan dengan dua dari member Knights yang sering disebut Big 3 di dunia Idol!!
"Hee? Anak Alkaloid.. Tak kusangka kalian juga ikut menonton..." Ritsu melirik Aira dengan wajah mengantuknya. Ijum hanya melirik sekilas lalu fokus sama Yuu-kun-- maksudnya fokus filmnya.
"Se--selamat siang, Ritsu-san! Izumi-san!" Aira menundukkan kepalanya sambil membuat kepala Hiiro menunduk sopan. Bagaimanapun, mereka adalah junior, tentu saja harus sopan.
"Maa, maa, kalian duduk saja, nikmati filmnya." Ritsu melambaikan tangannya santai. Aira mengangguk dengan semangat sambil duduk manis, begitu juga Hiiro yang manut aja sama Aira.
Dan begitulah.. Kita bisa melihat pemandangan unik dimana para idol duduk berdampingan untuk menonton Film unit lainnya.
END
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top