Crazy:B Event - Honeycomb Summer (4) bagian 2
BRUKK!!
Rinne untungnya punya refleks yang hebat, sehingga Nikki berhasil dia tangkap sebelum kepalanya membentur lantai.
"Nikki? Oi, Nikki, bangun!" Rinne menggoyangkan badan Nikki dengan panik. Anak ini kenapa?!
Rinne menggigit bibir bawahnya. Dia panik, sungguh. Dia gatau harus apa disini, tapi mendengar nafas Nikki yang memberat, dia masih hidup.
'Sial, aku harus apa..?'
.
WARNING!!
GAJE OOC ANEH GAJE(lah dua kali ini kata) ANTIK.. POKOKNYA INI SAYA BUAT DENGAN HATI GEMBIRA AJA(?)?! BAHASANYA JUGA GADO GADO:((( OH YA, SAYA SUKA TYPO, JADI MOHON BILANGIN YAK!!:(
Warning spesial, ada sedikit spoiler, tapi ga banyak jadi ada bumbu drama buatan sendiri, harap maklumi ya:( ensta dah drama jadi makin drama deh huhu:( /ditabok/
SELAMAT MEMBACA GAES~
.
Nikki mencoba membuka matanya. Tubuhnya lemas sekali rasanya. Sepertinya ini karna dia belum makan lagi. Kekurangan makan sedikit saja, maka Nikki bisa drop seperti tadi. Kadang-kadang Nikki bersyukur dia bisa bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama.
Apakah dia sudah mati ya..?
Soalnya dia mencium bau makanan enak. Apa dia lagi disurga?
"Ah, kau sudah bangun, makanlah." Suara seseorang membuyarkan pikiran melayang Nikki. Diliriknya sosok yang tengah menatapnya cemas sambil menaruh banyak makanan--
Tunggu, makanan?
Kruyukk~
Ah, perutnya lapar sekali. Dengan cepat, Nikki menyambar makanan, lalu memakannya dengan lahap. Sementara itu, Rinne menatapnya dengan serius.
'Ah, brarti aku masih di dunia.. Kukira aku sudah mati..' Nikki membatin dalam hati. Diam-diam dia bertanya-tanya, bagaimana dia bisa hidup selama ini dengan penyakit aneh begini.
"Bagaimana? Kau sudah merasa lebih baik?" Rinne menatap lekat-lekat wajah Nikki yang ternyata cukup pucat. "Sudah, aku sudah sangat baik! Hei, darimana kau dapatkan makanan ini?" Setaunya Rinne kan tunawisma yang baru saja dia temukan beberapa jam yang lalu. Jadi darimana makanan ini semua?
"Aku mencurinya. Maafkan aku."
"Oh kau--APA?! HEI, ITU TINDAK KEJAHATAN!" Nikki syok. Teman barunya ini gila atau apa?!
"Persetan dengan itu. Katakan padaku, kau punya penyakit apa hah?!" Rinne membalas pekikan Nikki dengan nada ketus. Rinne sepertinya marah karna Nikki seenaknya melakukan sesuatu hal bodoh-- seperti memberikan makanan padanya.
Padahal jelas-jelas dia lebih membutuhkannya.
Nikki terdiam.
"Karna kita akan menjadi partner serumah, aku akan menjelaskannya," jujur, Nikki merasa ragu untuk menceritakan sisi jeleknya pada teman barunya.
"Aku menderita gula darah rendah. Jadi.. Intinya, aku tak bisa jauh-jauh dari makanan," Nikki meggaruk pipi sebelahnya dengan telunjuk saking canggungnya. "Tapi tak apa, ini bukan sesuatu yang buruk, aku hanya butuh makan saja, kau tau, bisa hidup sampai sekarang saja merupakan anugrah untukku, haha." Nikki tersenyum hambar.
Rinne menatapnya dalam diam. Teman barunya sepertinya cukup tersiksa dengan itu.
"Dan kau malah memberikan penopang hidup mu padaku? Kau ini bodoh ya?"
"Hei, apa salahnya membantu orang? Hidup dan mati ditangan Tuhan, tau."
BRAKK!!
"DASAR BODOH, TAU GITU KAU TAK PERLU MENYELAMATKAN AKU TADI!" Rinne benar-benar marah. Dia sampai menggebrak meja sakinh marahnya. Bagaimana ada orang yang mementingkan rasa lapar seseorang, sementara dirinya butuh banyak makan hanya untuk bertahan hidup...?!
"... Sudahlah, tak usah kau pikirkan." Nikki tersenyum tipis. Dia menepuk-nepuk bahu Rinne pelan. "Aku senang punya teman baru sekarang. Itu cukup kok."
Perkataan Nikki membuat Rinne bungkam. "...Kau aneh." Rinne kali ini berkomentar jahat. Tapi lucunya malah dibalas dengan tawa dari Nikki.
"Kau juga aneh, orang normalnya bawa orang lain ke rumah sakit. Tapi kau malah mencuri makanan." Tukas Nikki.
"Berisik. Mulai besok, ayo ajarkan aku hal-hal yang ada di Kota ini, aku akan belajar dengan baik." Rinne bergumam malas. Nikki mengangguk. "Oke gamp-- hah? Belajar?"
"Aku berasal dari desa. Jadi aku tak tau apa apa soal dunia perkotaan."
"Ohh..."
Keesokan harinya, Nikki mencoba mengajari banyak hal pada Rinne. Memperkenalkannya pada para tetangga, bagaimana cara hidup di kota, memperkenalkan dunia idol pada Rinne-- yang nanti pada akhirnya menjadikan mereka unit duo yang cukup terkenal di kalangan artis.
Belakangan, Nikki baru tau bahwasannya Rinne tak perna mencuri.. Melainkan..
.
Setengah jam semenjak Nikki pingsan...
Rinne mengangkat tubuh Nikki ke kasur. Dia berpikir untuk meminta tolong pada orang sekitar, mungkin rumah sebelah bisa membantunya.
"Ada apa ya nak?" tetangga sebelah Nikki mengerutkan alis. Pasalnya, dia tidak mengenali sosok anak muda dihadapannya saat ini.
"... Tolong saya, Bibi. Teman saya-- Nikki Shiina-- mendadak pingsan. Sungguh, saya tak tau hrus apa. Kurasa--- kurasa dia begini karna dia memberikan makanannya padaku-- jadi.. Kumohon..." suaranya jadi agak serak. Dia bahkan rela berlutut untuk memohon kepada Bibi ini untuk memberikan pertolongan pada Nikki.
Padahal, padahal sebelumnya, dia adalah Dewa di Desanya. Dia tak pernah menundukkan kepalanya-- tidak, dia tidak pernah melakukannya. Belum lagi harga dirinya yang tinggi untuk melakukannya.
Ada apa dengannya?
Bibi tersebut terdiam sejenak lalu membawa Rinne masuk. Lalu memberikan banyak makanan pada Rinne, sedikit menjelaskan mengenai penyakit Nikki yang Sang Bibi tau, lalu menyarankan untuk Rinne periksakan Nikki ke dokter sesegera mungkin.
Diam-diam, semua pun tau, Rinne menganggap diri Nikki begitu penting.
Bagaimanapun juga, Nikki adalah teman pertamanya di kota ini. Dan Rinne merasa dia harus menjaga Nikki. Temannya yang berharga.
.
"Dia melakukan itu Bi? Wah, aku terkejut." Nikki ketawa. Bibi itu ikut ketawa. Tetangga Nikki sangat paham betapa kesepiannya Nikki selama ini. Raut wajahnya jadi lebih cerah semenjak berteman dengan Rinne.
"Kau memiliki teman yang baik, Nak. Jaga dia sebaik mungkin. Sangat sulit memiliki teman yang benar-benar memahami kita disaat sulit." Bibi itu memberikan wejangan pada Nikki. Nikki tersenyum kecil. "Tentu saja, Bi. Aku pun senang bisa berteman dengan Rinne."
Ya, karna kali ini, dia punya tempat untuk berkeluh kesah.
.
"Gitu ceritanya... Eh-- kok Ru nangis?! Cup cup cup.. Jangan nangis, nanti Rinne ngamuk adeknya ditangisin terus aku yang yang kena getahnya..." Nikki auto panik. Wajah Rukka yang kacau terlihat mengerikan-- takut orang yang baru aja bangga-banggain diri dipanggil Abang sama Rukka bakalan mendatangi dia lalu menonjoknya karna bikin nangis adeknya.
Siscon/Brocon keknya Rinne tuh.
Rukka memeluk Nikki. "Kak, aku bersyukur kakak masih hidup..." Nikki terdiam sejenak. Ditepuk-tepuknya kepala Rukka pelan. "Hingga saat ini aku masih hidup kok. Kurasa ini bukan penyakit yang merisaukan." Nikki tertawa kaku.
"Aku... Aku merasa itu seperti kutukan buat mu... Kuharap-- kuharap kutukan itu segera hilang secepatnya..."
Nikki terdiam.
"Kau punya penyakit yang aneh, Nikki."
"Aku tau, aku juga sebal sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi? Buat ku, hidup aja lebih dari cukup." Nikki menatap langit malam dengan tatapan sedikit meredup.
Rinne melirik Nikki sekilas lalu bergumam, "Rasanya kau seperti punya kutukan."
... Kutukan, ya?
"Hahaha, kau benar, itu seperti kutukan!" Nikki mengangguk-ngangguk.
"Kuharap, aku bisa menghapusnya, meski akan memakan waktu yang lama.."
Nikki menatap Rinne. "Kau tidak perlu berpikir begitu. Begini saja sudah cukup..."
'...meski aku berharap, suatu hari nanti aku bisa merasa kenyang untuk sekali saja...'
Nikki tersenyum tipis. Mengusap kepala Rukka lembut. "Terimakasih, Ru. Aku baik-baik saja dengan adanya kalian." Nikki bergumam pelan.
"Woi Nik, ayo-- WOI LU APAIN ADEK GUA?!" Rinne ngamok-- adeknya ditangisin Nikki!
"LAH BUKAN JIR, LU SALAH PAHAM-- WOI KOHAKU, HIMERU, KALIAN NGAPAIN?!" Nikki panik, badannya ditahan buset!
"Sini lu gua jotos dulu." Rinne ambil ancang-ancang mau nampol Nikki sebelum akhirnya ditahan Rukka.
"Ayo, udah jamnya naik stage. Aku bukannya ditangisin Kak Nikki Bang, jadi jangan dipukul." Rukka mengusap air matanya lalu menatap Rinne gemas. "Kalian juga, jangan kebawa bodohnya Bang Rinne dong. Sumpah ya ini kebodohan beneran nular apa gimana..." Suara serak Rukka menghentikan pergeludan(?) Mereka.
"Kirain kan..."
"Dah dah, bubar bubar, naik stage kalian!" Rukka menepuk tangannya sekali lalu tersenyum kecil, membuat semuanya balik bersemangat lagi.
"Oke, semangat juga, Harukka!"
Rukka mengangguk kecil sambil terkekeh. Diliriknya Nikki yang tersenyum lebar.
"Semangat Kak Nikki, kalo lapar panggil aku aja, oke?!"
Nikki terkekeh pelan, lalu mengangguk. "Okie dokie Ru~" lalu menepuk-nepuk kepala Rukka pelan sebelum akhirnya berjalan ke Stage.
Rukka tersenyum lebar. Dia makin merasa kalau dia sudah dipercaya sekarang.
Dia jadi makin sayang sama mereka, dan berjanji akan berusaha sebaik mungkin...
To Be Continued
Author's note : jujur nulis ini sambil nahan rasa sesak... Kenapa Rinne sama Nikki semanis ini:( aku ngerasa mereka paket kombo dalam banyak hal (terutama kebodohan), tapi paling penting, mereka ga pernah lepas satu sama lain, persahabatan yang indah:")
Gimana kabar kalian? Udah dapet Nikki? Aku ngedown huhuhu keknya music ga akan dapet:") yodahlah ya seenggaknya dapet di basic.. /mainin tanah/
Ch terakhir di tulis pas udah masuk akhir event, sekaliam nunggu kabar mengenai event ini, manatau ada kabar baru lagi yakan hwhwhwhhw
Semangat terus semua!
Salam,
Pabrik Coklat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top