ALKALOID event ~ Envy - Feather Touch (2)
WARNING!!
GAJE OOC ANEH GAJE(lah dua kali ini kata) ANTIK.. POKOKNYA INI SAYA BUAT DENGAN HATI GEMBIRA AJA(?)?! BAHASANYA JUGA GADO GADO:((( OH YA, SAYA SUKA TYPO, JADI MOHON BILANGIN YAK!!:(
SELAMAT MEMBACA GAES~
Taman Gantung ES, Siang Hari.
"Wah, Hiiro hebat sekali, nilainya 100 semua..." Tatsumi menatap kagum kepada kertas ujian Hiiro. Padahal selama ini pemuda yang sering menyebut dirinya idiot itu tak pernah sekolah, tapi sekalinya masuk sekolah.. Nilainya hampir sempurna.
"Semua orang di Yumenosaki sangat terkejut dengan nilai ku! Mereka tak menyangka aku bisa mendapat nilai seperti itu. Padahal aku tak begitu memahami pentingnya tes ini. Ah, tapi ada bagian pelajaran sejarah yang tidak ku pahami, jadi aku ingin bertanya pada Tatsumi-senpai mengenai hal ini..." Ujar Hiiro dengan wajah polosnya.
"Fufu, begitukah? Apa karna versi sejarah yang kau pelajari sedikit berbeda?" Tatsumi menanggapi Hiiro dengan senyuman di wajahnya.
"Ya, makanya aku berharap Tatsumi-senpai memberitahu ku 'sejarah yang sebenarnya' padaku." Hiiro menatap Tatsumi dengan wajah serius.
"Oh, jadi itu sebabnya kamu menunjukkan kertas ulanganmu seperti anak kecil yang ingin dipuji oleh ayahnya. Bukannya kamu bermaksud menyombongkan diri, melainkan, kamu ingin menunjukkan kepada ku bagian pelajaran mana yang kurang menurut mu. Kurasa aku bisa menjadi tutor pribadi mu." Tatsumi menawarkan diri untuk menjadi Tutor Hiiro.
Hiiro memiringkan kepalanya. "Apa yang bisa dibanggakan? Bukan kah Nilai Ujian hanyalah kompilasi data?" Tanyanya heran.
... 'Hanyalah' --
"Sumpah, kamu gatau kalau Nilai itu penting, apalagi buat kayak Aira." Celetukan seseorang membuat mereka menengok ke asal suara. Ramiel yang sedaritadi duduk manis mendengarkan percakapan 'ayah-anak' itu akhirnya menyeletuk karna sudah lelah dengan percakapan antik tersebut.
"Ah, Rami!" Hiiro mendekati Ramiel dengan wajah cerah. "Sudah lama aku tak melihat mu, kamu kemana aja?!" Tanya Hiiro penasaran. Hiiro dan Ramiel lumayan dekat karena Ramiel sering mengajarinya hal-hal di perkotaan dengan 'benar' setiap kali Produser itu muncul disekitaran Alkaloid. Tak heran Hiiro mencari-carinya.
"Aku sibuk. Baru-baru ini aku mengurusi beberapa hal di asosiasi Produser. Dan aku mendapatkan kabar yang mencemaskan," Ramiel melirik sekilas pada Tatsumi yang tersenyum lembut padanya. Ramiel menghela napas. "Tapi Syukurlah Hiiro tetap seperti biasanya ya..." Lanjut Ramiel sambil mengusap-usap kepala Hiiro santai.
"Tak ada yang berbeda dari ku kok! Ah ya, Tatsumi-senpai, Aira mengalami kesulitan dalam belajar, kalau tidak apa-apa, kumohon ajarkan dia juga! Soalnya Aira tak suka aku ajari. Terakhir aku menawarkan diri mengajarinya, Aira menyemprotkan saus tomat pada tubuh ku." Curhat Hiiro. Ramiel sweatdrop. Aira galak juga...
Tatsumi terkekeh geli. "Terkadang Bagi sebagian orang, diajar oleh orang lain terasa memalukan, seolah itu mengurangi nilai mereka sebagai pribadi." Tatsumi menanggapi cerita Hiiro. Hiiro mengedip-ngedipkan matanya. "Begitukah? Sepertinya aku kurang peka mengenai perasaan orang-orang perkotaan... Rasanya lebih rumit dari pelajaran sekolah..." Gumam Hiiro.
'... Ga ga, lu emang gapekaan Hir, ga heran gua.' Ramiel membatin lelah.
"Eins, Zwei, Drei~"
Ramiel melirik sosok Mayoi yang tengah melatih Aira. "Astaga, rupanya Mayoi-san dan Aira-san tengah latihan disini... Pantas saja taman ini menjadi lebih hidup." Tatsumi memuji kedua sosok yang tengah latihan itu.
Mayoi tersenyum kecil. "Aku bertanya-tanya apakah Aira masih memikirkan kejadian kemarin, makanya akhirnya aku mencona memeriksanya. Tapi rupanya dia terlebih dahulu kemari dan meninggalkan sekolahnya untuk berlatih." Jelas Mayoi.
Hiiro menatap Aira. "Jangan melewatkan sekolah mu, Aira. Mungkin kamu menganggap sekolah itu tak menyenangkan, tapi itu menyia-nyiakan waktu mu untuk menerima pendidikan yang baik." Nasehat Hiiro membuat Aira merengut. "Uhh, aku merasa sangat tertinggal disini, jadi aku berusaha mengejar ketertinggalan denhan bekerja keras 2 kali lipat tau." Gerutu Aira pelan.
"Aku paham, Aira-san. Tapi jangan terlalu memaksakan diri juga. Kasihani tubuh mu yang juga perlu istirahat." Komentar Tatsumi sehalus mungkin. Hiiro mengangguk-ngangguk. "Humh, Aira slalu latihan dengan keras, sampai-sampai dia sering menyelinap dimalam hari. Jadi aku menulis peringatan dengan saus tomat bertuliskan 'aku mengawasi mu' supaya dia lebih menyayangi dirinya." Ucap Hiiro.
"... JADI KAU YANG MENGIRIMKAN PESAN HOROR ITU?! ASTAGA KUPIKIR DARI MAFIA, AKU JADI TAK BISA TIDUR SEMALAM!" Aira menjerit frustasi, ternyata itu ulah Hiiro astagaaa!!
Hiiro mengedip-ngedipkan matanya heran. "Kupikir Aira suka sama saus tomat, lagipula sayang sekali saus tomat yang disemprotkan kemarin, jadi kucoba gunakan sebaik mungkin." Balas Hiiro.
Ramiel gatau harus ketawa apa miris dengernya.
"Kesampingkan itu... Aira tidak mendengarkan ku untuk tidak terlalu memaksakan dirinya.. Jadi aku berusaha membantunya untuk berlatih meskipun terlalu memaksakan diri tidak baik untuknya yang sedang berkembang... Maaf kalau kesannya aku sombong.." Mayoi menatap canggung Aira. Tatsumi menggeleng. "Justru bagus bukan? Kami bisa menyerahkan pelatihan Aira pada dirimu Mayoi-san." Tatsumi tersenyum kecil.
"Humh, Aira juga jangan terlalu memaksakan diri, meski aku menyukai ketangguhan mu." Kata Hiiro pada Aira. Aira sendiri menghela nafas. "Tidak seperti mereka yang terlahir sebagai orang jenius, orang biasa seperti ku harus sedikit berlebihan. Jika aku tidak bekerja keras seperti ini, aku takkan bisa terbang dan mencapai tujuan yang sama dengan kalian..." Gumam Aira pelan.
Semuanya terdiam. Ramiel segera mengambil alih pembicaraan. "Kalian lapar? Makan bareng yuk." Ajak Ramiel. Semuanya bergumam 'tumben' sebelum akhirnya menyetujuinya. "Sudah lama juga kita tidak makan bersama, semenjak punya kamar masing-masing aku jadi sedikit merasa kesepian tak bisa makan bersama kalian." Tatsumi bergumam. "Kalau begitu ayo makan bersama! Ah, aku jadi ingin makan.. Apa ya namanya? Omurice! Shiina-san sering membuatkannya untukku karna tau aku menyukai itu. Bahkan dia sering membuatkan ku tanpa bertanya dahulu, Shiina-san benar-benar baik sekali!" Seru Hiiro gembira.
"Wah, enak dong, sekamar sama Kak Niki." Ramiel berkomentar. Iyalah, Niki baik, peka, bisa masak, asik...
Bener-bener teman sekamar yang menyenangkan sekali.
"Humh, aku sekarang mengerti mengapa Niisan sangat senang tinggal dengannya!" Hiiro mengangguk-ngangguk senang. Ramiel terkekeh geli. "Bagaimana dengan mu Aira?" Ramiel kali ini bertanya pada pemuda bersurai pirang itu. Aira memijit keningnya lelah. "Aku akhir-akhir ini tidak bersemangat.. Semua karena pria bersaus tomat disebelah sana!" Omel Aira gemas.
"Kalau aku pria bersaus tomat, maka Aira juga pria bersaus tomat dong, kan Aira duluan yang semprotin saus tomat padaku." Hiiro membalas omelan Aira tanpa dosa.
"Kalau begitu kalian berdua adalah saudara saus tomat." Mayoi terkekeh pelan.
"Hm, baiklah, kita sudah sampai. Ayo mulai membahas pekerjaan sambil makan." Ramiel menggelengkan kepalnya sebentar sebelum akhirnya mereka menempati tempat duduk dimana seorang gadis tengah duduk disana juga. "Ah, Anzu-san, otsukare~"
"Ah, kalia. sudah datang. Mari duduk." Anzu berdiri untuk membungkuk kepada Anggota Alkaloid lainnya sebelum akhirnya mereka duduk dan mulai membicarakan mengenai pekerjaan mereka.
To Be Continued
Author's Note : fufufufu, ini daripada 20% spoiler... Ini mah 70% spoiler... /selonjoran/
Tapi sumpah suka banget sama bagian Alkaloid di event story tuh, Aira sama Hiironya bobrok gapaham lagi:')
Kebayakan tugas bikin ga sampe kemnaa mnaa ini book, rasany mau berhenti tapi bingung kenapa harus berhenti... Minimal semua unit dah dapet gitu jadi kan lumayan kalo mau berhenti... Entahlah:')
Mendadak agak lambat aja nulis event, hampir ga ada semangat lagi padahal mayan menikmati loh:') ah budu lah, curcol mulu dih /selonjoran/
Hari terakhir event Alka di basic, semangat gaes!
Salam,
Pabrik Coklat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top