Bagian 10
Plaakk
Suara tamparan yang cukup keras membuat suasana menjadi semakin tegang. Beberapa pasang mata menyaksikan betapa kecewanya seorang ibu pada putra yang telah ia lahirkan.
"Mama nggak nyangka Bian, ternyata firasat Mama benar. Ada hal besar yang kamu sembunyikan dari Mama. Dan ... Dan ..." Elsa terbata tak mampu melanjutkan ucapannya, ia terhuyung kebelakang dan terduduk. Dia begitu terpukul ketika tanpa sengaja mendengar pengakuan Bian baru saja.
Elsa tadi berniat mencari Bian karena Rey menceritakan padanya jika Bian juga tengah berada di Rumah Sakit ini. Kemarin, Elsa sempat mendengar jika Bian mengantarkan calon pegawainya yang tiba-tiba pingsan saat akan interview. Dia pikir, mungkin Bian ingin menjenguk serta memastikan keadaan calon pegawainya itu. Namun, saat dia menemukan keberadaan anaknya serta berjalan ke arah Bian, Bian telah lebih dulu berjalan dengan dua orang yang salah satunya sangat ia kenal sebagai mama dari Junia Tsabita, salah satu pasiennya. Elsa heran, Darimana mereka saling mengenal?
Melihat raut muka Bian yang tak biasa, Elsa memutuskan mengikuti kemana mereka pergi. Dan justru pada akhirnya, dia mendapatkan fakta yang cukup mengejutkan dan menyakitkan sepanjang lima puluh tahun hidupnya.
Ternyata Bian-lah yang memperkosa Juni hingga trauma, dan lebih buruknya ada Andra hadir sebagai hasil dari kebejatan putranya. Bagaimana bisa? Batinnya menjerit.
Semua sungguh mengejutkan bagi Elsa dan Pertiwi. Terlebih lagi, Pertiwi juga baru mengetahui jika Bian putra dari dokter Elsa, orang yang selama ini membantu Juni untuk sembuh. Dunia sungguh sempit.
"Jelaskan pada Mama semuanya Bian. Mama harap kamu bisa menyelesaikan apa yang telah kamu mulai dan lakukan. Mama tunggu kamu di rumah." Elsa berujar dingin setelah berusaha menguatkan hatinya.
"Bu Tiwi, Pak Arfin. Saya benar-benar minta maaf atas kelakuan putra saya. Bahkan dia tidak pantas untuk dimaafkan. Mungkin saya yang salah karena telah gagal mendidik anak saya. Saya permisi." Elsa membungkukkan badan kemudian berlalu melewati Bian yang kini mematung.
Bian tak menyangka jika mamanya mengetahui hal ini sebelum dia menjelaskan sendiri. Tapi, dia bertekad menyelesaikan semuanya. Rasa bersalahnya sangat besar, dan ia tak mampu lagi menyimpannya sendiri.
Tanpa mereka sadari, dua orang wanita juga ikut mendengarkan pembicaraan tersebut dari sudut tempat yang berbeda. Satu wanita memeluk erat putrinya dengan rasa bersalah dan kecewa yang teramat besar. Sedang wanita yang lain menutup rapat telinganya dengan kedua telapak tangan serta air matanya yang kini mengalir deras.
***
"Mas Bian!! Buka! Atau Rey rusak pintunya!" Rey masih berusaha menggedor pintu ruang kerja Bian.
Rey sangat marah ketika mengetahui mamanya mengurung diri sejak pulang dari Rumah Sakit, lagi-lagi mamanya menangis karena Bian. Dan lain hal, dia juga ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi antara Bian, Juni dan juga Andra.
Bian mengalah, dia berdiri dan berjalan untuk membuka pintu.
Saat pintu terbuka, sebuah pukulan telak mendarat tepat pada wajahnya, membuat hidung Bian mengeluarkan cairan merah kental serta badan yang terdorong jatuh ke belakang.
"Brengsek!! Kenapa Mas Bian tega nyakitin Mama lagi?! Belum puas dulu Mas nyiksa Mama dengan lebih memilih pergi mengejar wanita itu?" Lagi-lagi sebuah pukulan mendarat pada wajah Bian. Namun, Bian tetap bergeming tanpa perlawanan. Sakitnya pukulan Rey tidak sesakit luka yang timbul akibat ulahnya.
"Rey! Sudah!" Elsa datang melerai kedua putranya. Dia jauhkan Rey dari Bian, agar Rey tidak lagi memukul Bian yang kini terluka.
"Tapi, Ma...," Melihat gelengan kepala Elsa, Rey memilih diam dan pergi meninggalkan Bian sendiri dengan ibunya.
Elsa membantu Bian berdiri dan memapahnya duduk di sofa ruangan itu, kemudian mengambil kotak P3k untuk mengobati luka Bian.
"Bisa kamu jelaskan?" Elsa berkata dengan tetap fokus membersihkan luka pada hidung Bian.
Elsa mendengarkan dengan seksama cerita putranya. Ada rasa kecewa, marah dan sedih yang dirasakannya saat mendengarkan Bian bercerita yang sebenarnya terjadi. Namun, ia tutupi semua rasa itu. Anaknya butuh dirangkul dan dikuatkan. Di sisi lain, dia bangga karena Bian berani mengungkapkan kejujuran pada orangtua Juni, meskipun penolakan dari Pertiwi lah yang dia dapatkan.
"Jadi, apa langkah yang akan kamu ambil untuk bertanggung jawab pada Juni?" Elsa memberikan respon dari semua cerita Bian tanpa ditutupi.
"Entah Ma. Bian juga nggak tahu mesti gimana buat bikin Juni sembuh dari traumanya karena Bian." Bian tertunduk lesu.
"Boleh Mama kasih saran?" Elsa melanjutkan ucapannya saat Bian mengangguk lesu, "Ada satu cara yang kemungkinan bisa membantu Juni."
"Bagaimana Ma?" Bian berharap pada jawaban Mamanya.
"Hypnoteraphy, Juni belum pernah melakukannya." Elsa tersenyum, dalam hati berharap agar cara terakhir ini bisa membuat Juni bermimpi lagi.
Bian sedikit paham dengan cara kerja terapi itu. Perlahan senyum terbit dari bibirnya, masih ada peluang untuk dia mendapatkan kesempatan memperbaiki semuanya.
***
Disini Bian berada sore ini, sebuah rumah sederhana yang diam-diam Arfin belikan untuk sang Putri. Dengan bekerja sama dengan Pertiwi serta juga pemilik dari kontrakan yang telah dia beli, Arfin berhasil membuat Juni, Andra serta Pertiwi tinggal di rumah itu.
Tepat sebulan Juni dan Andra kembali ke rumah itu. Dan kini saatnya Bian memulai usahanya. Hari ini, dia bertekad menemui Juni untuk meminta maaf dan memperbaiki semuanya. Empat tahun pikirannya berkutat dengan rasa bersalah pada Juni, hal itu sungguh menyiksa.
Setelah menekan bel, tak lama kemudian pintu terbuka. Wajah Juni terlihat jelas dari tempat Bian berdiri. Namun ada yang salah, tiba-tiba wajah Juni memucat setelah melihatnya. Bian mulai berpikir, Apakah ia akan gagal sebelum sempat mencoba?
"Siapa, Juni?" Pertiwi melihat dari belakang punggung Juni.
"Kamu? Untuk apa kamu kemari?" Pertiwi berucap sinis serta menarik pelan Juni untuk mundur ke belakang tubuhnya. Tangan dingin serta wajah pucat Juni cukup mewakili jika Juni mengalami ketakutan.
"Boleh saya bicara?" Bian tak terpengaruh oleh sikap Pertiwi yang tidak bersahabat.
Pertiwi menoleh ke belakang pada Juni untuk meminta pertimbangan. Hingga tanpa dia sangka, sebuah anggukan tanpa kata diperlihatkan oleh Juni.
"Baiklah. Masuk!" Pertiwi mengalah. Sebebarnya ingin ia usir pria yang membuat anaknya seperti ini, namun perkataan Juni kemarin yang mengatakan ingin berusaha sembuh dan berdamai dengan masa lalu, membuatnya menahan ego demi kesembuhan putrinya.
"Ada apa?" Pertiwi bertanya langsung pada fokusnya.
"Juni, saya tahu perlakuan saya sangat melukai kamu. Saya akui saya salah, saya memang brengsek. Saya benar-benar merasa bersalah setelah itu. Mungkin terlambat saya minta pengampunan dari kamu, meski nyatanya perbuatan saya memang tidak pantas mendapatkan maaf. Tapi ... Ijinkan saya mengobati kesakitan yang kamu rasakan selama ini karena perbuatan saya. Masih bisakah saya mendapat kesempatan itu?" Bian berkata dengan sungguh-sungguh, dia menatap dalam pada Juni yang kini masih menunduk memilin ujun bajunya.
Hening, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Juni. Hingga beberapa lama menunggu, perasaan Bian mulai tak enak. Dia merasa tak ada lagi kesempatan untuknya memperbaiki semua yang terjadi.
Bian menunduk, harapannya agar Juni mau memberinya kesempatan untuk mengobati luka psikis akibat ulahnya semakin menipis. Dia hirup udara dalam lalu menghembuskannya pelan.
"Baiklah, saya sadar memang saya tidak pantas meminta dan mendapatkan kesempatan dari kamu. Saya pasrah jika kamu ingin membalas perbuatan saya dengan cara apapun. Saya permisi." Bian bangkit dari duduknya serta membungkuk untuk berpamitan. Bian melangkah hampa keluar dari rumah itu.
❇️END❇️
Alhamdulillah... End versi WP sampai part ini ya. Mohon maaf jika banyak kekurangan dan kekeliruan selama aku menulis cerita ini.
Thanks buat henzsadewa udah bikinin cover barunya si Juni. publisher2P Ibu IndraWahyuni6 dan teman2 nubar semua atas pengalaman berharga ini.
Yang belum puas baca, sudah ada versi ebooknya. Bisa diakses via PlayStore masukin kata kunci Reyzia Ameera.
Oh iya. Beli ebook yang asli ya teman, karena banyak doa baik dari sana untuk kalian yang menikmati karya asli dari kami para penulis. Jangan tergiur dengan ebook murah atau gratis, karena bisa dipastikan itu adalah bajakan kecuali kalian dapetin langsung dari penulisnya. 😊😊😊
Terimakasih untuk kalian yang selalu bersamaku.
Salam sayang
Rey💟💟💟
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top