13. Pertikaian Dua Pria (Dewasa?)
Yuk yang suka koleksi ebook langsung meluncur ke playstore.
###
"Oh, jadi ini alasan kamu ngajak putus. Benar kan yang aku bilang. Kamu ada main sama bos kamu itu," Bhumi berkata tajam begitu matanya menangkap sosok Bian yang berjalan mendekat.
"Nah, akhirnya ketahuan kan mana yang sebenarnya berbohong di sini! Kalian sama-sama busuknya." Bhumi menunjuk wajah Bian dan Juni bergantian.
"Bang, kamu jangan buat masalah. Sudah kamu pulang aja. Jangan memperpanjang masalah ini lagi." Juni mulai ketakutan, ia berusaha meredam emosi Bhumi.
"Kamu salah pilih, Jun. Sefrine meninggalkan pria ini demi laki-laki lain. Lalu ngapain kamu justru memungutnya. Benar-benar me...," kalimat Bhumi tak selesai terganti dengan suara hantaman yang cukup keras.
Hal berikutnya terjadi adalah Bhumi mundur beberapa langkah dengan memegang rahangnya kesakitan. Pria itu menegakkan tubuhnya dan detik berikutnya menerjang Bian yang ternyata telah menghantamkan kepalan tangan pada rahang Bhumi. Pria itu balas menghantam rahang Bian.
Kejadian begitu cepat. Juni bahkan tak sempat berpikir apapun. Beberapa detik setelah kekacauan itu Juni berteriak panik. Menghambur menarik tubuh salah satu dari dua pria berbadan sama-sama kekar itu.
"Bang, sudah lepaskan! Pak Bian juga tahan emosinya. Kenapa kalian jadi ribut kayak gini!?" Juni terus menerus mencoba memisahkan tubuh kedua pria itu. Namun nihil. Tenaga Juni tak ada bandingannya jika melawan mereka.
Tak kehilangan akal, Juni seketika berteriak keras. "Oke, silakan terus berkelahi aku akan merekam ulah kalian lalu menyebar luaskannya. Biar semua orang tahu, ada dua orang laki-laki bodoh yang berebut wanita yang sudah tinggal nama!" Sedetik setelah mengucapkan kalimat itu Juni ingin segera memukul mulutnya.
Bicara apa dia barusan? Kenapa semuanya semakin aneh? Dia tak mungkin ikut menjadi gila seperti Bhumi dan Bian 'kan? Namun sepertinya Juni patut mensyukuri mulutnya yang tak terkendali baru saja. Di depannya, Bhumi dan Bian ternyata tak melanjutkan perkelahian mereka. Benar-benar menggelikan. Mereka percaya dengan ucapan Juni.
"Jadi begini ulah para pria dewasa? Bang kamu pulang saja. Kalau kamu punya urusan dengan Pak Bian selesaikan belakangan. Aku nggak mau terseret dalam urusan kalian. Urusanku dengan kamu sudah selesai jadi aku nggak mau membahasnya lagi." Juni memandang tajam Bhumi. Pria itu tampak mendengus tak senang lalu memalingkan wajah.
"Bapak juga begitu. Dari dulu Bapak selalu terlihat sabar dan tak mungkin melakukan hal memalukan seperti barusan. Kenapa kok tiba-tiba jadi seperti preman? Asal pukul orang saja." Juni ganti memandang Bian.
"Kalian berdua harus pulang sekarang. Kamu balik dulu, Bang. Pak Bian juga."
"Kita masih belum selesai, Jun. Aku akan menemui kamu lagi." Bhumi berucap sebelum akhirnya meninggalkan Juni dan memberikan pelototan tajam pada Bian. Dipegangnya rahangnya, mungkin ada rasa sakit di sana. Bagaimana tidak sakit jika pukulan Bian tadi terlihat begitu keras.
"Bapak pulang saja ya. Terima kasih atas tumpangan dan makan malamnya. Saya tak mengira Pak Bian yang selama ini saya kenal sangat sabar dan tidak pernah terlihat emosi ternyata justru bertindak bar-bar seperti barusan." Juni ganti berbicara pada Bian begitu mobil Bhumi berlalu dari hadapannya. Juni masih benar benar shock Bian yang selalu berwajah teduh ternyata mempunyai sisi lain yang berbeda dari sifat aslinya.
"Maafkan saya, Jun. Saya tidak bisa mengendalikan emosi saya. Kenyataan bahwa dia pernah menjalin hubungan degan Sefrine benar-benar menguras emosi saya. Apa lagi pernyataan-peryataan yang dilontarkannya saat menjadi saksi dalam kasus kematian Shefrine begitu menyudutkan saya. Dia menginjak-injak harga diri saya."
Juni mengembuskan napas lelah. Mungkin benar juga yang dikatakan Bian. Pria itu memang sebelumnya mempunyai masalah dengan Bhumi. Lagi pula siapa yang tak sakit hati kala beradu dengan selingkuhan istrinya. Tidak langsung dibunuh saja sudah untung.
"Pria itu kekasih kamu?" Bian melanjutkan kalimatnya.
"Mantan, Pak. Kami sudah putus."
"Tapi sepertinya dia tidak terima."
"Itu bukan urusan saya. Yang penting saya sudah putus."
"Syukurlah." Bian bergumam pelan.
"Apa, Pak?" Terus terang Juni tak bisa menangkap kata terakhir yang Bian ucapkan.
"Syukurlah kamu sudah putus. Saya harap Mika juga melupakan pria itu. Sepertinya Mika pernah membawa pria itu ke rumah saya di hari pemakaman Shefrine tempo hari." Juni mengiyakan ucapan Bian.
"Kepergian Sefrine benar-benar menyisakan banyak tanda tanya. Begitu banyak yang ia sembunyikan dan semakin lama semua hal yang ia sembunyikan satu persatu muncul ke permukaan. Itu tidak mudah bagi saya, Jun. Perasaan kehilangan masih begitu besar namun rasa sakit juga tak kalah besar. Pasti dia begitu membenci saya hingga melakukan semua ini. Dia meninggalkan pelajaran besar untuk saya. Mungkin benar apa yang diucapkan mertua saya, selama ini mungkin saya kurang memperhatikannya hingga Sefrine pergi mencari pelarian."
"Pak, sudah. Yang lalu biarkan berlalu. Sekarang saatnya Bapak menata hidup kembali. Bu Sefrine telah pergi. Hal itu tidak dapat dipungkiri. Sekarang yang harus Bapak lakukan adalah memperbaiki diri dan tentu saja harus mulai ikhlas menerima kepergian Bu Sefrine. Biarkan beliau tenang di sana. Dan yang pasti maafkanlah semua kesalahan-kesalahannya." Juni hanya bisa melontarkan kalimat itu. Terus terang ia bukanlah orang yang pintar memberi nasihat, ia juga bukan orang bijak yang bisa memberikan solusi yang tepat atas musibah yang Bian alami.
"Terima kasih, Jun. Maaf lagi-lagi kamu terseret dalam masalah saya." Bian tersenyum sendu membuat Juni ingin segera menghambur untuk memberikan pelukan hangatnya.
What! Apa? Menghambur untuk memberikan pelukan hangat? Tiba-tiba otak Juni kembali berjalan di jalurnya. Kenapa otaknya berpikir se absurd itu? Ingat Juni, jangan sekali-kali terjerat pria yang masih belum bisa move on dari pasangannya. Jika tidak, bersiap-siaplah mengambil benang untuk menjahit robekan di hatimu, ucap Juni dalam hati.
###
Kalau mau baca perbab bisa meluncur ke Karya karsa Nia Andhika ya. Oh ya. Jodoh tak sempurna sudah update tuh semalam. Sekalian intipin yuk.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top