Terjungkit 4

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya~
💛🧡💜❤️🖤💙🤍💚

Aku dan anak-anak menikmati liburan kami di Jepang. Melupakan semua dunia perpolitikan di Indonesia dan menghabiskan waktu tertawa bersama. Meskipun aku merindukan Mas Aga. Ketika melakukan video call aku melihat Mas Aga tidak serapi biasanya.

Dulu, ketika masih bujang Mas Aga memang terbiasa semua sendiri. Namun, semenjak menikah semua aku yang menyiapkan. Jadilah Mas Aga tidak terbiasa jika aku pergi beberapa waktu. Memang aku sibuk saat masih menjadi model, tapi aku tidak melupakan kewajibanku.

"Ayah kangen Ibu," ucap Mas Aga dan entah kenapa tiba-tiba saja air mataku mengalir. Sedih sebenarnya liburan tanpa suami.

Lingga dan Kay juga beberapa kali terlihat merindukan Mas Aga, terutama Lingga yang sering memfoto aku dan Kay. Ketika aku tanya kenapa Lingga suka diam-diam memfoto kami, dia berkata, "Buat kirim ke Ayah."

Sederhana, alasan yang sederhana namun entah kenapa membuatku berkaca-kaca. Mas Aga tiba-tiba panik saat melihatku menangis sesegukan. "Sabar ya Yah. Ibu sama anak-anak pulang besok," ujarku setelah menyelesaikan tangisanku.

Mas Aga tertawa geli. "Harusnya yang bilang sabar itu Ayah. Sabar ya Bu, besok Ibu pulang," kata Mas Aga yang membuatku tersenyum.

Setelah melepas rindu melalui video call, aku menerima chat dari Mas Aga. Yang lagi-lagi sukses membuatku terharu dan nggak lagi-lagi mau liburan tanpa Mas Aga. Aku memang tidak bisa jauh dari Mas Aga.

Ayah Aganteng

Maafin Mas ya Cha ....

Mas nggak bisa temani kamu dan anak-anak liburan. Mas terlalu sibuk sama pekerjaan Mas. Melihat kamu nangis tadi Mas sadar kalau Mas nggak begitu perhatian sama kamu dan anak-anak. Pulang nanti kita bahas mau liburan keluarga kemana ya. Mas, kamu dan anak-anak. I love you more and more ....

Mami Seven menghampiriku dan memelukku yang menangis sesegukan. Tidak ada kalimat apapun dari bibir Mami Seven. Dia hanya menjadi sandaranku ketika aku rindu pada Mas Aga. Seharusnya yang minta maaf itu aku, karena aku yang mau liburan tanpa Mas Aga.

"Maaf ya kak, aku jadi ngerusak liburan kita gini," kataku pada Mami Seven.

"Nggak papa kali Cha. Aku ngerti kok kalau kamu kangen sama suami, kepikiran juga ditinggal sendirian. Liburannya menyenangkan, harusnya aku yang minta maaf. Kalau aku dan Seven nggak ikut kamu pasti bisa bebas sama Pak Aga dan keluarga ke sini," jelas Mami Seven.

Aku menggelengkan kepalaku pelan. "Jangan ngomong gitu Kak. Aku aja yang masih manja bergantung sama Mas Aga." Aku langsung berpelukan pada Mami Seven. Selain rindu pada Mas Aga aku juga jadi rindu sama orangtua dan adik kembarku.

⭐️⭐️⭐️

Pulang dari liburan aku dan Mas Aga benar-benar merencanakan akan liburan kemana. Rencananya tidak jauh-jauh, hanya di dalam negeri saja. Kata Mas Aga dia juga mau mengajak keluarga besar yang lain. Jarang-jarang bisa liburan bersama seperti ini. Mas Aga akan ambil cuti dalam waktu dekat.

"Mas kamu jangan lupa jemput Lingga ya," ucapku pada Mas Aga. Pagi ini Seven dan sepupunya menjemput Lingga untuk bermain bersama.

Kay yang lagi rewel tidak bisa aku tinggal. Alhasil Mas Aga yang pergi menjemput Lingga, sekalian mampir ke pabrik cokelat, katanya mau mengambil beberapa cokelat untuk stok di rumah.

"Cha ... Mami Seven itu janda kan ya?" tanya Luna yang memang sedang main ke rumah. Hanya Luna sendiri, Viona sedan gada kesibukan lain. Aku hanya menganggukkan kepalaku atas pertanyaan Luna. "Lo nggak takut itu Mas Aga ketemu Mami Seven sendirian? Mami Seven itu masih muda dan cantik loh, Cha," kelakar Luna.

Aku menatap Luna malas. "Cantika gue sih ya masih. Lagian, gue percaya sama Mas Aga kok. Nggak ada yang dia bucinin selain gue," jelasku dengan percaya diri.

"Batu banget sih lo dibilangin," gerutu Luna. Aku tidak menanggapinya lagi dan lebih memilih menggosipkan hal lain. Aku mengalihkan pembicaraan.

Sampai sore Luna menemaniku Mas Aga masih belum pulang. Aku menelpon Mas Aga tidak ada jawaban, membuatku jadi khawatir. Seharusnya Mas Aga tidak lama.

"Apa pergi main sama Lingga ya?" tanyaku pada diri sendiri.

Jam tujuh lewat lima belas menit malam mobil Mas Aga masuk ke garasi. Aku langsung keluar dari kamar, menghampiri ruang depan. Kay sudah tertidur pulas di kamar. Lingga dan Mas Aga masuk bersama.

"Bersih-bersih dulu Mas," ucapku pada Lingga saat dia sudah menyalamiku.

Berganti aku yang menghampiri Mas Aga dan menyalaminya. "Kok lama Yah?" tanyaku langsung. Aku memperhatikan Mas Aga dan merasa lega karena Mas Aga baik-baik saja.

"Oh itu tadi pas jemput Lingga di café, mobil maminya Seven bannya kempes, jadi Ayah bantuin gantiin bannya. Di jalan Lingga ngajakin mampir lihat lego," jelas Mas Aga.

"Aku telpon kok nggak diangkat?"

"HP-nya mas tinggal di mobil. Maaf ya udah buat Ibu khawatir," jelas Mas Aga yang meraih pinggangku. Mas Aga mengcup pucuk hidungku dengan sayang.

"Suka banget sih buat orang khawatir," gerutuku pelan.

Aku melepaskan diri dari Mas Aga setelah memberikan kecupan pada Mas Aga. Aku akan menyiapkan makan malam Mas Aga dan Lingga, keduanya belum makan malam karena lupa waktu melihat-lihat mainan. Mas Aga juga menepati janjinya dengan membawa persediaan cokelat untuk aku dan Lingga.

Setelah makan malam, hal yang kami bertiga lakukan adalah membagi cokelat dengan adil. Agar tetap dapat mendengar suara Kay jika tiba-tiba menangis, kami duduk di ruang keluarga di lantai dua. Aku dan Lingga memeluk masing-masing lima toples kosong. Sementara Mas Aga, selaku juri mengamankan dua kardus cokelat jarahan dari pabrik.

"Sebelum mulai, Ayah bacain dulu peraturannya. Seperti biasa, dilarang menyerobot dan tidak ada drama rebutan jatah. Paham?" jelas Mas Aga.

"PAHAM!" jawab aku dan Lingga kompak.

Mas Aga mulai membukan kardus pertama, berisi berbagai macam cokelat berbentuk bola-bola kecil yang isinya ada kacang maupun wafer. Aku dan Lingga langsung membuka satu tutup toples masing-masing.

"Karena hari ini Mas Lingga udah main seharian di luar, jadi Ibu Ocha yang dapat jatah pertama," kata Mas Aga yang membuat Lingga cemberut. Sementara aku kegirangan.

Mas Aga membuka satu plastik berisi cokelat kacang dan mulai memasukkan ke dalam toplesku hingga toples penuh. Sisanya diberikan kepada Lingga, sehingga toples milik Lingga tidak penuh. Kemudian, Mas Aga lanjut membuka plastik kedua dengan cokelat rasa berbeda. Mas Aga memberikannya kepada Lingga lebih dulu, dan begitu seterusnya hingga cokelat habis.

"Dilarang menyentuh toples yang bukan milik Ibu maupun Mas Lingga. Apalagi kalau Ayah lagi dinas ke luar kota. Paham?" nasihat Mas Aga.

"PAHAM!" seruku dan Lingga kompak.

⭐️⭐️⭐️

Hallo! Maaf ya kalau belakangan ini aku jarang banget update
Thank you buat yang selalu nyariin aku dan masih mau baca cerita aku
Semoga aku bisa segera aktif lagi seperti dulu ya
Kangen kan sama aku yang suka crazy update
Sama, aku juga kangen sama kalian semuaaaa~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top