Dia di antara Kita
Tema: Cinta Segitiga
Kata kunci:
- Tikus kang halu
- Bak anak
- Susu sapi
- Aciecie
- Rambut nenek
✍️✍️✍️✍️✍️✍️✍️
Oh, oh, oh, don't
Don't you worry
I'll be there, whenever you want me
I need somebody who can love me at my worst
Know i'm not perfect but i hope you see my worth
Dering ponsel yang terus berulang, membuat Naya harus bergegas menjawab panggilan tersebut. Tertera 'TiKus Kang Halu' pada layar, julukan yang yang ia berikan kepada sang sahabat, Tiara Kusuma.
"Halo," sapa Naya.
"Nay, lama banget jawabnya!"
"Sorry, Tik, gue—"
"Aciecie, pasti lagi berduaan sama Abang Andrew."
"Rencananya emang, gitu. Tapi ...."
"Lo udah sampe di Susu Sapi Belang, kan?"
"Udah."
Netra Naya menangkap sosok lelaki yang dicintainya tengah duduk serta membelai wajah seseorang di hadapannya.
"Gimana kafe baru kakak gue, bagus, kan? Romantis, ngga?"
"Iy-ya ...."
"Nay? Halo!"
Panggilan telepon diakhiri oleh Naya, saat Andrew melambaikan tangan padanya, tepat setelah wanita itu beranjak dari meja Andrew. Naya yang semula ragu untuk menghampiri, kini perlahan bergerak maju.
"Hai, Ay," sapa Andrew dengan manis, yang hanya dibalas senyuman oleh Naya. "Duduk, Ay."
"Lho, Naya sudah di sini?" tegur seorang wanita muda.
"Kak Ana?!" Naya cukup kaget saat mengetahui siapa wanita yang sempat berbincang dengan Andrew, tadi. Ialah Berliana Kusuma, kakak dari sahabatnya sekaligus pemilik tempat ini.
"Makasih, ya, udah mampir. Di sini juga ada jajanannya, lho. Naya mau nyoba apa, klepon, putu mayang, atau rambut nenek? tawar Ana.
"Nanti, aja, Kak. Nay mau ngobrol sama Andrew dulu," tolaknya.
"Kamu belum bilang sama Naya, Ndrew?" Ana kembali bersuara.
"Bentar, Na. Ay, kan ... maksudku Naya, kan, baru sampe," jelas Andrew.
Naya yang merasakan atmosfer aneh di antara mereka bertiga pun tak segan bertanya, "Sebenarnya ada apa ini?"
Andrew menegakkan tubuhnya. "Mm, Ay ... sebelumnya aku minta maaf. Aku ngaku aku salah, Ay. Kamu boleh marah, maki, atau apapun, asal kamu maafin—"
"Gini, Nay, aku hamil anaknya Andrew!" sela Ana.
Naya terdiam, berusaha mencerna apa yang baru didengarnya.
"Ay ...." Andrew mencoba menyentuh bahu Naya, yang langsung ditepis olehnya.
Perlahan ditatapnya dua orang yang duduk di hadapannya
.
"Sejak kapan kalian bersama? Berapa bulan usia kandungannya?" Naya mencoba setenang mungkin.
"Janin ini lima bulan. Kami berhubungan setelah Andrew ngasi tau, kalo kamu ngga pernah mau dia sentuh," jawab Ana lugas, sementara Andrew terdiam.
"Apa Andrew juga ngasi tau Kaka, kalo 'tidak ada sentuhan' adalah komitmen kami dari awal?"
"Iya. Aku juga ngga masalah, kok, kalo kalian masih mau sama-sama. Apa salahnya berbagi, sih, Nay?"
"Ana," tegur Andrew yang sedari tadi membisu. Sebab, bukan perbincangan seperti ini yang sebenarnya ia inginkan.
Pertanyaan Ana membuat Naya tersenyum miris. Janji serta mimpi yang pernah pupuk bersama Andrew pupus sudah. Ia merasa telah kalah. Perhatian dan segala hal baik yang ia berikan selama ini, nyatanya mampu disingkirkan oleh kehangatan, belaian, juga sentuhan dari kakak sahabatnya tersebut.
"Maaf, Ndrew, Kak Ana ... aku mundur."
Naya berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis bak anak kecil yang meronta untuk memohon sesuatu. Ia memilih bergegas dengan tegar meninggalkan kafe serta masa lalu yang menyakitkan itu.
@dreamlights_
@callme_Hay
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top