Shelly shellyfw : Misi Berharga

Mereka tidak bodoh

Mereka yang tidak bertindak hanya belum mampu melihat jalan keluar

Satu yang pasti, segala yang mereka lakukan adalah demi masa depan mereka

Dengan sebuah keyakinan bahwa tanah untuk kehidupan keturunan mereka aman dan akan selalu ada empat musim dalam setahun

Sekali lagi, mereka tidak bodoh

Jadi, jangan pernah meremehkan bangsa khroir

===

Tidak ada yang tidak mungkin di negeri Ghrunklesombe. Bahkan hujan yang mengguyur Vyarth-bagian selatan negeri Ghrunklesombe-malam itu datang tanpa peringatan berupa awan mendung atau halilintar sekalipun; seolah seseorang memang telah 'mendatangkan' hujan di malam itu.

"Tidak sepenuhnya benar, Boyn." ucap pria berambut gelap itu sembari menyeruput teh hangatnya.

Pria yang dipanggil 'Boyn' itu memiringkan kepalanya ke suatu sisi.

"Begini." Terdengar suara cawan yang beradu dengan tatakan. Kedua mata pria gelap itu mengedarkan pandangan ke sekitar sejenak sebelum melanjutkan. "Kami memang mempercepat musim hujan di tahun ini. Tepatnya, di wilayah selatan dan barat negeri ini. Yah, aku yakin kau sendiri tahu tujuannya," Kedua alis tebal pria itu terangkat.

Kepala di balik tudung mantel milik Boyn mengangguk paham. Setelah menuangkan isi poci ke dalam cawannya, ia menyeruput teh itu dengan nikmat.

"Jadi, kau pergi malam ini?"

"Ya." jawab Boyn datar. "Ah, ya. 'Kiriman' itu datang tepat waktu. Aku sangat menghargai itu, Tahl."

Pemilik nama Tahl itu mengangguk dan tersenyum. Mendapati Boyn menyerahkan sebuah kain serut membuat matanya menyipit. Dibukanya kain berwarna gelap itu "Kacang vre!" pekiknya pelan begitu mendapati beberapa kacang mentah seukuran ibu jari di dalam kantung tersebut. Hal itu wajar mengingat siapapun yang akan mendapat hasil panen dari Pulau Pulak tanpa harus mengeluarkan satu penn pun akan merasa begitu beruntung. "Sup kacang vre akan sangat berguna di musim hujan. Hahaha. Terima kasih, Boyn." Sebelah tangan Tahl pun memasukkan kain tersebut ke saku mantelnya. "Hampir saja aku lupa," gumam Tahl. "Ini."

Boyn yang menyadari maksud Tahl menggerakkan sebelah tangannya ke balik meja, menerima sebuah benda panjang yang tertutup kain tebal dari genggaman Tahl.

"Tongkat pendar," suara Tahl menyerupai bisikan. "Kujamin kau akan membutuhkan itu."

"Terima kasih," Boyn memasukkan tongkat itu ke dalam tas selempangnya dalam gerakan tenang. "Kurasa aku harus pergi sekarang."

"Semoga beruntung. Kau tahu bagaimana menghubungi kami kalau kau butuh bantuan." ucap Tahl yang hanya dibalas anggukan singkat Boyn.

Boyn mengangguk satu kali sebelum akhirnya pergi meninggalkan bar.

Semoga beruntung, pencuri ulung. Tahl bergumam dalam hati, masih menatap punggung Boyn yang semakin menjauh.

===

Malam dan hujan. Bagi Boyn, dua hal itu adalah kombinasi yang bagus.

Setidaknya, ia dapat memakai tudung mantel guna menutupi rambut peraknya. Setidaknya, keriuhan bunyi hujan menyentuh tanah dapat menyamarkan pembicaraannya dengan beberapa ras Bornir di sini. Membuat Boyn merasa aman, tak terganggu, dan fokus.

Ditambah lagi, Boyn memang sedang diburu waktu.

Aku harus segera pergi dari sini, batin Boyn. Langkahnya menjadi lebih cepat dan ringan di antara deraan hujan, membawanya menelusuri lautan ras Bornir-penduduk pribumi wilayah Vyarth.

"Tuan Boyn," ucap seorang pria botak bermantel tipis pada Boyn yang baru sampai di jembatan perbatasan. Ia kemudian berjalan mendahului Boyn, bermaksud menuntun Boyn ke ujung jembatan. "Ini keperluan Anda, Tuan."

Benda-benda yang sebelumnya Boyn sebut sebagai 'kiriman' itu kini kembali ke tangan Boyn. Setelah mengucapkan terima kasih pada si kepala plontos, Boyn meninggalkan perbatasan lengkap dengan keperluannya yaitu beberapa anak panah dan busur panah.

Meninggalkan seorang ras Bornir terakhir yang Boyn temui malam itu.

===

Sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin di negeri Ghrunklesombe. Semua ini berawal sejak kabar menggemparkan datang dari istana petinggi negeri Ghrunklesombe.

"Bahwa Putri Annora Glanahdi menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh tabib sekalipun, maka dari itu diadakan SAYEMBARA bagi warga negara Ghrunklesombe untuk bersedia menempuh perjalanan menuju Gunung Wyor untuk mendapatkan kristal milik sang juru kunci yang diyakini akan berguna untuk kesembuhan Putri Annora..."

Hanya itu yang diingat Boyn dalam isi lembaran sayembara. Adalah gunung Wyor, gunung yang menjadi tujuan Boyn menempuh perjalanan panjang...

Oh, tidak. Perjalanan panjang hanya berlaku bagi Boyn jikalau sebelumnya ia berada di tanah kelahirannya di tenggara Ghrunklesombe-Pulau Pulak. Itulah kenapa Boyn dalam hal ini amat sangat beruntung karena sejak hari pertama undangan sayembara disebar, Boyn sudah berada di tanah wilayah Wyarth.

Dasar ras Bornir, pikir Boyn. Gagasan untuk mempercepat musim hujan di bagian selatan hingga barat Ghrunklesombe sangatlah cerdik di mata Boyn dan ia sadar betul mengenai maksud perkataan Tahl.

Boyn sadar bahwa semua itu dilakukan agar Boyn dapat menjalankan misinya tanpa halangan.

===

"APA? Kalian tidak menemukannya?" hardik pria bertubuh tegap dengan mata terbelalak.

Sang pesuruh menjawab tanpa berani menatap langsung pria di hadapannya. "Tidak, Yang Mulia." Ia kemudian menelan ludah. "Kami sudah mencarinya di seantero Pulau Pulak dan musim hujan menyulitkan kami untuk mengenali sosok Boyn..."

"Kau menjadikan musim hujan sebagai alasan?"

Sang pesuruh terlihat salah tingkah. "Bu-bukan begitu, Yang Mulia. Maafkan aku-"

"Aku-tidak-mau-tahu! Kalian HARUS segera menangkap pencuri itu!" kali ini gerakan-gerakan tangannya membelah udara sebagai penegasan. "Jangan sampai khroir sialan itu mengikuti sayembara dan mencuri kristal itu! Mengerti?"

Ruangan megah itu seolah kembali sunyi; jawaban sang pesuruh menyerupai bisikan dalam ketakutan.

Pria bertubuh tegap itu mendengus keras. Tanpa ia sadari, kedua tangannya sudah terkepal dan urat-urat pada wajah tampannya menegang serempak. Suara beratnya kembali terdengar. "Awasi daerah sekitar gunung Wyor." desisnya dengan pandangan mengarah ke arah jendela yang menyuguhi pemandangan rinai hujan di luar istana. "Kalau kita tidak bisa mencegah pencuri itu mengikuti sayembara, maka kita bisa mencegahnya membawa kristal ke luar gunung Wyor."Mata pria itu menyipit. "Itu pun kalau dia berhasil," Ia kemudian kembali menatap pesuruhnya dengan tajam. "Tunggu apa lagi?" dan sang pesuruh pun pergi.

Amarah pria itu memudar ketika ia menatap putrinya yang tengah tertidur di kamarnya dengan pulas. Cemas. Khawatir. Harap. Sedih. Semua itu terlihat kentara dalam sorot mata biru pria itu. Dengan gemetaran, tangannya meraih sebelah tangan putrinya yang terasa dingin.

Seperti mayat. Kalau saja dada gadis itu tidak kembang kempis, gadis itu persis seperti sebuah raga tanpa jiwa.

"Bangunlah, Annora." isak pria itu melalui bisikan. "Ayah tidak sanggup melihatmu seperti ini terus." digenggamnya tangan mungil itu dengan erat dan dikecupnya penuh kasih. Ia rindu putrinya, ia rindu canda tawa malaikat kecilnya. Juga panggilan 'ayah' dari bibir Annora. Ia rindu semuanya.

Kerinduan yang membuat pria gagah itu terlihat rapuh, seolah predikatnya sebagai Raja negara Ghrunklesombe tersedot perasaan itu tak berbekas.

"Ayah menyayangimu, Nak." ucap pria yang lebih dikenal dengan nama 'Glanahdi' itu dengan lirih.

===

Boyn tersentak dari tidurnya tanpa alasan. Merasa lega karena busur panahnya masih ada di pangkuan, Boyn kembali menyandarkan kepalanya pada batang pohon di belakangnya. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur, tapi menurut pengamatan Boyn, bulan yang terlihat bercahaya malam itu kini telah menggantung lebih rendah dari sebelumnya.

Boyn bersyukur karena hujan telah reda namun di saat yang sama ia berharap wilayah lain masih dilanda hujan. Boyn sadar, ia tidak memiliki alasan untuk menunda-nunda untuk kembali menelusuri gunung Wyor kecuali untuk makan dan minum. Dan dari sekian banyak makanan pilihan yang berasal dari Pulau Pulak, ia lebih memilih kacang vre untuk dijadikan bekal. Boyn kembali bersiap setelah menghabiskan seperempat perbekalan.

Saatnya melanjutkan perjalanan. Boyn bertekad dengan mantap. Ia bangkit berdiri dengan hati-hati agar tidak kehilangan keseimbangan di atas dahan pohon. Melihat seberapa aman bila ia melanjutkan perjalanan sekarang.

"Hindarilah hutan di bagian barat. Kau bisa menghindari rimba sesat dengan melalui Gua Turman."

Boyn teringat perkataan Tahl tempo hari. Hindari rimba sesat. Temukan gua Turman. Kalau saja Boyn tidak menggunakan nalurinya sebagai pencuri, mungkin Boyn tidak akan pernah menemukan gua itu. Kedua sudut bibir Boyn tertarik ke atas begitu ia menemukan mulut gua. Sesuai perkiraannya, mulut gua Turman terletak tepat di lereng bukit bagian timur gunung Wyor. Pernah suatu kali saat Boyn mencuri senjata-senjata milik penjaga perbatasan bagian utara Ghrunklesombe, Boyn harus menelusuri gua Arbhe yang dikenal sebagai 'gua tersembunyi' karena terletak di balik air terjun Marth yang luas. Berbeda dengan gua Turman yang terlampau mudah untuk ditemukan bagi Boyn karena hanya terhalang oleh pohon-

Langkah Boyn terhenti ketika ia tersadar sesuatu. Boyn mengeluarkan tongkat pendar dan cahaya seterang sinar bulan memperluas jarak pandang Boyn.

Lembab. Sempit. Boyn bahkan harus berjalan sambil membungkukkan badan sepanjang gua. Menyebalkan! Batin Boyn. Ia sempat berpikir untuk keluar dari gua dan memilih jalan melalui rimba sesat ketika Boyn mendapati hal ganjil di gua itu.

Jalan keluar gua yang-menurut Boyn-terlalu singkat.

Di hadapan Boyn, tampak hutan pinus yang terlihat dari ujung mulut gua. Jalan keluar yang sedari tadi ia cari. Jalan keluar yang seharusnya membuat Boyn merasa lega hati.

Tapi Boyn tidak merasa lega. Boyn bahkan memutuskan untuk kembali berjalan ke gua dan mencari keanehan yang diyakininya tanpa alasan yang jelas. Satu langkah...dua langkah...tiga langkah...akal sehat Boyn memutuskan untuk kembali ke ujung mulut gua bila lebih dari dua puluh langkah Boyn tidak menemukan apapun...

Ada celah. Besar. Tepat di dinding gua bagian bawah. Boyn tengah berusaha menyinari celah itu dengan tongkat pendar-

Boyn hanya bisa mengaduh ketika bokong, bahu, punggung, dan terakhir yaitu dada, terantuk sesuatu yang kokoh berturut-turut. Busur panah dan tongkat pendarnya bahkan terlepas dari genggaman Boyn dan ketika tangan Boyn menggapai-gapai untuk meraih kedua benda itu, Boyn tersadar suatu hal.

Ia berada di gua lain. Gua amat luas dengan dinding di kejauhan dan banyak bebatuan di sekitarnya. Pria berambut perak itu sudah berhasil meraih panah busur dan tongkat pendar ketika bangkit berdiri dengan rasa nyeri di beberapa bagian tubuh. Sebisa mungkin ia mengabaikan hal itu.

Inikah tempat sang juru kunci itu? Boyn bertanya dalam hati.

"Halo?" suara berat Boyn menembus udara pengap dalam gua.

"Halo?" tanya Boyn lagi.

Whush

Cahaya jingga yang berasal dari lidah api muncul di puncak kayu, berkobar dan memperluas jarak pandang Boyn. Cahaya jingga pada deretan empat obor yang tergantung pada salah satu dinding gua itu juga membuat Boyn mengerti darimana asal nyala lidah api tersebut.

Boyn menyimpan tongkat pendar dalam saku mantel dan meraih anak panah dalam gerakan cepat. Sempat terlintas di benar Boyn untuk mengarahkan anak panah tersebut pada makhluk itu-makhluk bersisik yang bergerak meliuk-liuk menghampiri Boyn-namun segera diurungkannya karena kedua mata kuning milik makhluk itu mengunci pergerakan Boyn.

Bersisik. Mata kuning. Bertaring...

Boyn bersumpah ia tidak pernah melihat reptil sebesar itu. Dengan mata kuning sebesar kepalan tangan Boyn, makhluk itu sudah pasti adalah...

Naga. Nyali Boyn nyaris ciut di hadapan makhluk itu namun segera Boyn kembali mengambil kendali.

Naga itu tampak mengendus-endus udara, seolah menemukan aroma yang ia kenal.

"Aku mengenali aroma tubuhmu, khroir." Naga itu bicara sebelum kemudian memamerkan taring-taringnya. Suara yang terdengar begitu rendah namun sarat akan ancaman. "Sangat khas dan menggiurkan,"

Tanpa sadar, Boyn melangkah mundur. Melihat cakar makhluk raksasa itu yang membuat membuat Boyn merasa terancam.

Suara sang naga kembali membelah udara dalam gua luas itu. "...tapi aku TIDAK akan pernah sudi menelan-darah-sang-pencuri!" desaknya.

Semburan api dari mulut naga membuat udara gua semakin panas. Boyn telah berhasil bersembunyi di balik tumpukan bebatuan ketika api sang naga mendekatinya. Api yang sekaligus menyalakan obor-obor di sepanjang dinding dan memenuhi ruangan itu dengan cahaya kuning yang sewarna dengan mata si reptil raksasa.

Boyn menggeleng pelan. "Aku? Seorang pencuri?" dengusnya. "Apa kau tahu siapa namaku?" tantangnya.

Suara sang naga terdengar lebih tenang. "Aku tidak tahu siapa namamu,"

Di balik bebatuan, Boyn tersenyum puas.

"...tapi aku tahu siapa ayahmu,"

Boyn tertegun mendengarnya. Kembali ia menatap mata sang naga. "Ayahku?"

"Ya, ayahmu yang juga seorang pen-cu-ri." desisnya. "Yang telah berani memotong tandukku dan mencurinya." Mata sang naga kembali disinari kilat murka. Dengan sengaja ia menolehkan kepalanya ke kanan, seolah menunjukkan sebelah tanduknya yang telah terpotong sebagian. Seriangaian kembali terlihat di wajahnya ketika Boyn menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos dariku! Dan jangan sekalipun berpikir kau dapat menyentuh kristalku..."

Kristal. Kristal. Kristal. Mata Boyn mencari-cari benda berharga itu namun ia tak juga menemukannya. Pandangan Boyn terpaku pada permukaan perairan gua ketika ia menemukan pantulan bayangan yang menarik perhatiannya.

Boyn hanya bisa menelan ludah begitu memastikan bahwa benda itu di sana, di langit-langit gua.

Bening. Berkilau. Tak salah lagi. Benda itu adalah kristal yang 'konon' dapat menyembuhkan penyakit Annora Glanahdi, putri dari Raja Glanahdi.

Benda yang mengharuskan Boyn menempuh perjalanan ke gunung Wyor...

Semburan api. Lagi. Kali ini tepat dari hadapan Boyn. Kedua tangan Boyn terangkat dengan cekatan untuk menutupi wajah dan sebagian tubuhnya meski Boyn sempat merasakan sengatan rasa panas yang membakar pada kulit.

Selesai menyemburkan api, naga itu mencoba memastikan bahwa Boyn terkena sasarannya. Serangan di tengah kelengahan lawan. Telak. Detik berikutnya, mata kuning sang naga membulat tak percaya begitu mendapati hal yang sama sekali tidak ia duga.

Ia menatap Boyn dari ujung kaki hingga kepala-utuh, tak terluka, siaga-dengan penuh tanya. 'Kekebalan' tubuh Boyn membuat naga itu meyakini sebuah hal. "The absorber?"

Boyn menjawab dengan singkat. "Jangan pernah meremehkan ras khroir."

Sang naga semakin geram. Dasar gua terasa bergetar pada setiap hentak langkah naga guna menghampiri Boyn yang berlari menjauh dengan lincah.

Melompat. Berlari. Bersembunyi. Meski Boyn adalah the absorber, ia tentu harus 'menghemat' tenaga karena ia tak pernah tahu berapa lama ia akan berada di gua ini, bersama naga yang tak henti-hentinya mengejar Boyn. Dan meski Boyn mampu menyerap elemen api dari sang naga, bukan berarti Boyn dapat melawan makhluk itu.

Boyn menyiapkan anak panah dan busur dalam posisi siaga dari balik bebatuan, bersiap memanah.

Bukanlah hal sulit bagi Boyn untuk memanah sasaran dengan tepat secara singkat. Satu anak panah dilesatkan dan-sayangnya--ekor sang naga dengan tangkas menangkis anak panah yang mengarah menuju kristal yang tergantung pada langit-langit gua.

"Lawanlah aku, pen-cu-ri!" Sang naga memposisikan diri di antara Boyn dan kristal itu.

Boyn tidak bodoh. Ia tahu panahnya tidak akan mampu melumpuhkan kulit naga yang setebal baja. Atau kuku-kukunya yang tajam.

"Aku bukan pencuri." Boyn menjawab di tengah nafasnya yang tersengal. "Jadi aku tidak akan melawanmu. Dan kau salah mengenai ayahku."

Boyn baru akan mengarahkan anak panah ke arah batu kristal itu--lagi-ketika wajah sang naga menerjang Boyn. Alih-alih merasa terancam, Boyn merasa beruntung. Digenggamnya salah satu tanduk sang naga dan sebisa mungkin ia mencoba bertahan.

Sang naga geram; memberontak dengan begitu beringas sebagai reaksi protes. Meraung dan menyemburkan api. Dengan tanduk yang besar dan panjang tentulah sulit bagi sang naga untuk menyingkirkan Boyn dari tubuhnya.

Menyulitkan bagi sang naga, memudahkan bagi Boyn. Pria itu tidak menyerah walaupun sebelah tangannya yang bebas kerap gagal menjangkau batu kristal di langit-langit gua. Lagi dan lagi. Boyn nyaris menyerah ketika akhirnya sang naga kembali menghentakkan kepalanya di udara; memudahkan Boyn untuk meraih kristal itu.

Byurrr... tubuh Boyn jatuh ke perairan gua yang dangkal.

===

"Ayah bukan ayah yang baik..." ucap pria berkulit pucat itu pada anak semata wayangnya.

Boyn menatap ayahnya dengan penuh tanya. "Apa maksudmu, Ayah?"

"Ayah...ayah adalah seorang p-pencuri, Nak." jawab pria itu.

===

Boyn merangkak ke tepi perairan. Hal selanjutnya yang ia tahu, seseorang menyentuhnya dan ia berhasil keluar gua dalam sekejap mata.

"Kau berhasil, Boyn." ucap Tahl. "Kau berhasil membawa kristal itu."

Di tempatnya, Boyn masih merasa kesulitan untuk memfokuskan pikiran.

===

"A...apa?" tanya Boyn heran.

Pria yang tengah berbaring di kasur itu kembali angkat bicara. "Akulah yang mereka sebut 'pencuri cerdik', Boyn."

Boyn semakin tidak mengerti. Ayah yang selama ini membesarkannya ternyata adalah pencuri ulung yang dibenci seantero negara Ghrunklesombe.

"T-tapi ingat, B-Boyn." suara pria itu semakin serak. "Aku melakukan semua itu bukan tanpa a...lasan." Mata hijaunya menatap Boyn penuh arti. "Ras khroir tidak lagi aman dan...ras Bornir takkan pernah berhenti memperbudak kita."

"Memperbudak?" ulang Boyn.

Ayah Boyn mengangguk. "I-iya. M-mereka memaksa kami untuk melakukan pekerjaan kotor dengan m-mencuri." Ia bicara dengan nafas terputus-putus. "Kau-" Ia kembali berusaha untuk bicara. "...harus menjadi Boyn yang tangguh. Kelak...kau akan menemukan jalan untuk melawan mereka-ras Bornir yang...rakus."

===

"Apa Tuan tidak apa-apa?" tanya Tahl, kali ini membawa Bornir berteleportasi ke tempat di tengah hutan.

Boyn menatap mata Tahl dengan teliti.

===

"J...jangan percaya dengan perkataan...manis mereka. Atau dengan bantuan mereka...padamu." ucapnya lagi. "Kau...harus membuktikan pada dunia bahwa ras khroir tidak seburuk yang...mereka...pikirkan."

Boyn merasa lega hati mendengar penjelasan sang ayah. Perasaan lega yang terhimpit perasaan takut untuk kehilangan-kehilangan sosok ayah untuk selama-lamanya.

===

Mengikuti naluri, Boyn menyentuh pergelangan tangan Tahl yang entah sejak kapan telah menggenggam pisau.

"Kau mau membunuhku, Tahl?" tanya Boyn dingin. Di hadapannya, Tahl membelalakkan mata mendapati pergelangan tangannya terbakar hingga menimbulkan suara mendesis. "Kau lupa aku adalah seorang absorber?" Boyn menggenggam tangan Tahl lebih erat dan menyalurkan elemen api yang sebelumnya ia serap pada sekujur tubuh Tahl. "Ah, tampaknya aku lupa memberitahu bahwa aku mewarisi kelebihan ayahku, ya?"

===

Boyn terisak hebat. "Kau tetap yang terbaik, Ayah. Jangan tinggalkan aku! Aku mohon!" Boyn yang ketika itu masih remaja tampak begitu terluka mendapati ayahnya sekarat.

"Tidak, Boyn. Ayah tidak...akan meninggalkanmu. Hei," tangan pria itu menunjuk ke arah lemari. "Di sana, ada b-botol berisi darahku yang telah kusiapkan...untukmu. Minumlah, Boyn. Maka kau...akan mewarisi keahlian...ku."

"Tidak, Ayah, tidak! Aku mencintaimu, Ayah!"

"A...ayah juga...mencintaimu, Boyn." Pria itu pun terbujur kaku.

"Ayaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!"

===

Sekujur tubuh Tahl terbakar, menyisakan abu yang kemudian hanyut bersama udara fajar.

Aku harus ke istana sekarang, pikir Boyn.

===

"Apa kau tidak mendengarku, Bernard? Curi-cincin-itu!" desis pria berjanggut tebal.

Bernard merasa ragu untuk menjawab.

"Dengar. Satu kali kau menolak perintah kaum Bornir, maka seluruh rasmu-lah yang akan menanggungnya!" Pria berjanggut tebal itu kemudian mendekati Bernard. "Atau kau mau kalian-ras khroir-menderita karena Pulau Pulak HANYA memiliki satu musim sepanjang tahun yaitu hujan? Hm? Kau mau hal itu terjadi lagi?"

"Tidak," jawab Bernard tegas.

Sudut bibir pria yang menatap Bernard dengan penuh ancaman itu terangkat naik. "Bagus. Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Bernard."

===

Bayangan akan kenangan ayahnya terus bersarang dalam benak Boyn. Selangkah lagi, Ayah. Selangkah lagi bagiku untuk membuktikan bahwa ras khroir dapat melawan ras Bornir. Bahwa ras khroir tidak seburuk yang mereka kira. Aku melakukan ini untukmu, Ayah.

Boyn melangkah secepat angin. Ia harus ke istana untuk menyerahkan kristal itu pada Glanahdi di istana secepat mungkin. Boyn memang tidak dapat lagi melihat sosok sang ayah namun bayangan ayahnya yang tengah tersenyum seketika hadir dalam benak Boyn.

===

Kesempatan yang terlalu berharga untuk dilewatkan

Untuk menunjukkan bahwa ras khroir masih memiliki jalan untuk merdeka

Sekalipun harus menyerahkan nyawa untuk membuktikannya

Dan kini semuanya sudah berakhir

Inilah akhir kisah pencuri dari ras khroir

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top