02 : Tuan Gelay
Lagian seberapa keren sih Gelay itu? Menurut gue walaupun dia setampan Douyong gue gak mau nurut sama perintah dia.
"Eh! Lo cewek yang tadi kan?" sapa Mahasiswi yang kutemui tadi.
"Kenalin, gue Cece Ceunah, lo bisa manggil gue dengan nama Marshanda," ujar Marshanda padaku.
"Gak salah? Cece ke Marshanda itu jauh kali? Kenalin gue Ufairah Wafa, Panggil aja Ara," jawab gue menyambut tangannya.
"Lo sama aja kali, Ufairah ke Ara itu jauh eh tapi mirip dikit deng, btw lo mau kemana Ra?" tanya Marshanda pada gue.
"Gue mau ke ruangan Dewan Kampus, tapi daritadi gue keliling malah gak nemu," Gue terdiam sesaat sembari kembali berjalan.
"Ohh, sini biar gue antar aja deh," ujar Marshanda menarik tanganku menuju ruangan Dewan Kampus.
"Btw lo udah ketemu Dirga belum?" tanya Marshanda ke gue.
"Belum, emang kenapa gue harus ketemu sama dia, gaada kepentingan juga." jawab gue.
"Astaga? Lo kenapa gak laporan ama dia? Bahaya tau, mending lo datangin dia sebelum lo kena masalah ama dia," ujar Marshanda debgan raut wajah meyakinkan.
Gue termenung sejenak, berdiam diri sambil terus melangkahkan kaki namun belum sempat gue mendongkakkan kepala untuk menjawab Marshanda.
Tiba-tiba tubuh gue terjatuh setelah menabrak sosok pria didepanku.
"Aww," jerit gue memegangi pelipisku. "Siapa sih lo? Gak tau apa kalau ada orang jalan? Jalan kok gak pake otak,"
"Hey!" teriak Mahasiswa itu membalikkan badannya menatapku.
"Dirga?" ujar Marshanda kaget. "Lo ngapain disini?"
What? Jadi ini cowok yang harusnya gue temuin, oemji titisan Douyong tapi tetap gue berkarisma gue jual mahal.
"Biasalah Ce, gue ada urusan sama orang baru, jadi lo bisa pergi kan?" bisik Dirga pada Marshanda.
"Nama gue Marshanda yah!" teriak Marshanda kesal. "Yaudahlah, Ra? Gue pergi dulu yah lp gak apa-apa kan?"
"Gak apa-apa, kok." jawab gue.
"Lagian yang salah orang ini, masa jalan gak pake otak," tambahku kesal.
"Hey! Yang nabrak gue kan Lo? Kok lo yang marah sih? Liat nih kamera gue sampe jatuh," bela Dirga pada dirinya.
"Yang berdiri dijalan siapa? Lo kan? Berarti lo yang salah," jawab gue semakin kesal dibuatnya.
"Pokoknya lo harus ganti Kamera gue atau lo cium kaki gue dan masalah ini kita anggap clear," ujar Dirga menaik turunkan alisnya.
"Lo gila yah? Lo siapa anjir? Lebih baik gue kerja buat ganti kamera lo daripada gue harus menurunkan harga diri gue dihadapan cowok kayak lo, cih." teriak gue kesal.
"Yaudah ganti Kamera gue," bisik Dirga pelan.
"Gak akan! Gue gak mau karena gue gak salah sekalipun lo ketua gangster dan anak pemilik kampus, gue gak peduli."
Dirga tersenyum dan terdiam menatapku, gue bingung kenapa dia masih bisa senyum disituasi seperti ini.
"Kalau gitu ikut gue," Dirga menarik tanganku kasar entah kemana.
"Lo mau bawa gue kemana sih?" tanya gue berusaha memberontak.
Dirga gak menjawab pertanyaan gue, tuhan gue baru kenal dia lima menit dan sekarang dia mau bawa gue kemana? Gue belum sarjana, gue belum kerja, gue belum dipeluk Doyoung dan sekarang gue mau di apa-apain.
"What? Gudang?"
"Hey! Lo mau ngapain eh?" teriak gue panik.
Dirga semakin bungkam, dia kemudian menarik tangan gue paksa kedalam gudang kemudian menguncinya.
"Lo jangan aneh-aneh yah? Kampret lo!" ujar gue yang sudah dilepas oleh Dirga.
Dirga kemudian berjalan menuju sebuah lemari dan mengambil beberapa lembar kertas dari atas sana
"Gue dengar lo anak Travel yah?, Kakau gitu kerjain tugas gue mengenai keuangan dan pasar management tempat wisata, soalnya gue Mahasiswa Ekonomi dan gue gak mau ribet dengan tugas seperti ini," ucap Dirga melempar kertas itu dihadapanku. "Setelah selesai, gue anggap masalah kita kelar dan lo boleh pulang dan kunci gudang ini, gue sita dulu yah."
"Eh lo gila yah? Yang punya tugas kan lo? Kok gue yang repot?"
"Kalau lo mau keluar dari tempat ini, kerjain, kalau gak yah gue pastiin lo akan ditempat ini," jawab Dirga memainkan kunci gudang itu ditangannya.
Gue benar-benar kesal dibuat orang satu ini ditambah gue harus nemuin Dewan Kampus, jadilah gue berusaha merebut kunci itu dan sial si Kampret Dirga malah melempar kunci itu keluar melalui ventilasi.
"Ahhh gue benci ama lo!" teriak gue memukul dada Dirga.
"Udahlah lo kerjain aja tugas gue dan setelag itu gue bakal dobrak pintu ini," ujar Dirga. "Cepat yah cantik, semakin lama kita berdua disini gue gak tau apa yang terjadi ketika nafsu cowok cool seperti gue bakal naik."
"Najiz Anjir!" teriak gue kesal.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top