❝empat❞
"Haduh ini kenapa bisa rusak gini seh alarmnya."
Fael tengah sibuk bergelut dengan seragam sekolahnya. Melihat jam yang terpampang di telpon miliknya 06.12 yang artinya dalam 18 menit lagi ia akan terlambat untuk ke sekolah.
Dengan kecepatan yang ia mampu, dengan segera membawa tas sekolahnya dan berlari keluar dari kamarnya.
Dilihatnya sudah tidak ada siapapun di dalam rumahnya. Bahkan sang Mama yang biasanya bergelut di dapur kini juga tidak ada.
Apa mungkin mereka mengantar opa dan omanya kembali? Entahlah.
Tidak peduli dengan semuanya, Fael langsung berlari keluar rumah dan menaiki ojek yang berada di ujung jalan. Tidak peduli mengingat dirinya yang belum sarapan atau meminum air sedikitpun.
"Mas, yang cepat ya? Saya udah terlambat." Ucap Fael sedikit teriak karena takut pengantar ojeknya tidak mendengar.
"Siap."
Mungkin hari ini keberuntungan tidak berpihak pada Fael. Saat sampai di sekolah, jam sudah menunjukkan pukul 06.39 dan pintu gerbang sudah di tutup.
Pintu gerbang akan dibuka lagi pukul 07.00 setelah selesai menyanyikan lagu kebangsaan dan berdo'a.
"Kenapa kemarin ndak tak lihat kalo jam weker ku rusak." Guman Fael kesal.
Untungnya ia tidak sendirian saat telat hari ini. Ada beberapa murid juga yang terlambat entah itu kakak kelas ataupun adik kelas.
"Kenapa mereka ndak bangunin aku ya?" Pikir Fael yang sedikit miris karena saat dirinya bangun terlambat tidak ada yang membangunkannya sama sekali.
Bahkan tidak ada sarapan yang tersisa.
— • j o u r n e y • —
"Bu, saya ijin ke belakang."
Brian berdiri dari duduknya lalu keluar kelas setelah guru yang mengajar mengijinkannya untuk ke kamar kecil.
Saat melewati lapangan, ia melihat ada Fael disana yang sedang berbaris dengan dikelilingi beberapa anak osis sie ketertiban.
"Oalah telat, tak kira ndak masuk." Gumamnya lalu masuk ke dalam toilet.
Setelahnya ia keluar dari toilet dan melihat kearah lapangan lagi yang ternyata sudah bubar. Namun, pandangannya kembali lagi kearah Fael yang berjalan kearah kantin sekolahnya.
"Bukane masuk kelas malah kantin." Kekehnya lalu kembali berjalan ke kelasnya dan mengikuti pembelajaran lagi.
— • j o u r n e y • —
"Permisi, Bu? Maaf saya terlambat."
Semua pandangan menuju kearah pintu kelas yang menampakkan Fael sedang berdiri. Guru yang mengajar pun mengangguk dan dengan segera menyuruh Fael untuk duduk di bangkunya dan mengikuti pelajarannya.
"Disuruh ngapain?" Tanya Fael pada teman sebangkunya.
"Merangkum bab 3 tentang kesenjangan sosial." Balas temannya sembari menunjukkan buku sosiologinya.
Fael mengangguk dan dengan segera mengerjakan tugasnya dengan tergesa-gesa mengingat jam pelajaran sosiologi akan segera habis dan berganti dengan pelajaran lainnya.
"Haduh kok jadi ngeblank gini otakku!" Gumam Fael sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
Brian yang melihatnya sedikit tertawa lalu menepuk meja Fael menggunakan alat tulisnya. Membuat Fael menoleh dan mengerutkan keningnya bingung.
Brian menyodorkan buku tulis miliknya, "salin aja punyaku, udah selesai." Katanya.
Sungguh, bahkan Fael tidak pernah sama sekali menyalin hasil kerja milik teman kelasnya. Bukan karena apapun, hanya saja dia tidak ingin merepotkan orang lain.
Fael ragu untuk mengambil buku tulis milik Brian. Disatu sisi dia merasa tidak enak, tetapi disisi lain dia tidak ingin tidak dapat nilai. Secara, guru sosiologinya sangat-sangat mengerikan.
"Udah salin aja, daripada ndak dapet nilai." Ujar Brian yang seakan bisa membaca pikiran Fael.
Fael akhirnya mengangguk dan mengambil buku tulis milik Brian. Dengan segera ia menyalin dengan cepat.
"Lagian bukane balik ke kelas malah ke kantin kamu, El." Ucap Brian sembari tertawa pelan.
Fael tidak menanggapi dan tetap menulis pekerjaannya. Tetapi ia juga sedikit penasaran kenapa Brian bisa tahu jika ia tadi berjalan ke kantin.
Beberapa menit kemudian, Fael menyelesaikan tugasnya dan sedikit menghembuskan nafasnya lega. Untung saja bel pergantian jam pelajaran belum bunyi.
"Udah, El?" Tanya Brian.
Fael mengangguk lalu mengembalikan buku tulis milik Brian, "makasih ya, Bri? Jadi nyalin punyamu." Katanya yang merasa tidak enak.
Brian mengangguk, "lagian kalau ndak karena terlambat pasti kamu ndak bakal keburu-buru kayak gini." Katanya yang diangguki oleh Fael.
🔔Jam ke tiga akan segera dimulai dalam lima menit
"Ketua kelas kumpulkan bukunya jadi satu, taruh diatas meja saya di ruang guru." Kata gurunya lalu berjalan pergi dari ruang kelas.
— • j o u r n e y • —
"Bawa jas hujan, Bri?" Tanya Dito saat melihat air dari langit mengguyur jalanan.
"Ada, Roki ndak pernah lupa bawa jas hujan." Kata Brian sembari mengemasi buku-bukunya.
Dito mengerutkan keningnya, "hah? Roki siapa, Bri?"
Brian tertawa, "sepeda motorku, bagus kan namane?"
Dito ikut tertawa mendengarnya, "kamu kemarin pas main ke rumahku belum tak kenalin ke Koret yo?" Tanyanya.
"Koret siapa?"
"Burung hantuku haha." Kata Dito tertawa.
"Punya burung hantu kamu? Perasaan kemarin di rumahmu ndak ada hewan peliharaan sama sekali." Kata Brian.
Dito semakin tertawa keras, membuat beberapa anak yang masih di kelas menatap heran kearahnya.
"Yo emang ndak ada, namane juga burung hantu, yo wis jadi hantu."
"Oh edan!" Umpat Brian.
"Yowis aku tak balik duluan yo? Daripada kena omel sama Ibukku." Kata Dito yang dibalas anggukan oleh Brian.
Selepas kepergian Dito, Brian kini sendiri di kelas karena beberapa murid juga sudah lebih memilih pulang ataupun keluar kelas menikmati dinginnya angin hujan sore hari.
"Iya, Pak."
Suara itu membuat Brian menolehkan kepalanya kearah pintu kelasnya. Disana ada Rafael yang sedang memainkan telpon genggamnya sembari berjalan masuk kedalam kelas.
Brian sedikit tersenyum menyapanya, "belum pulang, El?" Tanyanya.
Fael tersenyum menggeleng, "belum, kamu sendiri ngapain masih disini?" Tanyanya balik.
"Nunggu hujan sedikit reda, takut Roki kenapa-kenapa nanti." Kata Brian.
Fael mengerutkan keningnya, "Roki?"
"Sepeda motorku, kasian nanti kalau mogok di jalan." Ujar Brian sembari terkekeh pelan.
Fael sedikit tertawa mendengar nama sepeda motor milik Brian.
"Kamu kenapa belum pulang, El?" Tanya Brian.
"Kata supirku ban mobilnya pecah, jadi aku suruh pulang aja soalnya kasian hujan-hujanan gini." Jelasnya.
"Terus pulangmu gimana?"
"Gampang nanti kalau udah lumayan terang tinggal jalan atau pesen ojek." Kata Fael.
Brian mengangguk-anggukkan kepalanya, "bareng aku aja mau, El?" Tawarnya.
Fael langsung menggeleng keras mendengar tawaran Brian, "ndak usah, Bri. Aku bisa pulang sendiri." Tolaknya.
"Halah ndak usah sungkan sama aku, lagian rumahmu searah sama rumahku." Katanya.
Sebenarnya Fael bingung ingin menerima atau menolak tawaran Brian. Karena jika saat hujan begini memang pengendara ojek online sering kali tidak ingin mengantar. Apalagi sore-sore begini pasti akan macet di tengah jalan.
Beberapa menit kemudian benar jika hujan sudah lumayan reda.
"Udah lumayan reda, ayo!" Ajak Brian sembari berdiri dari duduknya.
Fael masih belum berkutik dari tempatnya, membuat Brian sedikit tertawa, "ndak usah kebanyakan mikir, El." Katanya.
Dan detik selanjutnya Fael benar-benar menerima tawaran Brian untuk pulang bersama.
— • j o u r n e y • —
"Masuk dulu, El!" Ajak Brian saat sampai di rumahnya.
"Makin deres nanti ketimbang bajumu basah semua." Katanya lagi.
Fael mengangguk dan memasuki rumah Brian. Ya, niat awal ingin mengantar Fael sampai rumah tidak jadi karena di tengah perjalanan hujan turun semakin deras. Dan kebetulan jika dari arah sekolah, rumah Brian dulu lah yang di lewati. Jadi, mau tidak mau mereka harus meneduh di rumah Brian terlebih dahulu.
"Duduk aja, El. Maaf ya rumahku ndak terlalu besar." Kata Brian.
"Celanaku agak basah, Bri. Aku berdiri aja dulu daripada sofamu ikutan basah." Tolak Fael.
"Oh iya, pinjem bajuku dulu ta? Biar ndak masuk angin."
"Kamu ini suka banget nawar-nawarin, Bri." Ujar Fael.
"Kamu juga suka banget nolak-nolak, El." Balas Brian dan mereka tertawa bersama.
"Ayo ke kamarku sekalian ganti bajumu." Ajak Brian dan mau tidak mau Fael mengangguk dan mengikuti langkahnya.
Ya, berganti baju bersama layaknya seorang teman laki-laki pada umunya. Tidak ada yang salah bukan? Lagipula mereka tidak ada pikiran atau niat untuk sesuatu yang seperti itu.
"Besok tak cuci dulu ya, Bri? Baru tak kembaliin." Kata Fael setelah mengganti pakaiannya menjadi milik Brian.
"Santai, El." Ujar Brian.
"Orangtuamu mana, Bri?" Tanya Fael saat menyadari tidak ada orang sama sekali di rumah Brian.
"Belum pulang kerja mungkin." Kata Brian.
"Oh iya, aku tak sholat ashar dulu ya? Kamu ndak sholat, El?"
Fael sedikit tersenyum canggung, "aku non-muslim, Bri." Cicitnya.
Brian sedikit terkejut lalu tersenyum canggung, "e–eh maaf, aku ndak tau." Katanya.
"Ndak papa, yauda sholat dulu, aku tak keluar." Ujar Fael lalu keluar dari kamar Brian dan duduk di sofa depan.
"Makanya pas pelajaran agama kerjaannya tidur mulu, non–muslim ternyata?" Gumamnya lalu berjalan untuk mengambil wudhu untuk sholat.
— • j o u r n e y • —
kenalan dulu
Roki
Sepeda motor
[Kesayangan Brian]
— • j o u r n e y • —
seminggu berlalu:(
aku baru mood apdet ini
kasih aku semangat dong
hzjsjzjshzh
"semangat pew"
"elsaaa semangatttt"
"pipew ayoOo semangatt"
yaaaaa makasihhhh🥺👉🏻👈🏻
aku gila
fix
aku gila
karena kalian meracuni aku untuk membuat lebih banyak ff brightwin
aaaaaaaaaaaaaaa
tapi gffh ak suka👉🏻👈🏻😭
byeeee!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top