MISI SULIT PROFESSOR DALE

Aishada_ will read her story to you, as the first of the fifth forest witch.

🪄🪄🪄

Kelas Professor Dale, atau lebih tepatnya kelas sihir ramuan, adalah salah satu kelas tersulit yang ada di tingkat enam. Terkadang ada saja bahan-bahan langka yang dibutuhkan yang mana tidak dijual di toko bahan sihir di kota, kalaupun ada tentu saja harganya akan sangat mahal bagi para penyihir muda.

Contohnya saja hari ini, permintaan sang profesor membuat gadis itu termenung di kamarnya sebab bahan yang diminta untuk ujian selanjutnya dapat dikatakan cukup rumit.

Dengan malas dirinya meraih tongkat sihirnya yang berada di atas nakas dan mengayunkannya, kemudian selembar kertas pun keluar dari selipan buku yang berada di rak dan melayang mendekatinya.

"Daun semanggi berdaun empat, jamur api, lima tetes air embun pagi, dan ... telur naga emas?" Gadis itu pun menghela napas sebelum kembali mengayunkan tongkatnya dan mengembalikan lembaran tersebut ke tempatnya.

Dirinya pun bangkit dari ranjangnya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri, ia harus menyegarkan tubuhnya sebelum mulai mencari bahan-bahan tersebut.

Air yang berasal dari mata air alami yang berada di jantung hutan tersebut memanglah sangat menyegarkan, banyak pula peri-peri hutan yang tinggal di sekitar mata air tersebut.

Setelah selesai membersihkan diri, gadis itu segera mengenakan pakaian andalannya, blus putih berlengan lebar yang dibalut oleh rompi polos berwarna coklat dan juga celana kargo pendek berwarna hitam.

Rambut coklat sebahunya diikat asal sebelum dirinya mencari rekan-rekan serumahnya, hingga akhirnya ia bertemu dengan Talita yang tengah mengumpulkan buah berry dari semak-semak yang tumbuh liar di sekitar pondok kayu mereka.

"Talita!" panggilnya yang membuat anak yang baru beranjak remaja itu menoleh, dirinya pun segera memakai sendal kayu yang tersimpan rapi di teras pondok sebelum menghampiri rekannya itu.

"Ada apa, Kak?" tanya Talita, Ara pun berkacak pinggang sembari menghela napas.

"Apakah kau sedang sibuk? Aku sepertinya membutuhkan sedikit bantuan," ujarnya, Talita nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menggeleng.

"Tidak juga ... memangnya bantuan seperti apa yang kau butuhkan, Kak?"

Ara kembali menghela napas. "Mau kah kau menemaniku ke kota? Aku harus membeli beberapa bahan sihir untuk kelas Professor Dale minggu depan."

Talita pun terkekeh, dirinya tahu benar bahwa profesor yang satu itu sering kali meminta para siswanya untuk membawa berbagai macam bahan sihir, mulai dari yang terlihat normal hingga di luar nalar. Bukan sebab dirinya telah diajar oleh Professor Dale, namun dirinya memperhatikan betapa sibuk temannya yang berada di tingkat enam tersebut.

"Kebetulan aku sedang tidak melakukan apapun selain hanya mengumpulkan buah-buah beri ini, jadi aku bisa membantumu, Kak," balas Talita yang membuat rekannya itu langsung memekik bahagia. "Kalau begitu, aku akan pergi bersiap-siap, Kak."

Ara pun mengangguk, dirinya pun masih harus bersiap-siap untuk pergi. Gadis itu pun kembali ke kamarnya untuk mengambil sepatu boots yang terbuat dari kulit ogre yang menjadi hadiah ulang tahunnya tempo hari, jubah coklat pendek berbulu, dan juga tas selempang multifungsi yang sesuai untuk segala keadaan.

Ia pun menunggu rekannya itu selama beberapa waktu hingga akhirnya keduanya siap untuk pergi, kemudian mereka segera mengambil sapu terbang masing-masing dan melesat menembus pepohonan.

Dengan kecepatan yang cukup tinggi dari sapu tersebut, tidak butuh waktu lama hingga mereka tiba di Kedai Penyihir Bintang, sebuah tempat yang menjual berbagai macam peralatan dan juga bahan-bahan sihir.

Bel pintu berdering saat keduanya membuka pintu kedai, tanpa rasa ragu keduanya pun segera melangkah masuk ke tempat itu.

"Selamat datang di kedaiku, Sayang. Ada yang bisa aku bantu?" tawar seorang wanita paruh baya yang masih nampak cantik, ia mengenakan jubah gelap bertabur batu yang berkilauan begitu terkena pantulan cahaya, persis seperti langit malam.

"Halo, Nyonya. Apakah kau punya semanggi berdaun empat, jamur api, dan telur naga emas?" tanya Ara sopan, wanita itu pun mengangguk sebelum menjentikkan jarinya. Seketika barang-barang yang disebutkan oleh gadis itu pun melayang dari tempat penyimpanan mereka menuju ke hadapannya.

"Sayang sekali persediaan telur naga emas milikku sudah habis, Sayang. Namun sebagai gantinya, aku memiliki telur angsa emas, apakah kau mau?" tawar penyihir itu, namun tentu saja Ara menggeleng. Dirinya membutuhkan telur naga, bukan angsa.

"Tidak, terima kasih. Aku hanya akan ambil dua lembar daun semanggi dan jamur api tersebut," tolak gadis itu dengan nada sehalus mungkin, wanita itu pun mengangguk paham sebelum memberikan barang-barang yang diminta.

"Dua puluh keping emas," ujar wanita tersebut, Ara pun mengangguk sebelum memberikan sekantung koin emas dari dalam tasnya dan memberikan sesuai dengan nominal yang diminta oleh wanita itu.

"Apakah anda tahu di mana aku bisa menemukan telur naga emas, Nyonya? Aku membutuhkannya untuk kelas Professor Dale," tanya Ara yang dibalas kekehan oleh wanita itu, tentu dirinya mengenal pria itu. Salah satu profesor terkenal di negeri ini, bahkan dirinya sendiri pun juga termasuk salah satu siswi yang pernah diajar olehnya.

"Pergilah ke barat, di sana ada Distrik Lembah Naga Emas," jawab wanita itu sembari terkekeh. "Namun kalian harus berhati-hati, ambillah telur tersebut di saat tidak ada satupun naga emas yang melihatnya, kalau tidak mereka akan mengamuk."

Ara pun meneguk ludahnya kasar, tentu dirinya tidak mau harus menghadapi satu kampung naga, apalagi dirinya sendiri hanya seorang siswi tingkat dasar. "Baiklah Nyonya, terima kasih atas bantuannya."

Wanita itu pun mengangguk. "Kalau boleh, bisakah aku memintamu untuk mengambil beberapa telur juga untukku? Nanti akan aku bayar lima puluh keping emas perbutir yang kau berikan kepadaku."

Mendengar kata-kata bahwa dirinya akan dibayar, Ara pun mengangguk penuh semangat sebelum menoleh ke arah Talita yang sedang asyik memperhatikan sekumpulan katak yang berenang di dalam akuarium.

"Ayo, Lit! Ada petualangan yang harus kita laksanakan!" serunya yang langsung mengalihkan perhatian gadis berjubah biru tersebut.

"Mau kemana, Kak?" tanyanya heran, Ara pun dengan penuh semangat menunjuk ke arah barat.

"Distrik Lembah Naga Emas!"

Talita pun terbelalak, dirinya terkejut mendengar tujuan yang disebutkan oleh gadis itu. "Kak, apakah kau sudah gila? Kita berdua masih tingkat dasar, bahkan aku sendiri masih di tingkat tiga!"

Mengabaikan pernyataan rekannya itu, Ara sudah menaiki sapu terbangnya. "Ayolah, aku jamin tidak akan ada pertarungan dengan naga."

"Kau berhutang satu toples bubuk peri jika kita harus bertarung, Kak," balas Talita pasrah sebelum mulai menaiki sapu terbang miliknya. "Semoga saja kita akan baik-baik saja, Kak."

Ara pun tertawa sebelum menatap lurus ke depan. "Percayalah padaku, tidak akan ada pertarungan naga." Setelah mengatakan itu, gadis itu segera melesat pergi yang kemudian disusul oleh Talita.

Butuh perjalanan kurang lebih satu jam hingga mereka tiba di Distrik Lembah Naga Emas, yang mana hanya ada beberapa ekor naga yang berada di sana.

"Kak, bagaimana cara kita bisa mengambil telur mereka?" tanya Talita yang masih duduk di atas sapunya yang terus mengambang di langit distrik tersebut.

Ara pun berpikir sejenak sebelum melayang perlahan menuju salah satu pohon yang berada di lembah tersebut, kemudian dirinya mengambil beberapa helai daun tersebut sebelum kembali ke tempat asalnya.

"Tutup hidungmu, Lit. Aku akan membakar daun sleeping willow ini agar mereka semua tidak sadarkan diri," ujar Ara, Talita pun segera mengangguk paham dan menutup hidung dan mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Gadis tingkat enam itu mengeluarkan tongkat sihirnya yang ia simpan di dalam tas selempang miliknya, kemudian dirinya melempar lembaran-lembaran daun tersebut dan dengan cepat dirinya membakar satu persatu daun tersebut dengan sihir api miliknya saat sudah mencapai ketinggian yang sesuai.

Asap yang dihasilkan dari pembakaran daun tersebut sangatlah tebal, yang kemudian menyebar ke seluruh lembah. Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya seluruh naga yang berada di lembah itu terlelap.

Ara kemudian menyimpan kembali tongkat sihir miliknya sebelum mengambil sebuah sapu tangan yang kemudian ia ikatkan di wajahnya guna melindungi diri dari efek asap tersebut. "Kau tunggu di sini, biar aku yang turun ke bawah."

Tanpa menunggu jawaban dari rekannya itu, gadis itu segera mendekati satu persatu sarang naga yang ada. Jantungnya berdetak kencang, sungguh ia sangat khawatir akan membangunkan naga-naga tersebut.

Menit-menit yang terasa begitu menegangkan akhirnya berlalu juga sebab dirinya telah berhasil mengumpulkan empat telur naga emas tersebut, yang ia segera masukkan ke dalam kantong kulit yang untungnya sempat ia bawa di dalam tas selempangnya itu.

"Sudah aku bilang, tidak akan ada pertarungan," kekeh Ara saat sudah kembali ke sisi Talita, ia kemudian melirik ke arah asap yang telah memudar di lembah tersebut. "Sepertinya kita harus segera pergi sebelum mereka bangun."

Kekehan terdengar dari dua penyihir muda itu sebelum keduanya melesat dengan sapu terbang mereka menuju pondok kayu kesayangan mereka.

🪄🪄🪄

Magic is in the air, may the universe blesses you!

Stars are shining, birds are chirping and chattering, also books are whispering. Tell to the universe the whole story, dear apprentieces!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top