Ubi_unguenak will read her story to you, as the third of the twelve forest witch.
🪄🪄🪄
Pagi cerah menyambut pondok kayu yang berada di dalam Hutan.
Manusia tertua di pondok itu terbangun, merenggangkan lengannya dan beranjak dari ranjangnya, membuka tirai jendela yang memperlihatkan pemandangan desa sihir yang indah sekali.
Ara, seorang siswi sekolah sihir tingkat 6 atau bisa dibilang kakak tertua di pondok terbangun lebih dulu dibanding yang lainnya.
"Ya Tuhan, matahari sudah terbit sedangkan manusia-manusia ini masih tertidur pulas." Ara menggelengkan kepalanya kala melihat adik-adiknya masih terbaring dan tertidur pulas. Ide jahat muncul di kepala Ara, Ara segera mengambil panci di Dapur dan segera berlari menuju Kamar.
Ara mengambil ancang-ancang lalu...
TRENG TRENG TRENG
"BANGUN PARA MANUSIA BERDOSA, BANGUNNNN!!!!!!!!" Teriakan Ara memenuhi kamar.
"BERISIKKK, AAAAAAAAA" Melan, siswi sekolah sihir tingkat 5 yang berteriak.
"IYA KAK IYA, KITA BANGUN!" Sekarang Najwa, siswi sekolah sihir tingkat 5 yang berteriak.
"TANGGAL BOLEH MERAH, TAPI KITA TIDAK BOLEH MENYERAH! BANGUN!" Ara semakin mempercepat gerakannya, benar-benar sangat berisik di Kamar itu sekarang.
"GAK NYAMBUNG!" Najwa menyaut lagi.
Pada akhirnya, ide Ara benar-benar berhasil, semua manusia yang ada di Kamar itu telah bangun sepenuhnya.
ʕ ꈍᴥꈍʔ
Sebelas manusia itu kini benar-benar terbangun. lalu apa yang mereka lakukan sekarang?
"Woy, ngapain ya sekarang?" Hali, siswi sekolah sihir tingkat 4 membuka pembicaraan.
"Gak tahu, gabut." Melan membalas.
"Eh, gua punya ide! Kita bikin kue aja gimana? Itung-itung buat surprisenya kak Ara aja."
"Boleh tuh, kasihan tahu kak Ara, kerjaannya ngurusin kita terus tiap hari, kali-kali kita bahagia-in," ucap Talita, seorang siswi sekolah sihir tingkat 3 sembari terbangun dari duduknya, semuanya menyetujui hal itu.
ʕ ꈍᴥꈍʔ
"GUYS, KAYU BAKAR KITA HABIS!" Teriak Hali yang sedang mengecek gudang belakang.
"ZAKIA, RAISYA, KAK FATMA, NAJWA, CARI KAYU BAKAR KE HUTAN!" Lanjutnya, mereka yang dipanggil langsung menurut dan sesegera mungkin mencari kayu bakar ke dalam Hutan.
"Kak Ara kira kira pulang jam berapa?" Tanya Ikla, seorang siswi sekolah sihir tingkat 3.
"Kemungkinan sebelum malam," Jawab Nabila, seorang siswi sekolah sihir tingkat 3, dan dibalas anggukan oleh Ikla
ʕ ꈍᴥꈍʔ
Di Hutan...
"Ih bejir, kok gak nemu-nemu yak?" Keluh Najwa.
"Ayok, semangat, pasti di depan ada pohon tumbang kok!" Fatma, siswi sekolah sihir tingkat 5 mencoba untuk menyemangati teman seperjuangannya.
"Kak! Di depan ada pohon tumbang!" Seru Zakia, siswi sekolah sihir tingkat 3.
Tibalah mereka di hadapan pohon tumbang.
"Raisya, lu bantuin gua potong-potong kayunya, Fatma sama Zakia bantuin belahin kayu yang udah dipotong." Semuanya mengangguk, memulai tugas mereka satu persatu
Najwa mengangkat tongkatnya setinggi mungkin, selang beberapa saat sekelebat angin mulai terasa begitupun dengan Raisya. Gergaji yang dibawa mereka terangkat dan mulai memotong pohon tumbang itu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
"ANJAY!" Najwa bersorak, ia tak menyangka bahwa sihir yang ia gunakan berhasil.
Fatma dan Zakia kini mengerjakan tugas yang telah diberikan. Fatma mengayunkan tongkat sihirnya lalu...
BOOM
Angin kencang menghampiri mereka, rupanya angin yang dibawa oleh Fatma terlalu besar, sehingga kayu-kayu yang sebelumnya terpotong mulai bergelinding.
"WOY! KEJAR KAYUNYA!" Fatma berteriak sekencang mungkin membuat kedua temannya yang lain menoleh.
"EY, KAYUNYA MAU JATUH KE JURANG!" Raisya panik setengah mati, melihat kayu-kayu yang akan dibawanya bergelinding menuju jurang yang dalam.
"AAAAAAAA"
"AAAAAAAAAAAAA"
"AAAAAA"
ya... Entahlah apa yang akan mereka lakukan saat ini, berdoa lah yang terbaik untuk mereka.
ʕ ꈍᴥꈍʔ
Dapur...
Semua peralatan yang akan digunakan telah tersedia dihadapan mereka.
"Ck, mereka ber-empat kemana sih? Lama banget, kak Ara keburu balik nih." Hali mengomel, hampir satu jam mereka pergi mencari kayu tetapi tidak terlihat adanya pertanda mereka akan kembali.
"Samperin aja kali ya?" Ide muncul di kepala Melan, tetapi tepat saat Melan menyuarakan ide-nya terdengar suara kencang dari pintu utama.
BRAK
"GUYS, KITA BALIKKKK." Najwa menendang pintu dengan sangat kencang sehingga membuat semua orang yang ada disana terkejut.
"Bisa pelan aja gak?!" Melan membentak, Najwa hanya terkekeh kala teman sebayanya memarahi dirinya.
"Udah udah, mulai yuk!" Raisya berseru.
"Bentar, kalian abis ngapain? Kotor banget tu baju." Ternyata Ikla menyadari baju mereka yang kotor terkena tanah dan beberapa tumbuhan kecil yang menempel di baju mereka.
"Anu... Udah lupain aja, yuk sekarang kita buat kuenya." Zakia mengalihkan permbicaraan. Ternyata, mereka ber-empat sudah bersekongkol untuk tidak memberitahu pada siapapun tentang kejadian yang mereka alami tadi.
Membuat kue bersama itu pun dimulai. Keadaan di dapur sangat ricuh dan dipenuhi teriakan-teriakan mematikan.
"YA AMPUN, HALI JANGAN GEDE GEDE APINYA!"
"SASA, STOP NGEBANTING-BANTINGIN LOYANGNYA!"
"NAJWA! KUE NYA GOSONG!"
"MELAN, IKLA, ZAKIA TALITA, STOP MAININ ADONANNYA!"
Ya, kira-kira seperti itulah teriakan-teriakan yang ada di dalam dapur pondok itu. Nabila menggeleng sembari memijat kepalanya yang pusing. Disaat yang lainnya terlihat ricuh, hanya Nabila dan Fatma lah yang 'tidak banyak tingkah' saat itu.
Singkat cerita, kue yang mereka buat akhirnya matang, dengan telaten mereka menumpuknya dengan sangat hati-hati. Kue tersebut dibuat menjadi berbentuk kerucut.
"Ih, kue-nya kayak tumpeng njir." Najwa menatap kue itu dengan sinis, alangkah aneh-nya bentuk kue itu.
"Ide si Hali, biasalah." Melan menaik-turunkan pundaknya, sedangkan orang yang disinggung hanya tertawa renyah.
"Kuenya warna apa ya?" Ikla bertanya.
"Biru kali ya?" Fatma menjawab pertanyaan ikla.
"Warna favoritnya kak Ara apa sih?" Kali ini Melan yang bersuara.
"Apa ajalah, yang penting kuenya enak." Ucap Najwa sembari mengangkat kedua jempolnya.
"Udahlah, warna warni aja kalo gitu." Akhirnya Zakia memberi saran dan diangguki seluruh manusia-manusia yang ada di ruangan itu.
ʕ ꈍᴥꈍʔ
Malam pun tiba. Ara baru saja pulang dari tempat les sihirnya, kepalanya pusing, jalannya lunglai dan napasnya ter-engah engah.
"Gua pulang guys, guys?" Ara kebingungan, pondok kayu yang menjadi rumahnya saat ini terlihat sangat gelap, satu-satunya cahaya yang saat ini ada hanyalah sinar rembulan.
"Guys? Kalian gak diculik kan? GUYS-"
DOR
Terdengar suara ledakan, dibarengi lampu pondok yang menyala. Ara terkejut melihat teman-temannya yang sudah membawa seloyang kue dan diiringi hadiah-hadiah lainnya.
"Ada apa ini?" Ara masih kebingungan saat itu, ia pikir ini hanyalah prank yang dilakukan oleh teman satu atapnya.
"Tenang kak, ini sebagai tanda terimakasih ke kakak, karena sudah merawat kita selama ini!" Sasa, seorang siswi sekolah sihir tingkat 3 mencoba untuk menjelaskan.
"Bukan prank kan?" Ara masih menyimpan rasa curiga, tidak biasanya teman-teman satu atapnya ini berbaik hati.
"Serius kak, udahlah gak usah mikir-mikir hal negatif" Najwa berusaha meyakinkan kak Ara, Najwa tahu jikalau Ara saat itu masih merasa curiga.
"TERIMAKASIH YA KAK!" Semuanya kembali bersorak. Ara tersenyum.
"Terimakasih kembali teman-teman"
Kisah hari ini diakhiri dengan memakan kue sembari berbincang dan dipenuhi gelak tawa. Setidaknya untuk saat ini biarlah mereka tertawa dan beristirahat.
"Btw, kuenya agak kemanisa-"
PLAK
belum sempat melanjutkan kalimatnya, Najwa sudah terlebih dahulu dipukul kepala-nya oleh Ara.
🪄🪄🪄
Magic is in the air, may the universe blesses you!
Stars are shining, birds are chirping and chattering, also books are whispering. Tell to the universe the whole story, dear apprentieces!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top