CAUSE OF MAGIC WAND

Dhianav will read her story to you, as the last of the twelve forest witch.

🪄🪄🪄

"Bangun! Bangun gk?!" ucap seorang gadis menggoyangkan bahu seseorang yang masih tertidur.

"Iya. Bentar dulu napa sih, aku masih ngantuk nih... " jawab gadis yang lainnya dengan malas.

"Bentar! Bentar! Dari tadi bentar mulu, kapan bangunnya? Cepetan! Dah telat ini Fatma Alya. Mau dihukum sm guru lagi kah?" tegas gadis itu.

Gadis yang merasa namanya dipanggil pun membuka matanya dengan rasa takut.

"Duh Wa. Gak mau lagi dihukum guru. Udh kapok aku gegara telat. "

Ekspresi gadis tegas itu seketika berubah 180° menjadi kalem.
"Bangun juga akhirnya. Cepet siap-siap Pat. Aku bangunin yang lain dulu. Nanti kalau udah selesai bantu Kak Ara siapin makanan ya."

Fatma mengangguk lalu bersiap.

Fatma adalah gadis polos dan sedikit ceroboh. Tetapi dia adalah orang yang ramah dan senang membantu orang lain.

Di kamar lain...

"Sya! Itu bukuku! Balikin gk?" teriaknya keras.

"Enggak Hali! Ini bukuku! Bukumu yang ilang." balas yang lain tak kalah keras.

Yah mereka adalah Hali dan Raisya. Keduanya selalu saja bertengkar tentang hal-hal seperti itu, hingga akhirnya seseorang datang membuka pintu kamar.

_BLAKK!!_

"Kenapa lagi sih kalian? Pagi-pagi udah ribut? Berisik tau gak?!"

"Kak Najwa?" keduanya menoleh dengan tatapan ngeri.

Ternyata yang membangunkan Fatma tadi adalah Najwa. Najwa dikenal karena ketegasan dan selalu teguh pada pendiriannya. Dia tidak suka keributan, cinta damai.

"Buku aja diributin. Cari dulu sana! Coba dicek lagi, barangkali keselip buku lain."

"Ngomong-ngomong kalian udah siap kan? Habis nyari langsung ke meja makan ya."

Setelah kepergian Najwa, mereka mencari buku yang hilang itu.

"Tuh kan bener ini bukuku. Makannya cari dulu tadi, jangan langsung ngereog kek tadi." jawab Raisya dengan kesal.

Hali hanya bisa terkekeh.

                    °    °     °

Akhirnya sampailah semua di meja makan.

"Tadi berisik banget ngeributin apasih? Keknya asik banget?"  tanya seorang gadis yang bernama Melan yang sedang menyeruput teh hangat dengan santai.

Melan sendiri memiliki pribadi yang periang dan humoris. Dia cukup terkenal di sekolah.

"Biasa. Paling mereka lupa naruh barang lagi."

"Buat yang lain naruh barang tuh jangan teledor. Nanti ilang bingung kalian. Btw, cepet dimakan habis tu kita berangkat bareng ke sekolah.   "

Kak Ara memberikan nasihat, merupakan yang tertua sekaligus menjadi yang paling diandalkan diantara mereka semua. Dia adalah salah satu murid berprestasi di sekolah mereka yang berada di tingkat VI awal dan berada di level 63 dari 100 di negeri yang bernama Tencross Heaven. Dia setidaknya menguasai sudah empat elemen, yaitu api (elemen bawaan), air (es), alam, dan tanah. Dan memiliki spirit naga emas.

Untuk yang lain seperti, Fatma, Melan, dan Najwa. Mereka hampir seumuran, Fatma dengan sifat polos, Melan dengan sifat periang, dan Najwa dengan sifatnya tegas. Mereka berada di tingkat III akhir.

Fatma level 37 elemen petir (bawaan) dan angin dengan spirit serigala bulan.

Melan level 38 elemen cahaya (bawaan) dan alam dengan spirit Ular king kobra.

Najwa level 39 elemen tanah (bawaan) dan es dengan spirit kalajengking hijau.

Hali dan Raisya, mereka merupakan yang termuda dan yang paling sering meributkan hal-hal sepele, tetapi jika tidak ada mereka rasanya kurang seru.

Mereka masing-masing berada tingkat I akhir di level 14 dan 15. Mereka baru menguasai elemen bawaan saja, karena masih di tingkatan rendah, yaitu Hali dengan angin dan spirit burung elang putih, serta Raisya dengan air dan spirit lumba-lumba biru.

Meraka tinggal bersama di sebuah pondok kayu di Tenemenary Forest di  ibukota Tenemen. bersekolah di salah satu dari lima sekolah ternama di negeri Tencross Heaven, "Tenemen Cross Academy".

                   °     °     °

Sesampainya mereka di gerbang sekolah. Kak Ara menoleh memberikan nasihat.

"Buat Fatma, Melan, sm Najwa. Kalian jangan lupa berlatih buat ujian tingkat III akhir bulan depan. Kuasai elemen kalian dan pelajari elemen baru yang bisa kalian kembangkan nantinya. Tingkatkan level kalian, Terutama Fatma. Sering-sering berlatih ya kalian,soalnya buat nembus level 40 bakal lebih susah dari sebelumnya." Kak Ara tersenyum, lalu membalikkan badannya.

"Dan untuk kalian berdua," sembari menunjuk ke Hali dan Raisya, "Kalian juga harus semangat, kalian masih ditingkatkan rendah. Belajar yang sungguh-sungguh, jangan berantem mulu. Kuasai elemen bawaan kalian dulu. Jangan lupa berlatih, perjalanan kalian masih lebih panjang dari kita."

Mereka semua mengangguk semangat dan melangkahkan kaki mereka menuju kelas masing-masing. Dan mulai belajar dan berlatih dengan giat. Mereka juga selalu berlatih di halaman depan tempat tinggal mereka.

Tidak hanya praktik dan latihan fisik, mereka mempelajari teori, sejarah, dan hal yang berkaitan dengan kekuatan mereka. Mereka juga menyempatkan waktu istirahat mereka untuk sekedar membaca karangan fiksi siswa-siswi di sana, bahkan cerita-cerita legenda tentang kekuatan mereka dan munculkan kekuatan tersembunyi juga dibaca. Entah itu hanya sekedar legenda atau benar adanya.

                   °     °     °

_Tiga minggu berlalu..._

Saat jam istirahat,

"Hah... Tongkatku... " Fatma lesu.

"Yaelah. Gak usah sedih kenapa? Baru kemarin juga. Nanti kita cari itu tongkatmu. Sementara ini kamu kan juga udah pake tongkat cadangan? Pake itu aja dulu." Najwa menimpali.

"Iya Pat. Pake yang ada aja dulu."

"Ekhem! Ekhem! Sebagai petugas polisi abal-abal, saya meminta maaf belum bisa menerima kasus tersebut. Dikarenakan kasus tersebut belum 24 jam adanya, waktu menunjukkan baru sekitar 22 jam tingkat Anda hilang. Anda belum bisa membuat berita kehilangan kepada kami."
Melan berperan menjadi polisi.

"Tapi kan?"

"Seharusnya kita gak latihan jauh dari pondok dah. Keknya  kemarin kita terlalu semangat latihan. Mana si Wawa gunain tanah geter lagi. Ditambah Lanlan juga gunain kekuatan cahaya langsung ke muka, jadi silau kan?"

"Eh, tapi ini juga salah ku sih malah ngeluarin kekuatan angin. Jadi udh kaget gegara getaran, ditambah silau gegara cahaya, eh malah aku ngeluarin angin. Dah mental tuh tongkat entah kemana."  sesal Fatma.

Melan dan Najwa hanya bisa terkekeh dan meminta maaf.

"Eh, kita kan udh sering latihan bareng nih. Di sekolah atau di pondok. Level kita juga udh bertambah 1, kecuali Najwa sih." Melan melirik Najwa. Fatma tertawa.

Najwa dengan datar menjawab, "Kamu kira gampang apa, Ha?"

Mengabaikan Najwa, Melan melanjutkan ucapannya dengan semangat.

"Jadi kayaknya kita butuh tempat yang bagus deh buat latihan. Kalian juga pernah baca kan? Katanya ada tiga tempat legenda di negeri ini. Salah satunya ada di perbatasan Tenemen Forest, seberang pondok kita, ada salah satu tempat yang melegenda itu. Aku jadi pengen tau deh, katanya tempat itu secara ajaib bisa meningkatkan kekuatan kita dan memunculkan kekuatan tersembunyinya."

"Nah! Kenapa kita gak coba cari tau? Barangkali kita menjadi yang beruntung? Sekalian cari tongkatnya si Patpat. Kemarin kayaknya tongkatnya kelempar ke arah sana. Habis pulang sekolah ayo coba kita latihan di sana. Tapi jangan lupa minta izin  dulu sama Kak Ara."

"Boleh juga tuh. Aku juga penasaran. Sekalian nyari tuh tongkat biar gak lesu lagi ni anak." Najwa tersenyum senang, sedangkan Fatma hanya mengiyakan dengan perasaan agak lega.

                         °    °    °

_Teng..! Teng..! Teng..!_

Singkatnya, waktu berlalu. Lonceng sekolah menggema ke penjuru sekolah tanda waktu pulang. Para siswa berhamburan keluar kelas dengan perasaan gembira. Tak terkecuali Mereka berenam yang berjalan dan mengobrol bersama menuju pondok.

"Kalian tau gak sih? Khusus siswa yang akan mengikuti ujian kenaikan tingkat mulai besok diliburkan buat persiapan ujian!" celetuk Melan.

"Ihh! Kak kok enak si libur. Kita masih masuk lohh. Gak adil itu." ucap yang termuda.

"Iya, gak adil itu. Kita kan juga ujian buat tingkat akhir. Masa gak dikasih libur?" bela yang termuda lainnya.

"Woi kalian, belum aja ngerasain  ujian kenaikan tingkat, udh cerewet banyak maunya. Mau gantiin posisi kita kah?" Najwa membalas mengejek.

"Udah, gak usah diperpanjang. Intinya buat kalian berdua belajar yang betul aja udah. Semangat belajarnya. Jangan males. Takut gak lulus nanti. Sekalian minta belajar sama Kak Ara aja. Dia kan pinter tuh" Lerai Fatma sambil menoleh ke Kak Ara.

"Intinya buat kalian yang semangat ya. Buat Hali sm Raisya nanti belajar bareng sama aku aja. Biar kaka-kaka kalian yang lain ini bisa konsentrasi buat ujian kenaikan tingkat besok. Oke? "

"Oke!!" Hali dan Raisya bersamaan.

"Oh iya, gimana latihan kalian bertiga belakangan ini? Lancar gak?" Kaka Ara bertanya.

"Syukur lancar sih Kak. Meskipun ada yang ke-" Najwa menjawab tetapi dibungkam mulutnya oleh Fatma.

"Kenapa? " Kak Ara curiga.

"Ohh, gak kok Kak. Cuma kadang yang kelaperan terus lemes. Gitu aja. Hehe" ucap Fatma, Melan, dan Wawa  yang saling menyambung kata sambil menggelengkan kepala mereka.

"Ohh iya Kak. Mau tanya." Melan bertanya.

"Apa?"

"Kak Ara. Nanti kita bertiga izin latihan di seberang pondok kayu, ya? Yang perbatasan itu loh. Boleh kan?"
tanya Fatma meminta izin sambil menunjuk dirinya, Melan, dan Najwa.

_Deg..!_

Pertanyaan tiba-tiba dari Fatma membuat suasana seketika hening. Kak Ara seperti membeku menghentikan langkahnya, diikuti yang lain.

_"Jadi ini alasannya kenapa aku gak bisa tenang dari tadi?"_ Kak Ara dalam hati.

Sekian waktu, akhirnya Kak Ara membuka mulutnya.

"Kalian mau latihan di sana?"

"Beneran?" Kak Ara memastikan.

Suasana mulai mencekam.

"I-Iya Kak. Emang kenap-"

"Aku ijinin. Tapi jangan  jauh-jauh."

"Dan untuk kalian... "

Kak Ara menatap tajam ketiga gadis tingkat III akhir tersebut.

"Tetap waspada! Di sana memang tempat yang sangat bagus untuk berlatih. Punya lahan yang luas serta wilayah yang mendukung untuk peningkatan kekuatan kalian.  Intinya aku hanya minta sama kalian. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku pakai kalung kalian. Jangan gegabah! Tetap berada di wilayah yang udah ditandai. Kita gak tau bahaya  apa yang menanti. Aku cuma  pengen kalian gak kenapa-napa."

"..."

Hanya melodi angin yang terdengar. Semua terdiam. Jujur jarang sekali Kak Ara bersikap seperti ini.

"Eumm... Buat kaka-kaka semua. Ayo pulang. Keburu laper ini. Hehe." ucap Raisya berusaha mencairkan suasana.

"Aku juga Kak, ni perut udh ngereog minta dikasih jatah makan." Hali membalas sambil menepuk perutnya.

"Yaudah, yuk pulang." Kak Ara berjalan duluan.

Mereka berenam kembali melanjutkan perjalanan pulang.

                         °    °    °

Setelah makan, Trio gadis tingkat III berkumpul di kamar milik Melan.

"Kok aku jadi kepikiran ucapannya Kak Ara, ya?"

"Iya. Gak biasanya woi Kak Ara kayak gitu? Mungkin ada sesuatu? Tapi intinya kita turutin kata-katanya Kak Ara aja. Pasti aman kita."

"Bener... Bener... Yaudah ayo kita latihan."

Mereka keluar dari kamar lalu menuju Kak Ara untuk berpamitan.

"Hati-hati kalian. Jangan lupa pesan Kaka."

Ketiganya mengangguk lalu pergi.

Mereka tidak tahu bahwa perjalanan untuk berlatih sekaligus mencari tongkat kali ini membawa mereka ke dalam suatu mara bahaya ke depannya. Akankah mereka berhasil meningkatkan kekuatan mereka? Akankan mereka bisa menemukan tongkat yang hilang itu?

Entahlah. Mereka yang sedari kecil sudah tinggal bersama dan suka duka bersama. Kita hanya bisa berharap keajaiban dari persahabatan mereka menghancurkan semua mara bahaya dalam rintangan mereka.

🪄🪄🪄

Magic is in the air, may the universe blesses you!

Stars are shining, birds are chirping and chattering, also books are whispering. Tell to the universe the whole story, dear apprentieces!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top