Tujuh
Nasib anak kost, sudah capek kerja seharian pulang terpaksa harus mampir beli makan dulu kalau tidak mau tidur dalam keadaan lapar.
Siska, Lisa dan Lia memutuskan untuk mencari makan di sekitar pabrik agar nanti sampai kost mereka tak perlu lagi keluar kost untuk cari makan.
Lia menatap jengah pada Siska yang sedari tadi tak mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
"Makan hp nya di simpen dulu" tegur Lia yang tak di gubris oleh Siska.
Makanan pun datang setelah sepuluh menit mereka menunggu.
"Kamu nggak makan Sis? Ini keburu dingin lho" ucap Lisa yang kini mulai menyantap makanan yang tadi ia pesan.
Tiba - tiba Siska tampak terkejut.
"Eh, ini kok Rifkan pakai baju batik. Ada parsel buat seserahan lamaran juga. Jangan - jangan dia mau lamaran ini..." seru Siska melotot memperhatikan ponselnya.
"Masa sih, sini coba aku lihat" timpal Lisa yang melihat ponsel Siska.
Lia masih saja anteng dengan makanannya. Sedangkan Siska sudah lesu setelah melihat story whatsapp Rifkan. Rifkan terlihat tampan menggunakan kemeja batik. Di depannya ada berbagai macam parsel yang sudah di rias dengan begitu indahnya.
"Ini kok story nya gini ya? Kok kayak orang mau lamaran sih?!" seru Siska kembali.
"Lha terus kalau dia beneran lamaran memangnya kenapa?!" ketus Lia yang masih tetap fokus pada makannya.
"Lhoh kan kemaren katanya belum siap menikah. Ini kok tiba - tiba jadi gini" sahut Siska.
"Nggak siapnya kan kalau nikah sama kamu! Siapa bilang dia nggak siap nikah sama cewek lain" sahut Lia enteng, membuat Siska mewek.
"Jangan ngomong gitu lah mbak... Jahat banget sih. Kasian lho, nanti Siska nggak selera makan" ucap Lisa.
Lia tertawa lebar, "iya emang itu tujuan ku. Biar Siska nggak doyan makan. Haha"
Siska meletakan kepalanya di atas meja sambil merengek seperti anak kecil minta jajan.
"Lha terus ini gimana?" rengek Siska.
"Gimana apanya?!" seru Lia.
"Terus aku gimana.... Aku udah terlanjur cinta mati sama Rifkan"
"Halaah.... masih banyak laki - laki lain!!" sahut Lia.
"Tapi kayaknya aku udah nggak bisa lagi suka sama cowok lain deh mbak." ucap Siska membuat Lisa dan Lia melotot tajam.
"Terus sekarang kamu mau pindah haluan jadi suka sama cewek, gitu?!" seru Lia yang menggeser duduknya menjauh dari Siska membuat Lisa tertawa
"Ya enggak lah mbak.... Tapi aku beneran tergila - gila sama Rifkan. Jangan - jangan aku kena peletnya si Rifkan nih" seru Siska.
"Aduhh" teriak Siska ketika keningnya terasa sakit.
"Biar peletnya hilang" sahut Lia sambil tertawa.
"Lagian kamu ada - ada aja. Mana ada anak sekarang main pelet gitu!" seru Lia.
"Ada kok"
"Mana?"
"Aku" sahut Siska mendapat pelototan dari Lia.
"Sudah sudah, cepat selesaikan makannya keburu malam lho" seru Lia.
"Aku nggak selera makan. Tiba - tiba rasanya kenyang" sahut Siska.
"Beneran kalau gitu. Sini biar aku aja yang makan" ucap Lia mengambil piring makanan milik Siska. Lia mulai memakannya dengan lahap.
"Nanti tengah malam kamu lapar Sis kalau nggak makan" ucap Lisa
"Biarin aja, semoga besok dia masih hidup" ucap Lia membuat Siska tambah mewek dan Lisa malah tertawa.
***
Siska berjalan sendirian ke minimarket untuk membeli kebutuhan bulanannya. Tak perlu naik angkot karena antara kost dan minimarket hanya berjarak 50 meter. Hitung - hitung olahraga.
Tadinya Siska mengajak Lisa, tapi Lisa malas keluar dan malah menitip pada Siska.
Tak banyak yang ia beli, hanya perlengkapan mandi dan beberapa snack. Setelah membayar ia kemudian keluar dari minimarket.
"Siska.." Siska menoleh ketika merasa namanya disebut.
"Mas Raka?" gumam Siska melihat pria yang dulu pernah dikenalkan oleh Rifkan.
"Kamu disini?" tanya Raka.
"Iya, kost aku deket sini" sahut Siska.
"Ohh..."
"Kok mas Raka bisa sampai disini?" tanya Siska.
"Aku kebetulan lewat, ngrasa haus terus aku mampir kesini beli minum sekalian beli rokok" sahut Raka.
"Gimana kabar mu?"
"Baik" sahut Siska.
"Ya sudah, aku pulang dulu ya" ucap Raka hendak pergi.
"Emm mas!!"
Raka menoleh, "ya?!"
"Apa.. apa mas Rifkan bener sudah tunangan?" lirih Siska bertanya pada Raka.
Raka tersenyum canggung, "em...mamangnga Rifkan bilang sama kamu kalau dia tunangan?"
"Nggak... cuma dia kemarin aku lihat di story whatsapp kayak orang lagi mau tunangan gitu. Ada banyak parsel" ucap Siska.
"Sebenarnya yang kemarin lamaran itu aku, bukan si Rifkan. Tapi memang dia sengaja foto gitu biar kamu nggak berharap lebih lagi sama dia" sahut Raka.
"Kanapa begitu?"
"Maaf ya Sis, kalau menurut aku mending kamu lupain aja si Rifkan. Dia bilang dia risih karena kamu terus mendesak dia buat nikahin kamu" ucap Raka.
Siska terlihat merenung.
"Apa salahnya sih kalau aku pengen kita cepet nikah"
"Ya.... mungkin dia belum siap aja" sahut Raka.
"Kalau gitu selama ini dia nggak serius dong pacaran sama aku"
Raka tak enak hati pada mantan pacar temannya ini.
"Yaa enggak gitu juga Sis. Aku nggak ngerti juga. Mending kamu cari cowok lain aja. Lupain Rifkan" sahut Raka.
"Ya udah mas, makasih ya" ucap Siska.
"Aku balik ya" pamit Raka.
Setelah Raka menghilang, Siska melangkah tanpa semangat pulang ke rumah kost.
Ternyata selama ini mas Rifkan cuma main - maon sama aku. Dia nggak serius. Buktinya aku desak dia buat nglamar aku, dia langsung kabur.
Ya Allah, dekatkanlah jodoh ku.
***
........bersambung......
Semarang, 11 Mei 2020
Salam
Silvia Dhaka
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top