Satu
"Siska bangun sudah siang!!" suara indah itu selalu ku dengar, mengalun di setiap pagi ku.
Andaikan aku bisa hidup bebas tanpa harus bangun pagi pasti hidupku terasa begitu indah.
"Siska!!" mamak ku sudah berdiri di samping ranjang ku sambil membawa segayung air untuk ia siramkan kepada ku kalau - kalau aku nekat tidak mau bangun dari tidur cantik ku.
"Iya mamak nggak usah teriak - teriak begitu, nanti ada tetangga yang datang ke sini lagi seperti tempo hari" gerutu ku sambil turun dari ranjang.
Iya memang begitulah adanya, tempo hari ada tetangga yang datang ke rumah untuk bertemu dengan mamak. Dia mengaku terganggu dengan teriakan mamak saat membangunkan aku.
"Sudah sana cepat mandi lalu jagain si Sasa, emak mau ke sawah mau bantu bapak mu panen" titah mamak ku yang tidak bisa di ganggu gugat.
Mamak ku langsung pergi menggunakan sepeda motor menuju ke sawah untuk mengangkut padi - padi yag sudah dipanen lalu di bawa ke rumah. Hasil panen bapak dan mamak selalu banyak karena sawah mereka begitu luas, itu semua tinggalan dari kakek nenek ku dari bapak dan juga kakek nenek ku dari mamak namun ada pula yang bapak beli sendiri dari hasil panen yang begitu melimpah.
Dari hasil sawah itulah bapak bisa menyekolahkan mas Ari dan mbak Rika hingga jadi sarjana
Setelah lulus SMA dua bulan yag lalu kini aku sukses menjadi pengacara ( pengangguran banyak acara ) setiap pagi selesai sholat subuh aku langsung kembali ke singgasana ku yaitu ranjang besar ku dengan di kelilingi oleh kelambu berwarna pink, sudah seperti putri raja bukan.
Namun tidur ku tak bisa nyenyak karena mamak pasti sudah teriak - teriak membangunkan ku agar menjaga Sasa keponakan ku yang paling aku sayang. Tahu kenapa aku begitu sayang kepadanya, itu karena Sasa cantik dan semok sepeti ku kulitnya juga bersih, rambut nya hitam legam dan lurus tanpa harus di smoting. Dia juga bandel dan tidak cengeng, entah kenapa dia seperti duplikat ku padahal dia bukan anak ku. Sasa adalah anak dari kakak perempuan ku Rika tapi dia senang sekali nempel pada ku termasuk saat aku pergi dengan pacar ku Ahmad.
***
"Ihh apa sih gombal banget" kata Siska manja sambil cekikikan saat menerima telpon dari pacarnya, Ahmad.
"....."
"Besok Indah nikah yank, kita kapan nikahnya?" tanyanya sendu.
"..."
"Ya nggak buru - buru tapi teman - teman ku udah pada nikah lho, itu si Yuli juga minggu depan menikah. Yuli malah dari kelas tiga SMA udah di lamar sama pacarnya" sambung Siska merajuk.
"Ehemm!!" Rusli sengaja berdehem di belakang putrinya yang sedang asik pacaran via telpon, dan itu sukses membuat putrinya terkejut.
"Bapak ngagetin aja sih" seru Siska sambil mengusap dadanya.
"Udah dulu ya, nanti malam kita sambung lagi" kata Siska pada orang yang sedang menelponnya.
"Kamu itu dibilangin jangan pacaran dulu kok ngeyel. Kamun itu kan masih kecil" kata Rusli yang kini sudah duduk di sebelah Siska.
"Masih kecil gimana pak, orang teman - teman aku udah pada nikah semua. Masak aku cuma pacaran aja nggak boleh. Kalau nggak boleh pacaran mending langsung di nikahkan aja" sahut Siska tanpa pikir panjang.
"Kamu ini bocah di nasehati orang tua malah ngeyel" seru Rusli.
"Kamu masih pacaran sama si orang jangkung itu?" tanya Rusli.
"Siapa? Ahmad?" tanya Siska pada bapaknya.
"Lah iya siapa lagi!" seru Rusli
"Ya masih lah, memangnya bapak ngarepin kita putus?" tanya Siska yang seolah menantang bapaknya, yah begitulah karakter Siska keras kepala dan susah di atur.
"Kalau bisa sih buruan putus" sahut Rusli datar.
"Kok bapak jahat banget sih, aku mau nikah sama Ahmad tau" sahut Siska.
"Jangan sama dia, kalian itu kalau di hitung menurut weton dan tempat tinggal sudah tidak boleh menikah" kata Rusli
"Lalu aku harus menikah dengan siapa pak? sudah tiga kali bapak nolak lamaran orang yang mau minang aku lhoh. Memangnya bapak mau aku jadi perawan tua yang nggak laku?!" kata Siska yang sudah terbawa emosi.
"Bukan begitu, tapi dari semua laki - laki yang melamar kamu itu setelah di hitung - hitung weton kalian nggak jodoh ndok" sahut Rusli.
"Terserah bapak! " gerutu Siska sambil berjalan meninggalkan bapaknya.
"Bocah ngeyel!! Semua ini bapak lakukan demi masa depan mu agar bisa hidup bahagia" seru Rusli saat mendengar gerutuan dari putri bungsunya.
"Oooallahh Gusti.... Gusti... nyidam apa dulu mamak mu itu kok bisa jadi bocah bandel minta ampun kayak kamu ini!" seru Rusli sambil mengusap - usap dadanya.
"Ada apa sih pak teriak - teriak, malu didengar tetangga" istri Rusli datang dengan membawakan segelas teh.
"Harapan kita cuma sama Siska buk, bapak nggak mau Siska gagal berumah tangga seperti Ari dan Rika" kata Rusli sambil melihat nanar ke langit - langit rumahnya.
"Mungkin cara penyampaian kita saja yang kurang bener" sahut istri Rusli.
"Ck, harus ngasih perngertian bagaimana lagi sama bocah itu" gumam Rusli.
***
.......bersambung.....
Semarang, 1 Mei 2020
Salam
Silvia Dhaka
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top