Lima

Pagi yang begitu indah. Suara kicauan burung menambah pagi ini menjadi lebih menyenangkan.
Siska melangkah dengan sangat ringan, seperti tanpa beban. Hubungannya dengan Ahmad sudah selesai. Kini ia hanya terfokus dengan hubungannya bersama Rifkan.
Ya, Rifkan. Laki - laki yang berjanji akan membawa hubungan mereka ke tahap yang lebih serius. Kenapa tidak, Rifkan sudah bekerja. Mungkin juga sudah siap berumah tangga.
Membayangkan akan segera di lamar Rifkan membuat senyumnya terus saja mengembang.

"Woi!! kenapa kamu senyum - senyum terus?" Lia datang mengagetkan Siska. Membuat lamunannya tentang masa depan pernikahannya buyar seketika.

"Ngagetin aja sih mbak!" seru Siska.

"Hahaa lagian kamu senyum - senyum sendiri. Jangan - jangan habis liat film porno ya?!"

"Isshhh...." Siska mendengus mendengar ucapan Lia yang ngawur.

"Bau - baunya orang lagi seneng nih" ucap Lia.

"Aku kayaknya udah mantep sama yang ini deh mbak" sahut Siska membuat Lia bingung.

"Yang ini mana? Ahmad?!" tanya Lia tak mengerti. Sebab yang ia tahu Siska masih galau sama Ahmad yang tak kunjung melamar.

Siska menggeleng.

"Siapa sih?!"

"Pacar ku... Namanya Rifkan"

"Kamu punya pacar baru?!" seru Lia.

Siska tersenyum.

"Terus si Ahmad?"

"Udah aku putusin" sahut Siska.

"Kenapa kamu putusin? Kamu bilang Ahmad orangnya baik, nggak neko - neko. Ibadahnya juga bagus" ucap Lia.

"Iya mbak, tapi aku nggak bisa. Aku maunya buru - buru nikah. Tapi dia harus nunggu lulus kuliah dulu. Belum lagi nyari kerja. Bayangin aja, itu butuh waktu berapa tahun coba" sahut Siska.

"Sis... Sis... nikah itu nggak seenak yang kamu bayangin. Kalau aku lihat nih ya, kamu itu belum pantes jadi istri. Kamu ini masih kecil. Udah lah kamu main - main dulu aja. Puas - puasin tuh nongkrong, plesiran, mlancong sana sani sebelum kamu terikat dengan yang namanya pernikahan" ujar Lia panjang lebar.

Siska menjatuhkan kepalanya di atas meja.

"Hhhh lha pacar mu yang ini orang mana? Udah kerja?" tanya Lia.

"Orang sini. Udah kerja kok. Makanya aku mutusin Ahmad, soalnya dia kayaknya udah siap nikahin aku deh mbak" sahut Siska.

"Kenal berapa lama kamu?"

"Baru... Tapi kayaknya aku bener - bener sayang sama dia. Aku bener - bener berharap sama Rifkan"

"Hhh ya sudah. Tapi inget lho pacaran jangan sampai kebablasan!" seru Lia.

"Iya...iya..." sahut Siska.

***

Malam hari Siska duduk di depan sudah siap di jemput Rifkan. Rencananya mereka akan mencari makan malam.
Selesai makan malam Siska dan Rifkan menikmati malam di taman kota.

"Kamu kapan mau main ke rumah ku mas?" tanya Siska.

"Ya... jangan sekarang lah dek. Kita jalani dulu saja. Lagian kita baru kenal sebentar" sahut Rifkan menenangkan.

"Tapi kamu beneran serius kan sama aku mas"  desak Siska.

"Ya sesius lah dek. Kapan aku pernah main - main sama kamu. Aku cuma butuh waktu. Nggak buru - buru" sahut Rifkan.

"Tapi kamu sayang kan sama aku..."

"Iya sayang...." sahut Rifkan menarik Siska dalam pelukannya.

"Aku udah nggak mau main - main lagi. Aku mau nya di halalin mas" sahut Siska.

"Iya.... aku tahu" sahut Rifkan.

"Hai Rif..." seru seorang pria tiba - tiba datang menyapa Rifkan.

Rifkan melepaskan pelukannya pada Siska, "woii Raka.... disini kamu?" tanya Rifkan melihat temannya.

"Iya... Eh ini siapa? Cewek baru ya..."

"Oh ini kenalin, pacar ku" ucap Rifkan pada Raka.

Raka mengukurkan tangannya pada Siska.

"Raka"

"Siska"

"Sendiri kamu?" tanya Rifkan pada Raka.

"Iya nih... Eh, tapi nggak nyangka lho aku, kamu bisa punya cewek secantik ini" ucap Raka membuat Siska tersenyum padanya.

Akhirnya tak terasa hari sudah terlalu larut. Saatnya Rifkan mengantarkan Siska pulang ke kost dan berpisah dengan Raka.

"Aku masuk dulu ya..." ucap Siska saat akan masuk ke rumah kost.

"Iya... nanti kalau udah sampai rumah aku wa" sahut Rifkan.

"Iya... hati - hati" ucap Siska lalu masuk ke dalam.

***

Dua bulan telah berlalu semenjak Siska memutuskan untuk berpacaran dengan Rifkan.
Entah hanya perasaannya saja atau apalah ia tak mengerti. Semakin hari semakin berjarak antara dirinya dengan Rifkan.
Sudah seminggu ini Rifkan tak memberinya kabar apapun. Entah chat ataupun telpon.
Dan sudah dua minggu juga meraka tak bertemu.

"Kenapa sih, susah banget di hubungi" gerutu Siska.

"Kenapa Sis?" tanya Lisa yang muncul di kamarnya.

"Tau nih si Rifkan!" seru Siska.

"Bukannya kalian lagi anget - angetnya. Kalian kan baru dua bulan pacaran" sahut Lisa.

"Apa si Rifkan mulai bosen ya sama aku...." gumam Siska.

Lisa menyerngit, "kenapa kamu ngomong gitu?"

"Yaa tau aja... Aku juga asal nebak aja" sahut Siska.

"Hati - hati kalau ngomong. Mulut mu harimau mu lho" ucap Lisa.

"Ih jangan ngomong gitu lah. Bikin takut aja kamu Lis" sahut Siska.

"Udah deh, ngobrol lanjut besok lagi. Aku numpang tidur disini ya" ucap Lisa lalu memejamkan matanya.

"Lha emang kamar mu kenapa?"

Lisa kembali membuka matanya kemudian meringis menampilkan deretan giginya.

"Aku takut tidur sendiri. Tadi sore aku habis lihat film horor sama si Luna"

"Huh makanya!! Besok di ulangi lagi biar ikut tidur disini lagi. Dasar!!" seru Siska melempar bantal ke arah Lisa.

***

       
       .......bersambung......

Semarang,  6 Mei 2020

Salam

Silvia Dhaka

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top