33. Begini Rasanya Kehilangan
Minggu berikutnya saat Rhea harus tampil lagi di kafe, Rhea menegaskan pada Gibran, dia harus mengantar pulang Rhea.
"Kamu langsung percaya aja sama cowok berlogat Jawa itu saat dia bilang dia yang akan ngantar aku pulang. Gimana kalau ternyata dia orang jahat mau nyulik aku atau mau ngapa-ngapain aku?" omel Rhea setelah di minggu pertama, meninggalkannya lebih dulu dan percaya saja pada Lintang.
"Karena ... tampangnya cowok baik-baik gitu, Rhe. Sikapnya sopan. Dia nunjukin foto kamu mulai dari kecil sampai sekarang," sahut Gibran.
Rhea terbelalak. "Apa? Dia nunjukin fotoku sejak aku kecil? Dia simpan di mana fotoku itu?"
"Ada di dompetnya. Ada juga foto dia berdua kamu. Kayak mesra gitu. Jadi, ya aku percayalah saat dia bilang kamu calon istrinya."
"Apa?!" Suara Rhea lebih keras dari sebelumnya. "Dia ngaku-ngaku aku calon istrinya?" lanjutnya masih dengan suara keras.
Walau di dasar hatinya dia pun terkejut mengetahui Lintang menyimpan fotonya sejak dia kecil di dompetnya. Apakah Lintang sungguh-sungguh mencintainya sebesar dan setulus itu?
Minggu malam selanjutnya itu, Lintang hanya bisa mengikuti dan menjaga Rhea dari jauh. Dia biarkan Gibran yang mengantar jemput Rhea karena dia melihat Gibran benar-benar hanya bersikap sebagai teman pada Rhea.
Lintang tidak lagi memaksakan diri muncul di hadapan Rhea dan menunjukkan perhatiannya. Bukan berarti dia menyerah. Dia hanya tak ingin membuat Rhea malah menjadi semakin anti padanya
Dia harus menggunakan tak tik lain untuk meluluhkan hati Rhea lagi.
Lintang juga tidak lagi datang ke kampus Rhea untuk menjemputnya pulang setelah dia diomeli teman Rhea.
Bukan karena omelan teman Rhea yang membuat Lintang berhenti, tapi kenyataan bahwa Rhea tidak jujur pada temannya. Rhea mengatakan pada temannya bahwa Lintang adalah penguntit yang terobsesi padanya, mengikuti Rhea ke mana saja.
Lintang juga berhenti mengirim pesan menyapa Rhea setiap hari seperti kebiasaannya sebelumnya. Dia memutuskan tidak ingin mengganggu Rhea lagi.
Awalnya, Rhea tak menyadari Lintang yang mulai menghilang dari kehidupannya. Dia baru menyadarinya tiga minggu kemudian. Setelah kesibukan kuliah dan mencari uang membuatnya tak sadar Lintang tak pernah mengiriminya pesannya lagi.
Tak ada lagi sapaan apakah dia sudah makan? Bagaimana kuliahnya? Apakah dia sudah bayar kos? Dan lain-lainnya.
Dan anehnya, baru sekarang Rhea merasa kehilangan segala perhatian Lintang itu. Sekarang ini, ketika kesibukannya mulai berkurang. Ujian akhir semester telah selesai, dia tidak harus ke kampus setiap hari.
Setelah berbulan-bulan dihujani perhatian Lintang, kini dia merasa kosong.
Rhea mengambil ponselnya. Memilih kontak Lintang di whatsapp chat.
Mas, apa kabar? ketiknya. Namun buru-buru dihapusnya setelah dia sadar kata-kata itu terlalu berlebihan.
Dia pun baru ingat, sudah sekian lama dia tidak memanggil Lintang dengan sebutan "Mas".
Hingga beberapa jam kemudian, Rhea masih ragu mengirim pesan pada Lintang.
Namun entah mengapa, esok harinya, rasa kehilangan itu semakin terasa. Sulit baginya mengakui, ternyata dia masih punya perasaan rindu pada Lintang.
Sebelum Lintang datang dan bekerja di Jakarta, Rhea juga tidak bertemu Lintang. Tapi saat itu, tiap hari Lintang mengiriminya pesan.
Lintang tak pernah menyerah walau terkadang jawaban Rhea terkesan tak peduli.
Tapi kali ini, Rhea merasa seperti kehilangan sesuatu saat tak ada satu pun pesan dari Lintang masuk ke ponselnya.
Lagi di mana? Akhirnya Rhea memutuskan mengirim kalimat itu.
Namun, betapa hancur hatinya ketika hingga esok hari, pesan itu tidak dibalas, padahal jelas ada tanda dibaca dan dikirim.
Perasaan Rhea tak keruan. Apakah Lintang marah padanya karena merasa selalu diabaikan Rhea? Apakah ... Lintang tidak mencintainya lagi?
Air mata Rhea menitik. Ternyata diabaikan itu rasanya menyakitkan. Dia bisa membayangkan, seperti inilah yang dirasakan Lintang ketika pesannya sengaja tidak dibalas Rhea.
Hingga beberapa hari kemudian, masih tak ada balasan dan tak ada kabar dari Lintang. Rhea mulai cemas. Dia pun mendatangi tempat kos Lintang.
Beruntung ketika pertama kali Lintang datang ke sini, Rhea membantunya mencarikan tempat kos. Walau pun kemudian Rhea tidak pernah ke tempat kos Lintang lagi.
"Permisi, Mas," sapa Rhea pada seorang lelaki muda yang baru saja keluar dari pagar rumah kos yang ditinggali Lintang.
"Ada apa ya?" Pemuda itu balik bertanya.
"Mau tanya, kenal sama yang namanya Lintang yang kos di sini?"
"Iya, tau. Kamarnya sebelah kamar saya. Kenapa?"
"Apa Lintang sedang ada di kamarnya? Tolong sampaikan temannya orang Jogja mau ketemu," jawab Rhea.
"Oh, Lintangnya nggak ada."
Kening Rhea berkerut.
"Ke mana ya? Ini kan hari Minggu. Dia harusnya libur kerja, kan?" tanyanya.
Pemuda itu memicingkan mata menatap Rhea.
"Mbak ini siapanya Lintang?"
"Saya tetangganya di Jogja. Tapi sekarang sedang kuliah di Depok," jawab Rhea.
Pemuda itu mengangguk-angguk.
"Oh, memangnya nggak dikasih tau sama Lintang? Dia mudik ke Jogja sejak dua hari lalu. Sudah berhenti ngekos di sini."
Rhea terbelalak. "Berhenti kos di sini? Memangnya dia nggak pengin balik ke sini lagi?" Rhea menahan rasa panik.
"Katanya lebih enak tinggal di kampungnya. Masih tenang."
"Oh. Oke deh. Makasih infonya, Mas," sahut Rhea. Lalu dia pun meninggalkan tempat itu.
Mas Lintang pulang kampung nggak bilang-bilang. Ninggalin aku gitu aja. Calon suami macam apa kayak gitu? gerutu Rhea dalam hati.
Matanya membelalak saat dia menyadari telah menyebut Lintang sebagai calon suami.
Rhea menggigit-gigit bibirnya. Dia lelah berpura-pura. Lintang benar. Dia masih menyukai Lintang. Dia menghindar dari Lintang hanya karena ingin tetap terlihat single di hadapan teman-teman JOJOBA-nya. Selain karena memang dia tidak suka istilah dijodohkan, meski pun laki-laki yang dijodohkan dengannya adalah laki-laki yang disukainya.
Dia tak ingin tradisi kuno itu menang di masa sekarang ini.
**=====**
Hai, teman-teman.
Met malming. Update lagi nih kisah JOJOBA.
Tunggu update berikutnya ya 😉
Salam,
Arumi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top