29. Kompak

"Tinggal Loli yang belum datang ya?" Anka menyapu pandangan kepada tiga temannya.

"Ehem, Loli bakal datang bareng seseorang," kata Ara, kedua sudut bibirnya membentuk setengah senyum.

"Eh, Loli mau datang sama siapa?" tanya Kanya.

"Pacarnya?" tebak Rhea.

"Hah? Jadi, benar Loli udah punya pacar? Eh, Jojoba bukannya udah janji nggak pacaran sampai kita semua lulus kuliah?" tanya Anka.

"Benar, kita udah janji begitu. Supaya kita fokus nyelesein kuliah dulu," sahut Kanya.

"Nggak kok, bukan pacar Loli. Setahuku sih mereka belum pacaran. Cuma mereka udah dekat banget dan ... bisa aja kedekatan mereka berkembang ke arah lain." Ara mengklarifikasi.

"Eh, penasaran nih, Loli mau datang sama siapa sih?" tanya Rhea.

"Lihat aja nanti deh," jawab Ara sambil senyum-senyum, membuat ketiga temannya semakin penasaran.

Loli terlambat lima belas menit dari waktu yang telah disepakati. Saat terdengar suara motor berhenti di depan pintu pagar, Ara segera berdiri.

"Itu Loli," ujarnya sambil tersemyum lebar

"Loli naik motor?" tanya Anka heran.

Serentak seolah ada yang memberi komando, keempat gadis itu menuju pintu melongok keluar pagar.

"Bukan Loli yang nyetir, dia dibonceng Yoga. Loli kan ke mana-mana selalu bareng Yoga," tanya Rhea.

Anka tersenyum-senyum. "Oh iyaya, Loli ke mana-mana dianter Yoga. Mereka udah kayak pacaran aja," katanya.

"Yoga ikut datang ke sini karena aku minta dia bantuin motret kita. Hasil potretannya kan bagus," ucap Ara, meluruskan dugaan teman-temannya.

Tanpa perlu dibukakan pintu pagar, Loli membuka sendiri pintu pagar yang tidak dikunci itu. Yoga membawa masuk motornya dan memarkirnya di carport Ara yang cukup luas.

Kemudian Loli dan Yoga menuju pintu masuk utama yang dibiarkan terbuka. Anka, Rhea, Kanya dan Ara yang semula asyik mengintip Yoga dan Loli dari balik jendela, bergegas kembali duduk di sofa.

Anka kembali pura-pura sibuk mengutak-atik blognya, Kanya pura-pura serius memperhatikan blog Ara. Rhea langsung meraih majalah di meja tamu dan pura-pura sibuk membaca, sedangkan Ara pura-pura sibuk melihat-lihat aksesoris yang dibawa Kanya.

"Assalammualaikum," sapa Loli dan Yoga berbarengan.

"Waalaikumussalam," jawab Ara, Anka, Kanya dan Rhea kompak sambil memalingkan pandangan mereka ke Loli dan Yoga yang melangkah masuk ke ruang tamu.

Loli merasa aneh melihat pandangan keempat teman-temannya dan senyum yang jelas sekali mereka tahan.

"Udah pada kumpul semua nih?" tanya Loli, dia duduk di sofa yang masih kosong.

"Kami udah ngumpul dari tadi, kami kan selalu tepat waktu," sahut Kanya.

"Sori deh, aku telat dikit. Tadi mesti mampir ke kantor Teens dulu." Loli memberi alasan.

Untunglah sofa yang tersedia di ruang tamu rumah Ara yang luas itu cukup untuk menampung keenam anak muda itu. Yoga duduk di kursi yang paling jauh.

"Hai, aku boleh ikutan kumpul, kan? Wah, jadi nggak enak nih, aku cowok sendiri," ucap Yoga kepada empat gadis yang sedang memandanginya dengan tatapan menilai.

"Ya bolehlah, Yog. Aku kan emang minta tolong kamu bantuin Kanya motret aksesoris rancangannya. Boleh kan, Loli?" jawab Ara sambil bertanya pada Loli.

Loli tersentak sesaat,merasa curiga mendengar nada suara Ara.

"Kenapa minta izin aku? Terserah Yoga mau bantuin atau nggak. Yang punya kamera dan jago motret kan Yoga," jawab Loli menahan kesal.

"Ooh, kirain Yoga ..." ucap Rhea terputus.

"Kirain apa?" potong Loli cepat sambil mendelik ke arah Rhea membuat Rhea menciut.

"Eh, nggak kok, kirain Yoga lagi ada tugas bareng kamu, Lol. Gitu loh," sahut Rhea menjelaskan maksudnya.

"Aku nggak keberatan bantuin Kanya. Fotografi memang hobi dan kerjaanku. Lagian, teman Aurolia udah aku anggap temanku juga. Boleh kan, aku nganggap kalian teman?" kata Yoga sambil menatap satu per satu teman-teman Loli itu.

"Aurolia?" tanya Anka sambil mengangkat alis.

"Aurolia itu nama asli Loli," sahut Ara.

"Iya, aku ingat. Tapi, Yoga manggil Loli Aurolia? Panjang bener ya," kata Anka.

"Kan panggilan spesial. Iya, kan, Yog?" ucap Kanya lalu menoleh ke Yoga.

Yoga tersenyum lebar. "Yaah, karena menurutku kalau semua orang manggil Loli, jadi pada nggak nyadar kalau aslinya nama Loli itu bagus, Aurolia." Dia menjelaskan alasannya.

Ara, Kanya, Anka dan Rhea terpana memandang Yoga. Mereka memiliki dugaan yang sama, itu tanda-tanda Yoga menyukai Loli.

"Eh, maaf ya, Yog. Tapi, tarif motretnya mahal nggak ya? Aku mau ngitung budget-ku dulu," tanya Kanya.

"Eits, soal tarif motret, biar aku yang ngurus, Nya. Karena yang minta bantuan Yoga kan aku. Dan udah pasti aku nggak akan minta bantuan Yoga secara cuma-cuma. Yoga kan fotografer profesional dan motret itu nggak gampang." Ara menyerobot menjawab.

Kanya menoleh ke Ara dan mengerutkan kening. "Maksudmu, kamu yang bayar jasa Yoga motret, Ra? Tapi ini buat kebutuhanku, masa kamu yang bayar," protes Kanya.

"Nanti kan aku dipotret juga," sahut Ara.

"Kamu dipotret karena aku minta tolong kamu jadi model buat aksesorisku. Harusnya aku bayar kamu juga, Ra," bantah Kanya.

"Yaelah, Nya. Aku bukan model profesional. Nggak perlu dibayar. Aku ini sahabat kamu," ucap Ara.

"Gini aja deh, supaya adil, kita patungan aja gimana? Maksudku patungan buat biaya tarif motret," usul Anka.

"Ladies, aku boleh ngomong?" interupsi Yoga yang mulai tak tahan mendengar perdebatan gadis-gadis itu.

Kelima gadis itu pun kompak menoleh ke Yoga.

"Supaya adil, kalian nggak perlu bayar apa pun ke aku. Aku kan udah bilang, teman Aurolia udah aku anggap temanku juga. Lagian, aku memang hobi motret. Motretnya juga digital. Aku nggak ngeluarin biaya apa-apa," kata Yoga setelah yakin perhatian semua gadis itu terfokus padanya.

"Ra, kita batalin aja deh janji JOJOBA. Aku setuju kalau Loli mau pacaran sama Yoga. Di mana lagi Loli bisa nemu cowok sebaik Yoga? Kalau harus nunggu kita semua lulus kuliah, Yoga bisa keburu disamber cewek lain," kata Kanya. Dia menyebut nama Ara tapi matanya masih tertuju ke Yoga dan dia tersenyum.

"Kanya! Ngomong apa sih kamu?" protes Loli.

Alis Yoga terangkat, dia menahan senyum geli. "Ada janji apa di Geng JOJOBA?" tanyanya.

Loli memberengut melihat tingkah teman-temannya. Entah apa definisi dari yang dirasakannya saat ini. Dia kesal diledek teman-temannya, tapi di sisi lain diam-diam dia merasa senang. Serasa ada yang menggelitik bagian dalam perutnya.

"Soal itu kita obrolin nanti. Sekarang kita mulai dulu deh foto-fotonya," ajak Ara.

"Oke, kita mulai sekarang ya. Pertama, foto dulu aksesoris buatanku satu persatu. Setelah itu, baru deh kita foto masing-masing sedang memakai aksesoris buatanku ini. Aku akan mendandani kalian. Aku juga menjual syal, dan hijab," kata Kanya.

Ara, Anka dan Rhea mengikuti saja instruksi Kanya. Bahkan Loli juga mulai melupakan rasa kesalnya dan menurut saat Kanya mendandaninya dengan kalung, jepit rambut, syal, gelang, bros, apa pun hasil kreasi Kanya yang bergantian disematkan di tubuh teman-temannya lalu satu persatu diabadikan oleh Yoga dengan kamera nikonnya.

"Loli, jadi sebenarnya, gimana sih hubunganmu sama Yoga?" tanya Kanya saat ia mendadani Loli di kamar Ara.

"Maksudmu, hubungan apa nih?" sahut Loli balik bertanya.

"Kalian saling suka ya? Suka yang lebih dari sahabat gitu?" lanjut Kanya memperjelas maksud pertanyaannya.

Mood Loli kembali turun mendengar ucapan Kanya itu.

"Memangnya aku dan Yoga nggak boleh saling suka?" sahut Loli lagi-lagi malah balik bertanya.

Kanya menghentikan gerakannya menyimpul scarft yang melilit leher Loli.

"Jadi, kamu dan Yoga beneran punya hubungan spesial lebih dari sahabat?" tanya Kanya lagi seraya menatap Loli penuh selidik.

"Kalau aku dan Yoga nggak saling suka, nggak mungkin kami awet sahabatan sampai sekarang, kan?"

Kanya terlihat kebingungan.

"Kalian ini sahabatan aja atau pacaran juga?" tanya Kanya lagi semakin penasaran.

Loli tertawa mendengar pertanyaan Kanya untuk yang ke sekian kali ini.

"Ya ampun, aku tuh udah lama kenal Yoga. Dari kelas satu SMA. Kami sering ngerjain tugas bareng, kemping bareng. Aku udah tau jeleknya dia, mata belekannya habis bangun tidur, saat dia ingusan dan saat-saat terjeleknya. Aku dan Yoga cuma sahabatan aja. Ilfil tau kalau ingat jeleknya dia," jawab Loli.

"Eits, tunggu. Kok kamu bisa tau mata belekannya habis bangun tidur? Emangnya kalian tidur bareng?"

Loli mencubit pinggang Kanya.

"Aww! Ih, sakit, Lol" pekik Kanya.

"Ngaco! Gila apa aku tidur bareng dia? Bisa-bisanya kamu mikir kayak gitu, Nya. Kami pernah kemping bareng. Aku pernah lihat dia keluar dari tendanya dengan mata masih belekan dan nguap lebar banget. Ingat ya, tenda kami misah lho! Cewek sama cewek, cowok sama cowok."

"Lha, salah kamu sendiri tadi bilang lihat Yoga habis bangun tidur. Orang kan jadi mikirnya gimanaaaa gitu," sahut Kanya.

Loli hanya mencebik.

"Lagian ya, Lol, justru karena kamu udah kenal Yoga lama, kalian jadi apa adanya, nggak ada pura-pura, nggak ada jaga imej. Kalau kalian suka, itu benar-benar tulus," lanjut Kanya.

Loli memelotot, sedangkan Kanya tersenyum sambil mengangguk-angguk.

"Maksud kamu apa sih, Nya, senang banget nuduh aku pacaran sama Yoga? Memangnya nggak bisa, cewek dan cowok bersahabat dekat tanpa dicurigai punya perasaan lain selain murni persahabatan?" tanya Loli.

Lagi-lagi Kanya hanya tersenyum lebar.

"Yah, kita lihat aja nanti gimana perkembangannya," kata Kanya.

"Oke, kamu udah siap difoto. Paduan scarft dan rompi batik ini keren, kan?" lanjut Kanya memuji hasil kreasinya sendiri.

Loli hanya mengerucutkan bibirnya, lalu melangkah keluar kamar Ara menuju ruang tamu.

Di ruang tamu, Anka sudah mulai mem-posting foto-foto yang sudah diambil lebih dulu oleh Yoga ke dalam blog baru Kanya yang baru dibuatnya.

"Kreasi KanYa" itu nama toko online Kanya. Anka memasukkan juga fotonya sendiri yang tadi didandani dengan gaya hijab stylist kreasi Kanya.

Anka jadi terlihat berbeda, lebih feminin dan semakin terlihat manis. Dia ternyata fotogenik, tampak bagus difoto dengan dandanan kreasi Kanya.

Sementara Yoga baru selesai memotret Rhea yang juga jadi tampak berubah setelah didandani Kanya.

Rhea yang juga biasa tampil tomboi, kini tampak feminin dan bergaya etnik. Sedangkan Ara yang memang sudah biasa tampil lebih feminin dibanding Anka dan Rhea, tampak tak berubah banyak dibanding penampilan biasanya.

Rambutnya yang lurus sepanjang bahu dibiarkan tergerai, dihiasi jepit kreasi Kanya di bagian kanan. Dia memakai kalung bahan batik perca warna warni yang dibentuk bunga, ditambah gelang rangkaian batuan warna-warni kreasi Kanya.

"Ternyata kita berbakat ya jadi model. Keren lho ini hasilnya," kata Anka yang masih sibuk mengatur foto di blog Kanya.

Kanya tersenyum bahagia melihat hasil foto yang sudah dipasang Anka di blognya.

"Girls, kalian memang sahabat yang luar biasa," katanya dengan suara keras sambil memandangi satu per satu Geng JOJOBA.

**=======**

Haai, teman-teman.

Makasih buat yang masih terus baca cerita ini 🤗

Oh iya, di sini ada yang suka tik tokan? Saling follow yuk. Aku baru bikin tik tok nih 😁

Salam,

Arumi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top