Sold Out
"Kemana aja sih Li?"
Prilly bertanya dengan nada khawatir melihat Ali baru pulang. Dilihatnya jarum jam di dinding sudah menunjuk ke angka 2 dini hari. Jam 2? Sedari tadi Prilly gelisah. Ponsel Ali tak juga bisa dia hubungi. Kemana? Dimana?
"Lo belum tidur? Kenapa?"
"Gue nguatirin lo, kenapa nggak biasanya pulang telat sampai lebih dari jam 12 malam..."
"Duhh kenapa lo repot banget nungguin gue, gue lagi sibuk nyiapin surprise buat Pricil, nata tempat buat besok..."
"Sampai jam segini?"
"Diajak Gibran tadi nongkrong dulu sebelum pulang, sekalian gue ngatasin nervous dan pingin dapet masukan dari dia gimana caranya bikin surprise yang berkesan, secara dia udah pernah naklukin ratu cuek sedunia jadinya selama ini gue sering nongkrong sama dia!"
Beruntung ya Pricil. Belum-belum udah dapat perhatian lebih. Dipikirkan bak cewek paling berharga hingga harus diberikan surprise yang luar biasa. Kapan Andreas bisa segitunya sama gue? Seketika Prilly iri.
"Berarti lo udah makan?"
"Udah."
"Ya udah, gue tidur duluan."
Ali mengangguk dan memandang punggung Prilly yang berlalu dari hadapannya yang sedang melepas sepatu lalu Ali masuk kekamarnya melepas jaket dan baju, meraih handuk dan keluar lagi dari kamar. Langkah kaki Ali yang menuju kamar mandi tertahan ketika melewati meja makan.
Terlihat tudung saji disana dan Ali mengeryitkan alis. Apa Prilly memasak untuk mereka dan sengaja menunggu?
Mungkin.
Tadi ponsel Ali memang tidak aktif karna low batt. Ali merasa tidak begitu penting juga mengaktifkannya karna sedang mempersiapkan surprise buat Pricil.
Ali membuka tudung saji dan benar saja. Ada ayam goreng yang terlihat sudah mengering dan ketika Ali menyentuhnya terasa dingin.
Sudah berapa malam ini Ali pulang menemukan makanan diatas meja makan. Rupanya setiap malam Prilly memasak dan menunggunya. Bahkan nasi didalam magic jar tidak tersentuh sepertinya. Ali menutup kembali magic jar yang mengebulkan asap hangat menyentuh wajahnya ketika dibuka.
'Apa Prilly nggak makan karna nunggu gue?'
'Apa tiap malam dia begitu?'
'Emang stupid tu anak, nunggu gue tapi guenya nggak ada jadi nggak makan juga?'
Ali mengurungkan niatnya kekamar mandi. Dengan handuk masih menggantung dibahunya Ali melangkah menuju pintu kamar Prilly.
"Eh tapi, nggak mungkinlah Prilly kayak gitu, mungkin juga dia udah makan sama Andreas, begitu pulang masak kayak biasa dan ternyata gue datangnya malem banget."
Tangan Ali yang bersiap mengetuk pintu kamar Prilly mengambang diudara. Akhirnya dia berbalik lagi menuju kamar mandi dengan keyakinan pasti Prilly sudah makan makanya dia nggak makan dirumah tapi memang sengaja nyediain buat dirinya.
Ali kembali ke meja makan dan duduk dikursi. Mengambil potongan paha ayam dan menggigitnya. Masih enak meskipun dingin.
Krik. Krik. Krik.
Bunyi jangkrik membuat Ali merasakan malam itu begitu sepi. Heii, kenapa rasanya kangen celotehan si Mpril? Biasanya kalau lagi makan sama-sama dimeja makan, suara itu anak selalu mengisi makan mereka dengan celotehan. Ceritanya begitu banyak. Candaan Alipun kadang menyelinginya. Kok rasanya kangen suasana seperti itu bersama Prilly? Sejak melakukan pendekatan dengan Pricil, Ali memang sedikit berubah demi menarik perhatian dia. Gadis yang lembut pasti suka dengan pria kalem juga pikir Ali.
Ali melirik ke pintu kamar Prilly. Selama pendekatannya dengan Pricil memang mereka sudah jarang sekali konyol bersama. Terakhir ada waktu bersama ketika ia dan Prilly sholat berjamaah magrib kapan lalu. Kan Ali sudah pernah berucap ingin mengimaminya sebagai latihan bila nanti sudah menjadi imam Pricil.
Begitu Ali menoleh kebelakang setelah sholat baru Ali sadari Prilly terlihat cocok dengan mukena putih bermotif bunga pink. Terlihat anggun dan manis. Begitu Ali mengulurkan tangan tanpa sadar Ali mendorong tangannya agar Prilly mencium punggung tangannya. Prilly juga tak sadar menunduk dan menciumnya tapi mendadak mengangkat wajah dan melotot.
"Idihh, kenapa gue nyium tangan lo?"
Ali menggaruk ekor rambutnya yang tak tertutup peci, bingung.
"Lah kan latihan kalau ntar gue udah jadi imamnya Pricil, kalau udah sah jadi bini gue kan baru boleh gue imamin, berarti kalau udah bini gue, dia bakal nyium punggung tangan gue, iyakan?"
"Ohh, ya ya," Prilly mengangguk-angguk sambil tersenyum.
Aih, kok manis sih senyumnya Mpril?
"Apa sih lo liat-liat?" Prilly membuka mukena dan mulai melipatnya.
"Lo manis ternyata."
"Ishhhh...."
Prilly cepat-cepat melipat sajadah dan berlalu dari hadapan Ali sambil menetralkan detak jantungnya sementara Ali memandang punggungnya dengan senyum aneh dan seketika berdebar mengingat senyum Prilly.
>>>>>>>
Ali menghentikan motornya diluar sebuah rumah mungil dan terlihat asri. Ali merasakan cewek yang berada diboncengannya turun dari motornya.
"Terima Kasih, Li..."
"Sama-sama, salam sama mama dan papa kamu ya," Ali tersenyum menatap teduh pada Pricil. Pricil mengangguk dan akhirnya menunduk ditatap Ali. Mungkin tatapan Ali sebenarnya melumpuhkan otot otot ditubuhnya.
"Aku permisi!"
"Terima Kasih untuk malam ini, Li!"
Ali hanya mengangguk dan tak ingin pembicaraan kembali pada surprise yang dilakukannya untuk Pricil tadi. Ali segera berlalu dari hadapan Pricil diiringi dengan lambaian tangan gadis yang nampak cantik dan anggun dimata Ali.
Ali menarik gas motornya sedikit kencang. Ingin segera tiba dirumah dan mendapati Prilly. Menceritakan pada Prilly bagaimana dia sukses membuat Pricil terkejut. Dan surprise itu bukan hanya membuat Pricil yang terkejut. Ternyata Alipun dibuat terkejut oleh Pricil.
Prilly tak bisa ikut diacara surprise itu karna Prilly sendiri sudah terlanjur menerima ajakan dinner Andreas di malam yang sama.
Ali menghela napasnya saat itu, merasa kecewa karna Prilly tak ikut merasakan bahagianya.
"Seumur-umur kenal sama lo, baru kali ini lo kelihatan cantik, tumben lo cantik hari ini?" Sebelum berangkat menjemput Pricil untuk memberi surprise pada gadis itu Ali melihat Prilly juga bersiap menunggu Andreas yang katanya mengajak makan malam. Ali sudah memaksanya mengajak Andreas ketempat surprise untuk Pricil tapi Prilly tak bisa karna Andreas bilang pertemuan malam ini penting.
"Enak aja, gue udah cantik dari lahir tauuu, emangnya lo, dari lahir udah bulukan...!" sahut Prilly dengan nada bercanda menghina Ali. Sebenarnya Prilly hanya mengalihkan perasaan ge-ernya dipuji Ali dan diam-diam mengagumi penampilan Ali yang gagah dan sepertinya jadi serasi berdiri disebelahnya karna mereka terlihat seperti couple memakai baju hitam-hitam.
Ali membuka pintu rumah dengan tak sabar. Pucuk dicinta Prilly belum tidur. Dia sedang duduk di Sofa seperti biasa menonton tv menunggunya. Kali ini Ali tak pulang larut, tak berniat nongkrong bersama teman-teman setelah memberi kejutan pada Pricil, justru ia ingin segera bertemu Prilly. Ia ingin berbagi hanya pada Prilly malam ini.
"Li, udah pulang?"
"Iyaaa, udah..."
Prilly mengeryitkan alis. Nggak asik jawaban Ali. Biasanya dia akan jawab dengan suara konyol. "Iyalah, udah tau juga baru pulang pake ditanya lagi!"
Ali berdiri didepan Prilly sambil membuka jaketnya dan mengeluarkan sebuket bunga dimana disitu ada kartu berbentuk hati yang sebelum dibuka didepannya bertuliskan A Love P. Dan kalau kartu itu dibuka akan ada tulisan dengan kalimat manis karangan Prilly.
Bunga yang cantik Untuk si cantik berhati cantik yang aku harapkan menjadi jodohku... I love you...
-Ali-
"Kok nggak dikasih sih Li? Bukannya tadi surprise buat Pricil mau dikasihkan sama dia?" Prilly bertanya dengan heran melihat bunga dalam genggaman Ali dan berdiri dari duduknya dengan keheranan.
Ali menyerahkan buket bunga itu pada Prilly dan Prilly menyambutnya bertambah bingung.
"Kok?" Prilly makin keheranan ketika Ali dengan lesu menghempaskan diri di Sofa.
"Buat lo aja bunga dan kartunya!"
"Kenapa?" Prilly bertanya masih berdiri mendekap bunga yang diberikan Ali padanya lalu mencium bunga hidup itu. Bunga itupun tadi sore dibeli bersamanya dan Ali menyuruh Prilly memilih karna yakin Pricil akan suka dengan pilihan yang Prilly sukai. Setahu Prilly harusnya buat Pricil tapi kenapa sekarang diberikan padanya?
Berbagai macam kata tanya selain yang sudah terucap juga menjadi kata tanya yang mengobrak-abrik isi kepala Prilly. Kenapa sih Ali?
"Li?"
"Pricil ternyata sudah sold out!"
Prilly ingin tertawa karna ucapan Ali 'sold out' itu. Tapi demi melihat wajah Ali yang muram Prilly seketika mendadak ikut sedih. Kasian Ali. Padahal hampir sebulan pendekatan dan sepertinya girang dan optimis sekali mendapatkan hati Pricil tapi harus menerima kenyataan kalau ternyata Pricil sudah ada yang punya.
Ali terlihat kecewa. Lebih dari kecewa. Bunga yang diberikan Ali sebagai pendamping surprise dengan halus dikembalikan oleh Pricil.
"Aku minta maaf, Li...."
"Maksudnya?" Ali sudah merasa tak tenang ketika Pricil menerima bunga dan mengembalikannya.
"Aku sedang menunggu waktu dengan seseorang, kami sudah berjanji setelah dia setahun bertugas dia akan kembali dan meminang aku!"
Rasanya runtuh dunia Ali tapi Ali berusaha tegar didepannya. Lalu kenapa selama ini Pricil seperti memberi harapan dan membiarkannya mendekati? Ali merasa di php. Tapi apa salah Pricil? Yang menyuruh mengejar bukan dia.
"Kamu terlalu baik, aku juga menyayangimu seperti sahabat pada sahabatnya!"
Ucapan Pricil tambah membuat Ali merasa selama ini ia terlalu banyak berharap.
Prilly maju selangkah mendekati Ali yang duduk tertunduk menatap lantai. Ikut sedih tentunya. Bagaimana tidak? Ali sudah banyak berubah karna Pricil. Tapi perubahan dan rasa kasihnya ternyata tak dibalas sesuai harapan.
"Li...." Prilly meraih kepala Ali dan mendekap didadanya. Merasakan apa yang dirasakan Ali. Kecewa. Dan harus menguburkan harapan pada gadis yang membuatnya sepertinya sudah jatuh dan mencinta.
"Mungkin Allah nyiapin cewek yang lebih baik dari pada dia buat lo, kan lo sudah banyak belajar ilmu ikhlas, apa yang disiapkan Allah lebih lo butuhkan daripada apa yang lo harapkan!"
Prilly mengelus kepala Ali yang berada didekapannya. Sedikit tenang Ali berada dipelukan Prilly yang sekarang duduk dilengan Sofa. Prilly menunduk mencium rambut Ali. Maksudnya untuk lebih menenangkan saja.
"Makasih, Mpril, gue beruntung masih punya lo, dedek gemesnya gue!"
"Lo babang gue yang paling perhatian dan jadi satu-satunya orang yang lindungin gue selama disini sementara Andreaspun tak selalu ada buat gue, gue pasti ada buat lo, babang sweethearhnya gue!"
Prilly melepas pelukan dan menemukan Ali mendongak menatapnya. Sedikit berdebar ketika mereka bertatapan. Baru kali ini mereka bertatapan dalam suasana yang syahdu tanpa keributan. Tangan Prilly yang berada dibahu Ali seketika berubah suhu dari hangat menjadi dingin ketika Ali meraih dengan mata masih menatapnya. Tangan Ali meremas dan mendadak merasakan ada sesuatu dijari Prilly yang menarik matanya untuk melihat tangan yang menyelip dijarinya itu.
'Cincin?'
Mendadak dada Ali berdenyut nyeri. Kenapa Ali merasa lebih sakit dan nyeri daripada ditolak Pricil melihat cincin yang melingkar dijari manis Prilly itu?
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Banjarmasin, 21 Oktober 2016
Hmmmm.....
Prilly memakai cincin?
Tunggu kelanjutannya ya...
Makasih teman-teman.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top