10 - BERSAMA MENANGIS
Oke sekali lagi aku kasih info jika saat membaca cerita di wattpad dan tampilannya amburadul dgn beberapa kalimat berulang2 itu bukan typo tp wattpad versi kalian belum di upgrade. Kan wattpad udah beberapa kali upgrade versinya krn feature mulmed di page. Jd dimohon diupgrade yah versi wattpadnya. Biar bacanya enak.. ^_^
Perihal warning 18+ yg kadang aku selipin ini hanya berjaga2. Bukan berarti aku harus membuat adegan dewasa tapi jika ada satu adegan yg sedikit menjurus kesana aku akan selalu memakai warning itu. Yg selalu baca ceritaku pasti mengerti. Dimohon pengertiannya.
Maaf belum balas coment kalian.
•••
Siang hari di depan mini market.
"Itu Feby bukan yah?" selidik Safir saat melihat perawakan wanita sexy sedang berdiri di depan toko bakery yang bersebelahan dengan mini market. Safir memang baru saja membeli minuman segar.
"Kayanya iya.." balasan pertanyaan dirinya sendiri membuat Safir menengok arah samping. Razi berdiri juga sambil menatap pergerakan Feby.
"Bikin kaget aja lo.." desah Safir. Razi hanya memasang wajah tenang.
"Bagas gimana keadaanya? Gue baru aja mau ke rumah sakit?" tanya Safir.
"Tadi gue udah ke sana. Masih dalam perawatan. Abang Aries udah hubungin gue tadi dia nggak bisa ke sana. Mau muter ke rumah kelurga."
"Lo bawa mobil nggak Fir..?" tanya Razi yang masih menatap teman kencannya Feby. Wanita ini begitu pintar menghilang membuat Razi semakin penasaran. Kunci membuka bisnis kotor si bapak tua adalah Feby. Ambisinya ingin menguak kelicikan si bapak tua. Feby harus bisa ia taklukan.
"Lagi dipake sama Raja and Rima." jawaban Safir membuat Razi melirik heran tak percaya. "Dunia mau kiamat?" tanya Razi, Safir tertawa.
"Oh iya tadi gue lupa pinjam game yang lo minta. Keadaan tak menyenangkan tiba-tiba terjadi." Razi hanya mengangguk. Bahkan mungkin tidak mendengarkan.
"Nih pegang.." Razi memberikan satu kantong plastik berisi aneka makanan ringan dan minuman."Apaan nih?"
"Lo pake aja mobil gue. Taro ini di belakang. Gue mau nyusul Feby dulu." Safir menghalangi tubuh Razi.
"Eitss.. Gue aja deh yang deketin Feby." tawar Safir. Razi menggeleng. "Gue akan mati penasaran kalo nggak bisa taklukin cewe murahan itu."
"Oke deh..mana kunci mobilnya?" tangan Safir meminta benda kecil itu.
"Nggak gue matiin mesinnya. Tuh dekat tukang parkir." Safir menggeleng dengan kelakuan Razi. "Oke bye..entar malam gue ambil tuh mobil di rumah lo." Razi berlalu mendekati toko bakery.
"Dasar sinting. Nggak tau apa gimana rasanya cari duit buat sesuap nasi dan segenggam berlian. Gue aja musti cuap-cuap biar digaji." gerutu Safir sambil membawa bungkusan plastik dan mendekati pintu mobil.
Ceklek.
Safir masih menggerutu ketika duduk di kursi kemudi."Sial bener gue ini hari pake acara tukeran mobil kan..." ucapannya terhenti saat melihat pemandangan sekitar. Di belakangnya duduk dua manusia yang bisa jadi merupakan sumber kesialannya hari ini. Kesialan Safir sepertinya akan dimulai.
"Hai Kak Safirrr.." panggil Raga.
"Kenapa jadi Kakak Safir yang di sini?" Raka menimpali.
"Sial apes lagi deh.." desis Safir lalu melirik ke arah kaca jendelanya. Razi si sialan itu sudah masuk ke mobil Feby dan pergi berlalu meninggalkan dirinya dan dua adik kembarnya.
Dan jangan lupakan...
Ceklek.. Pintu terbuka...
"Sorry Zi kelamaan taxi-nya tadi mogok.." Ratu langsung duduk nyata di sampingnya. Ratu masih memakai kemeja putih tadi pagi. Bedanya rambutnya sudah terlihat kering dan berkilau. Aroma parfumenya menyeruak seisi mobil.
"Lah..?" wanita itu juga sama terkejutnya. Ratu duduk manis di sampingnya?
"Kak mana titipan makanan kita?" tanya Raga sambil menarik kantong plastik yang masih berada di atas pangkuan Safir. "Minta dong Ga.." mereka saling memilih aneka cemilan yang dibelikan kakak super sialannya.
"Razi mana?" tanya Ratu menatap Safir.
Penasaran ekspresi Safir? Oh dia baru saja mengalami serangan jantung mendadak. Tak bergerak dan tak bisa bersuara. Becicitpun terasa berat. Ibarat bermain game mungkin tombol pause sedang diaktifkan. Rasanya kelu dan tidak bisa difungsikan di sana-sini. Terjebak dengan si kembar beserta Ratu ternyata mampu mematikan isi otaknya.
"Safir.." panggil Ratu lagi.
"Kak ayo dong jalan lama amat sih.." gerutu Raka sambil membuka makanan ringan. Ia bahkan memakannya dengan suara berisik. Alunan plastik bercampur mulut ramai si kembar menjadi musik menegangkan bagi Safir. Terlebih tatapan Ratu. Ia seperti terkena tilang. Seolah baru saja melakukan pelanggaran. Ini kejahatan tak sengaja.
"Safir.." suara indah Ratu kembali berkumandang di telinganya. Bagian tubuh Safir bisa tegang di beberapa titik. Safir menggeleng lalu menggigil seketika. Ratu mengernyit bingung tingkah saudaranya. Aneh dan asing yang dia dapat simpulkan tentang Safir. Oh dia memang tidak dekat dengan Safir.
"Kamu kenapa?" tanya Ratu sambil memegang lengan Safir. "Eh jangan dipegang.." larang Safir. Ratu merasa tidak enak. "Sorry.."
"Eh bukan begitu maksud gue.." Safir menjadi tidak enak sendiri. Haruskah ia menjelaskan kalau tangan Ratu sebelumnya sempat menjadi objek fantasy-nya?
"Kakak ayo kita berangkat.."
"Kak bird, Kak Razi mana?" sikembar bertanya. Panggilan macam apa ini? Safir jengkel bukan kepalang. Kenapa peristiwa memalukan itu masih diingat mereka?
Safir menelan ludahnya menatap ke depan. Tangannya ia lingkarkan di kemudi. Ia mengatur nafas lalu membuangnya. Matanya ia pejamkan untuk menetralkan kondisi psikis dan batinnya. Dan pada akhirnya ia menyesal dengan keadaan yang menimpanya.
Untuk pertama kalinya ia lebih menyukai keadaan berada di antara pasangan kuno Raja dan Rima dibandingkan sekarang. Berada satu mobil dengan si kembar dan Ratu?
Ini seperti membunuh dirinya pelan-pelan karena jantungnya semakin melemah. Hypertensi karena tingkah si kembar dan juga penyakit mulas mendadak. Komplikasi yang sangat lengkap dirasakan Safir.
"Hufftt.." suara Safir menghela nafas. Ratu menatap bingung.
"Ah lama nih ayo dong Kak Safir kitakan mau ke kebun binatang. Ada buaya baru lahiran. Kita mau lihat mereka."
Oh Buaya baru lahiran ya?
Buaya baru lahiran???
Sayangnya bapak para buaya sudah pergi seenak udel saja meninggalkan mobil kepadanya. Razi keparat...
"Besok aja deh. Kakak buru-buru.." tolak Safir melirik si kembar. Mulut mereka yang penuh dengan keripik kentang mendadak tumpah karena tak percaya. "Yaah ko nggak jadi." mereka terdengar kecewa.
"Ah nggak mau pokoknya mau lihat anak buaya.." protes si kembar.
"Fir kalo nggak bisa kita bisa naik taxi. Ayo kids.." ajak Ratu yang merubah posisi untuk membuka pintu mobil. Safir dilanda panik.
"Oke -oke bisa.. Duh nggak bisa amat diajak bercanda.." Safir memasang wajah meledek kepada si kembar. Ratu hanya menatap bingung.
"Nggak apa-apa Fir. Kita tadi janjinya sama Razi. Eh malah ngilang kamu yang gantiin.." suara tegas Ratu membuat Safir kikuk.
"Nggak masalah. Ayo kita berangkat.." Safir berusaha melupakan kehadiran Ratu di sebelahnya. "Asyiik Kakak Safir mau temenin kita lihat buaya. Eh ini lihat buaya kan? bukan bird.."
"Tapi di sana banyak bird ko Kak Safir."
Oke haruskah si kembar ini diberikan cabai di sekitar mulutnya? Batin Safir berusaha santai ditengah kegemasan sebal melanda.
"Raga Raka.." tegur Ratu. "Iya maaf Kak Safir." mereka memang selalu menurut dengan Ratu. Semacam taat.
Selama perjalanan menuju kebun binatang suasana ramai terus saja menjadi pemandangan di dalam mobil. Safir terus fokus dengan kemudi. Hatinya menggerutu dengan tujuan mereka pergi.
Melihat buaya lahiran? Oke selera mereka memang aneh atau buaya mengingatkan pada kakak sialannya? Ahlinya membuayai para kaum hawa.
"Kamu mau minum?" tawar Ratu. Safir menggeleng tanpa melihat Ratu.
"Kak Safir mau mie kremes nggak? Kak Ratu nih diremes dulu buat Kak Safir." suara Raka sangat jelas. Baiklah sekarang ada adegan remas meremas. Apa-apaan ini..
"Nggak makasih buat lo aja." Safir langsung menolak tapi tetap saja Ratu meremas bungkusan itu. Safir merasa ngilu. Sialan..
"Kak Safir mau permen?" tawar sikembar lagi. Safir menggeleng.
"Kak Ratu mau lolypop?" Ratu mengambil permen itu dan meletakkan bungkusan mie yang sudah diremas itu di sampingnya. Oke Safir melirik keadaan bungkusan laknak itu, lecak dengan guratan hasil remasan Ratu. Baiklah Ratu sangat ahli meremas batin Safir kembali melalang buana.
Lalu dengan sedikit lirikan lagi Safir memperhatikan Ratu membuka bungkusan permen. Oh Safir bisa gila melihat Ratu mengemut rasa manis lolypop dengan nikmatnya. Ratu ternyata bisa juga mengemut cantik.
Safir sadarlah itu hanya adegan orang makan permen. Seisi kepala Safir rasanya ingin ia jedoti sendiri. Akhirnya ia sadar, ini teguran untuknya. Sudah saatnya koper sialan itu ia hibahkan kepada kaum adam yang mungkin membutuhkan. Sebagian akan ia kembalikan kepada pemiliknya. Ada milik Raja, Rafa dan si sialan Razi. Bahkan milik Abang Aries pun akan dia kembalikan tanpa tersisa. Demi kelancaran hidupnya kelak.
Beruntung panggilan telephone menolong Safir mengalihkan kondisi di mobil itu. Safir sebenarnya sedikit malas menjawab panggilannya. Nama Raja terpampang nyata di layar. Tetapi ini bisa menjadi pengalihan konsentrasi.
"Hallo.." jawab Safir malas. "Apa?" tiba-tiba Safir berhenti mendadak. Beruntung mobil berada di tepi jalan.
"Oke sekarang gue ke sana." Safir menatap Ratu yang sepertinya penasaran dengan apa yang terjadi.
"Ada apa?"
"Mbak Alvina batal menikah." jawab Safir. Ratu mengangguk. "Kemarin Rima sama Ruby juga sudah curiga."
"Tapi Rafa dan Ruby yang justru mau minta restu menikah secepatnya. Sepertinya ditolak para orangtua." Safir kembali bersuara. Ratu melebarkan matanya. "Hah?"
"Kebetulan para mama sedang berkumpul di rumah Mbak Alvina." seakan tahu maksud Safir Ratu mengangguk. "Kita kesana yuk." Ratu tahu Safir ingin berada dekat dengan saudara kembarnya Ruby.
"Oke kids lihat buayanya besok aja yah. Sehabis pulang sekolah kakak jemput. Sekarang kita ke rumah Mbak Alvina yah. Lagipula di sana kan ada taman bermain. Kakak akan temani kalian.." rayu Ratu sangat lembut. Safir menyukai kelembutan.
"Siap Kak Ratu." jawab mereka bersamaan tanpa aneka protes memusingkan. Safir melirik bingung. Sikembar bisa menurut bahkan tidak menggerutu dengan cara aneh-aneh seperti biasa? Sihir macam apa yang digunakan Ratu untuk membuat para pengacau ini tenang.
Andai hari-hari sebelumnya saat ia dapat tugas menjemput si kembar Ratu ikut menemani? Dipastikan akan indah dan suasana damai tanpa adanya badai penghancur aksesoris mobil.
"Tapi Kak besok kita aja yah jangan ajak Kakak Safir. Dia nggak seru.." Raga bersuara.
"Nanti dia pamer bird lagi. Kan nggak keren." Raka menimpali. Dan kembalilah rasa salah tingkah diantara Safir dan Ratu hadir. Jangan lupakan wajah memanas mereka berdua. Memalingkan wajah adalah solusi terbaik. Kembar sialan.
•••
Di rumah Alvina.
"Udah jangan diganggu. Dasar tukang gosip." sinis Raja menegur Rima yang terlihat ingin menguping di dua kondisi. Mereka berdua berada di halaman belakang rumah Keluarga Alvin Pradipta dimana di ruangan dalam tepatnya terdapat acara pengakuan Rafa dan Ruby yang sedikit mendapatkan hambatan dari kedua ibu kandungnya.
Sedangkan di kolam ikan air tawar tidak jauh dari tempat mereka berdua menunggu, terlihat Alvina sedang duduk di ayunan meratapi kegagalan pernikahannya ditemani sepasang pengantin baru Aries dan Rania.
"Heran gue posisi kita nggak strategis gini. Masa dua-duanya kagak bisa kedengeran sih." gerutu Rima sendiri. Ia melirik Raja yang tampak asyik bermain dengan alat angkat beban. Sok atletis pikir Rima.
"Lo ko santai aja sih? Kasihan kan Mbak Alvina bisa gagal nikah." Rima menunduk Alvina di sana. "Terus gue musti gimana? Kopral terus lompat gaya indah?" tanya Raja masih bermain dengan alat beban kecil itu.
"Ah gak guna tanya sama lo." Rima duduk sambil bersedekap menatap ayunan. Ia penasaran apa yang dikatakan pengantin baru dengan Alvina. Rima penasaran.
Raja sendiri lebih memilih mendengarkan lagu dari ponselnya memakai earphone.
Though I know I'll never lose affection
..
In my life I love you more..
Rima melirik jengkel Raja. I love you more? Apa si kuno ini sedang jatuh cinta yah? Dari kemarin dia bernyanyi lagu cinta. Suaranya seperti mengkhayati lagu. Rima tidak tahu jika Raja menyukai lagu itu sama seperti makna sebuah kasih sayang orangtuanya. Raja sangat sayang keluarga dan bersyukur mempunyai keluarga harmonis. Dan lagu itu selalu menjadi teman setianya saat Raja sedang berolah raga.
"Norak ah." sindir Rima. Raja mencibir. "Kenapa sih orang nggak keberatan gue suka lagu-lagu jaman dulu. Gue menyukai semua jenis lagu. Dari pop, melayu sampai rock kecuali rap gue anti. Isi lagunya nggak sampai ke hati gue." jelas Raja.
"Penting gitu gue harus tahu?" Raja mengangguk bangga. "Penting." ketus Raja sambil tetap melanjutkan menggoyangkan kepalanya.
"Apa bagusnya lagu lama." ejek Rima.
"Tadi itu lagu the legend Om-om-nya gue. The Beatles mereka ahlinya ciptain lagu indah sepanjang masa. Khasnya dengan chord abadi, mau di cover kaya apa orang akan kembali ke versi original. Ibarat cinta, yang sejati adalah yang bertahan dari dulu." Rima tetap malas mendengarkan.
"Kuno hari gini masih mikirin John Lennon. Hari gini mah John Legend."
"Yee Om gue itu the best sepanjang masa." Rima berusaha tidak terpancing. Ia berdiri dan menempelkan telinganya dekat pintu masuk. Mungkin suara acara persidangan Rafa dan Ruby bisa ia dengar. Raja menggeleng. "Dasar tukan gosip."
Sementara di dalam sana. Rafa dan Ruby duduk berdampingan di tatap para wanita yang sudah cukup umur. Ada Marsha dan Kimberly selaku ke dua ibu mereka lalu ada Rachel dan Prisilla. Sipemilik rumah Zahara sedang bersama Dalilah di kamar memeriksa Oma Tiara yang ikut bersama Rachel, Oma kesayangan semua orang itu di jemput dari rumah orangtua Rachel. Rencananya Oma Tiara akan tinggal bersama Rachel.
Ruby sangat gugup. Wajah mereka menatap serius sepasang kekasih ini.
"Maaf ma Rafa baru memberi tahu kalau kami sudah lama berhubungan." Rafa tidak menunduk, ia menatap Marsha. Ruby yang menunduk malu.
"Kami tahu kalian berpacaran." senyum Kimberly menatap Rafa. Ruby mengangkat wajahnya. "Mama tahu?"
"Hei kami pernah muda. Jangan menyepelekan kami." goda Rachel. Wajah Ruby memanas.
"Ya sudah ma kalau begitu cepat beri restu untuk kami. Aku mau serius dengan Ruby." tanpa tahu malu Rafa menggenggam tangan Ruby. Marsha melihat suami tercinta di tubuh putranya Rafa sangat mirip Leo.
"Kalian masih muda, nikmati saja fase ini. Jika sudah siap baru ke jenjang yang lebih serius." jelas Marsha. Kimberly mengangguk.
"Tidak ma, masa perkenalan kami sudah lama. Sekarang saatnya serius sampai maut memisahkan." Rafa sangat yakin. Ruby sempat meremas tangan kekasihnya. Ia takut.
"Komitmen itu bukan hal yang perlu dicoba." kata Marsha sekali lagi.
"Usia kalian masih sangat muda." bantu Kimberly.
"Aku yakin usia tidak menjadi penghalang sepasang kekasih yang ingin menikah." Rafa dengan segala keyakinannya.
"Kamu tidak menghamili Ruby kan?" Marsha langsung pada titik kekhawatirannya. Ruby menggeleng panik.
"Aku menghormati Ruby ma, aku menghormatinya sama seperti menghormati mama, aku menjaga Ruby sama seperti aku menjaga Rania." Kimberly tersenyum lega.
"Lalu setelah menikah kalian mau apa?" tanya Marsha. Ruby kembali tegang. Setelah menikah mau apa? Ia juga merasa belum mendapat jawaban. Rafa memang sudah mempunyai mata pencaharian sedangkan dirinya?
"Aku akan semakin giat berkerja. Selayaknya kepala rumah tangga. Kalau Ruby mau melanjutkan pendidikan aku tidak akan melarang. Selama dia bisa mengatur kewajibannnya sebagai istri. Aku rasa semua bisa berjalan sangat normal. Aku akan menjadi orang yang menemani Ruby disemua keadaan." mendengar penjelasan Rafa hati Ruby bergetar. Ucapan Rafa memang mampu membuat rasa keyakinannya tumbuh.
Itulah sebabnya ia mencintai Rafa. Pria yang jika bicara penuh keyakinan dan tidak pernah ingkar janji. Secara tak sadar tangan Ruby menggenggam penuh keyakinan tangan kekasihnya. Ia harus membantu Rafa meyakinkan para orangtua.
"Iya ma.. Aku siap menikah dengan Rafa." walaupun terdengar seperti cicitan tapi suara Ruby terdengar jelas. Rafa tersenyum lega. Kekasihnya setuju.
Prisilla dan Rachel terlihat berbisik lalu menarik wajah Kimberly dan Marsha untuk ikut saling berbisik.
Baiklah Rafa dan Ruby terlihat tegang. Apa yang sedang mereka rencanakan?
"Oke kami masih punya syarat supaya kelak kami setuju kalian menikah muda." ucapan Marsha penuh tanda tanya. "Syarat apa ma?"
Baiklah para ibu-ibu itu saling tersenyum rahasia. Sepertinya ini tidak mudah.
"Kalian harus membantu kami menyelesaikan misi." Kimberly mengedipkan matanya. Rafa dan Ruby saling berpandangan.
...
"Haduh lagi diapain yah mereka?" Rima masih saja penasaran melihat arah ruang dalam rumah.
"Heh toa ambilin gue minum sana..!" perintah Raja yang sudah duduk dengan peluh keringat. Ia mengibaskan bajunya.
"Emang gue pembantu lo?" tantang Rima. Raja berdiri sombong. "Oke gue aduin mama lo kalo putrinya menolak permintaan gue." Raja hendak ke dalam rumah. Rima menahan. "Iya iya gue ambilin.."
Raja tersenyum penuh kemenangan."Sekalian ambil tas ransel gue di ruang tv tadi gue taro di situ deh kalo nggak salah." perintah Raja seenaknya.
"Kalo nggak ada?" tanya Rima kesal.
"Ya cari sampai dapet dan jangan kembali sebelum lo temuin tas gue." Rima benar-benar ingin menjambak rambut Raja. "Eh tapi minuman dulu bawa ke sini."
"Tau ah." Rima menghentakkan kakinya sambil berlalu. Raja melirik arah ayunan. Aries terlihat memegang tangan Mbak Alvina yang sedang menunduk. Mungkin Mbak Alvina sedang menangis dan Rania?
Rania hanya menatap pemandangan itu tanpa bisa diungkapkan. Raja menatap kesedihan di mata Rania saudara sepupunya. Tatapan itu berbeda. Raja tahu itu.
"Ini.." suara ketus Rima sudah berada di sampingnya. Tangan kanannya memegang satu gelas air dan tangan kirinya memegang tas ransel milik Raja.
"Kerja bagus." pujian menyebalkan. Raja mengambil tasnya. "Tunggu dulu." Rima patuh menunggu sambil memegang air di gelas beserta wajah cemberutnya.
Tanpa malu Raja membuka bajunya, ia mengelap beberapa bagian tubuhnya yang basah karena keringat, lalu memakai deodorant spray di sekitar ketiaknya dan menyemprotkan di beberapa tempat dan diakhiri memakai t-shirt yang memang selalu ia bawa di tasnya. Ia selalu membawa semua peralatan itu karena terbiasa berolahraga di mana saja.
Dan mengenai Rima, gadis itu tetap berada di samping Raja dengan wajah biasa saja menatap pemandangan tubuh berotot Raja. Jika gadis lain akan keringat dingin melihat tubuh atletis Raja, Rima seolah sudah biasa bahkan mendekati muak melihatnya. Ia masih setia memegang gelas air untuk Raja.
"Nih.." setelah merebut gelas dari tangan Rima, seenaknya Raja melempar baju basah miliknya tepat menutupi wajah Rima yang sedang cemberut. Rima meradang.
"Emang dasar manusia kuno." Rima melempar kembali baju itu ke arah pemiliknya dan langsung mencubit pinggang Raja. Beruntung Raja langsung meletakkan gelas itu di meja karena Rima langsung menerjangnya hingga mereka jatuh di tempat duduk di sana.
"Lo ngeselin tau nggak.." ketus Rima sambil menjambak rambut Raja tanpa ampun. Raja tertawa. "Iya-iya sorry gue kan udah lama nggak ngerjain lo kaya gini." jawab Raja menikmati jambakan dan cubitan Rima. Raja terlihat menikmati kesakitannya.
"Heh toa baju gue nggak bau."
"Apaan yang nggak bau?" Rima terus saja mencubit lengan Raja.
Mereka berdua bahkan tidak sadar kehadiran seseorang.
"Mimpi apa gue hari ini dapat cobaan berat dari pagi sampai sekarang. Sial banget gue gara-gara makan banana milik pengantin baru. Apa pengaruh yah?" bisik Safir seorang diri. Ia baru sampai dan langsung masuk dari pintu belakang melewati taman belakang. Dan pemandangan Raja Rima menjadi tontonan aneh baginya.
"Ini mereka nggak ingat umur bener jambak-jambakan.." gerutu Safir sebal melirik Raja dan Rima dengan segala kemesraan antimainstream-nya.
"Namanya juga pasangan kuno." dan untuk kedua kalinya dihari ini. Razi menyambar pertanyaan Safir tiba-tiba.
"Ini dia si buaya sialan." desis Safir menatap Razi yang sudah berdiri di sampingnya. Razi juga sedang menatap risih acara kemesraan Raja dan Rima.
"Heh kenapa nggak bilang di mobil ada sikembar yang mau lihat buaya baru lahiran?" Safir malas menyebut satu penampakan lagi.
"Lo nggak tanya." jawab Razi enteng. Safir mendengus sebal. Benar juga, tapi kan..? "Arrhg.." gerutu Safir.
"Di mana mereka sekarang?"
"Minta turun di taman perumahan. Katanya ada perosotan. Ratu yang temenin." menyebut nama Ratu saja membuat Safir gelisah. Razi hanya mengangguk lalu berjalan mendekati Raja dan Rima yang langsung duduk salah tingkah. Mereka membenahi tampilan yang sedikit berantakan. Jika orang awam yang melihat pasti berfikir dua orang ini baru saja bermesraan, nyatanya mereka layaknya anak kecil yang mendiami tubuh orang dewasa.
"Mesra amat.." goda Razi. Rima yang tepat di sampingnya menendang kaki Razi. "Haduh, mentang-mentang jinaknya sama Raja." ledek Razi sekali lagi.
"Mbak Alvina benar batal menikah Ja?" Safir menghampiri mereka.
"Kemungkinan..tapi belum ada mediasi dari kedua keluarga. Berdoa saja mudah-mudahan ini hanya salah faham." jelas Raja. Mereka terdiam memikirkan segala kemungkinan. Satu yang sama dari mereka, rasa sayang mereka sama untuk Alvina. Mereka menghormati Alvina sebagai kakak perempuan ceria yang sangat baik sejak mereka masih kecil.
"Terus Rafa mau ngelamar Ruby?" tanya Safir sekali lagi. Ia melirik arah ruang dalam rumah itu.
"Karena masih terlalu muda kayanya sedikit di pending." giliran Rima yang menjawab. Tak lama wajah kusut Rafa dan Ruby muncul dari balik pintu. Safir langsung mendekati Ruby.
"Kamu nggak apa-apa?" Safir lansung memeluk sayang Ruby. "Doain aja yah." balas Ruby membalas pelukan saudara kembarnya.
"Jalanin aja dulu kalo nggak dapat restu sekarang, yang penting sekarang nggak perlu sembunyi." jelas Safir sambil mengecup kening Ruby. Rafa hanya melirik biasa. Dia tidak akan cemburu dengan kedekatan mereka. "Hufft.." Rafa memejamkan mata sekilas lalu tiba-tiba mendekati Rima.
"Pulang bareng yuk Rim!?" dengan senyuman Rafa menyodorkan tangannya. "Hah?" tanya Rima bingung dengan situasi aneh yang baru saja terjadi.
Rafa mengajak pulang Rima bukan Ruby?
"Gue anterin lo pulang yuk..!" sekali lagi senyum aneh dihadirkan Rafa. Membuat manusia sekitar bertanya-tanya kecuali Ruby.
"Dia bareng gue." ketus Raja seolah ikut bingung dengan tingkah aneh Rafa. Raja menggenggam tangan Rima yang juga dibalas anggukan bingung dari Rima. "Iya gue pulang bareng Raja aja lagian rumah kita sampingan." jelas Rima yang masih bingung. Ini seperti tujuan akhir yang tidak mempunyai solusi selain bersama Raja.
"Raja anterin gue aja." nah sekarang Ruby yang berkomplot membuat situasi semakin ruwet.
Membingungkan sepasang kekasih ini.
"Nggak mau ah, tuh sama Rafa aja." tolak Raja menunjuk Rafa yang masih tersenyum menatap Rima. Tiba-tiba Raja meremas tangan Rima dan menariknya, memberikan tas ranselnya kepada Rima. "Udah ah ayo Ima kita pulang." Rima bagai anak kucing mengekori induknya. Tanpa permisi kepada semuanya Raja dan Rima berlalu. "Tas lo dimana?" tanya Raja.
"Di mobil." Raja mengangguk dan meninggalkan tempat itu bersama Rima. Sementara Rafa dan Ruby saling mengedipkan mata. "Ayo kita ganggu mereka." Rafa dan Ruby pun berjalan secepat mungkin berniat merecoki dua musuh abadi.
Meninggalkan..
"Jangan tanya gue kenapa. Hari ini mental gue benar-benar diuji, terus ditambah lagi kelakuan ruwet mereka." jawab Safir ketika Razi meminta penjelasan atas adegan aneh yang baru saja terjadi. "Bodo amat ah." Razipum malas menduga-duga. Ia menatap ke arah ayunan.
"Abang Aries.." Razi berdiri dan berteriak memanggil Aries. Ia sebenarnya ingin melapor perihal pertemuannya dengan Feby.
Aries melambaikan tangannya. "Tunggu." kata Aries sambil memegang tangan Alvina. Ia lalu menyeka air mata yang keluar dari mata Alvina. Rania memberikan tissue kepada Aries. "Abang janji akan berbicara dengan Dimas kalau kamu mau." suara lembut Aries menenangkan Alvina.
"Dia tetap mau menetap di sana setelah menikah. Aku tidak mau meninggalkan mama dan papa. Aku kan anak tunggal, dari awal dia tahu itu." lirih Alvina.
Aries menarik tangan Alvina untuk berjalan memasuki rumah. Rania masih diam ditempatnya saat melihat Alvina dan suaminya berjalan meninggalkanya, pada akhirnya ia memang selalu di belakang mereka berdua. Ini seperti hukum alam yang tidak bisa dirubah.
"Rania.." lamunan Rania terhenti saat Aries balik kembali di hadapannya. "Iya." ingin rasanya Rania berhambur ke pelukan Aries.
"Kamu pulang bareng mama yah. Kakak ada urusan dengan Razi dan sekalian mengantarkan Alvina bertemu Dimas." Rania mengangguk. Hanya bisa seperti itu. Mungkin dia masih belum bisa mengambil secara utuh jiwa Aries yang masih berkelana di luar sana.
Rania berharap jiwa Aries menatap ke depan bersamanya, tapi Aries masih memilih ke belakang. Sama-sama menangis tetapi tetap saja bukan dirinya yang akan dipilih Aries.
TBC..
Rabu, 24 Februari 2016
-mounalizza-
Mari kita ruwet bersama-sama..
Aku akan lanjut cepat jika vote memuaskan. Yg baca sama yg vote tidak seimbang. 👎🏻😑
-----
Mulmed.
The Beatles - In My Love
=There are places I'll remember
Ada tempat-tempat yang kan selalu kuingat
=All my life though some have changed
Selama hidupku meski beberapa tlah berubah
=Some forever not for better
Beberapa takkan pernah lebih baik
=Some have gone and some remain
Beberapa tlah hilang dan beberapa masih ada
=All these places had their moments
Semua tempat ini miliki kenangan
=With lovers and friends I still can recall
Dengan kekasih dan teman, masih bisa kuingat
=Some are dead and some are living
Beberapa sudah mati dan beberapa masih hidup
=In my life I've loved them all
Dalam hidupku, aku mencintai mereka semua
=But of all these friends and lovers
Tapi dari semua teman dan kekasih
There is no one compares with you
Tak ada yang sebanding denganmu
=And these memories lose their meaning
Dan kenangan ini hilang maknanya
=When I think of love as something new
Saat kuberpikir tentang cinta sebagai sesuatu yang baru
=Though I know I'll never lose affection
Meski aku tahu takkan pernah kehilangan kasih sayang
=For people and things that went before
pada orang-orang dan hal-hal yang tlah pergi
=I know I'll often stop and think about them
Aku tahu kan sering berhenti dan pikirkan mereka
=In my life I love you more
Dalam hidupku, aku lebih mencintaimu
=Though I know I'll never lose affection
Meski kutahu takkan pernah kehilangan kasih sayang
=For people and things that went before
pada orang-orang dan hal-hal yang tlah pergi
=I know I'll often stop and think about them
Aku tahu kan sering berhenti dan pikirkan mereka
=In my life I love you more
Dalam hidupku, aku lebih mencintaimu
=In my life I love you more
Dalam hidupku, aku lebih mencintaimu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top