1- MISI GAGAL

Suatu sore di sebuah Cafe.

"Hai Feb lama nunggunya?" Rafa menghampiri sesosok wanita yang memang sedang dikencaninya beberapa minggu ini.

"Nggak ko, aku juga baru pulang dari kampus." wanita bernama Feby itu mengecup pipi Rafa sambil mempersilahkan duduk di sampingnya.

"Udah pesen makanan?" Feby menggeleng manja. Rafa hanya mengangguk lalu mengacak rambut Feby. "Tadi kan aku bilang kalau lapar jangan tunggu aku dulu."

"Mana enak Raf makan sendirian."

Rafa tersenyum lalu mendekatan wajahnya ke daun telinga Feby. "Mau aku suapin?" bisiknya sangat menggoda membuat Feby terbuai. Terlebih wajah Rafa memang mampu menaklukan hati setiap wanita.

"Feb kampus kamu katanya mau adain bazar seni yah?" Feby mengangguk, sebenarnya ia sedikit tidak fokus karena tangan Rafa bermain di sekitar lengan terbuka Feby. Elusan syarat akan kelembutan itu mampu membuat kaum wanita terperdaya.

"Iya kamu datang yah. Kamu tahu nggak usia kamu yang masih sangat muda tapi sudah lulus kuliah dengan cepat dari sejak lama membuat aku iri, bahkan hampir kebanyakan mahasiswa di kampus menjadikan kamu kiblat menuju sukses." kali ini Rafa mengusap rambut panjang Feby.

"Aku sekarang lagi bisnis kuliner. Semacam food truck. Sekarang sudah lebih dari 100 yang beroperasi." Feby tergakum mendengarnya. Sebelumnya ia memang sudah mendengar berita itu. Pengusaha muda tampan yang sangat dikenal dalam bidang kuliner, Rafa Leonardo.

"Wow padahal usia kamu baru 22 tahun tapi udah bisa berdikari sendiri." puji Feby. Rafa tersenyum manis.

"Aku sedang mencoba menyewa di dekat Apartement Britania. Hei bukankah kamu tinggal di sana?" Feby mengangguk.

"Iya tapi aku pinjam punya teman." Rafa hanya mengangguk. Sambil menunggu pelayan yang sedang membawakan menu.

"Pesan makanan dulu." Feby memilih aneka menu. Setelah mereka berdua memilih menu Rafa kembali mendekati Feby.

"Kamu tinggal sendiri?" tanya Rafa penasaran.

"Sama temanku." jawab Feby kikuk.

"Kudengar Apartement Britania sempat digeledah polisi karena prostitusi terselubung di sana? Selain itu aku juga mendengar beli permen mudah yah di sana?" bisik Rafa pelan. Feby sempat terdiam lalu menatap wajah sangat tampan itu berada dekat dengannya. Rafa hampir saja menyentuh bibirnya ke arah bibir Feby.

Feby menelan ludahnya. "Kenapa bertanya seperti itu?"

"Karena aku mau mencoba permennya." Rafa mengecup pipi Feby tanpa malu.

"Ka..kamu mau coba itu?" tanyanya gugup.

"Iya aku butuh suasana. Pekerjaan membuatku jenuh tiba-tiba."

Feby menggigit bibirnya, ia sempat melirik ke arah kanan dan kiri suasana Cafe. "Sebenarnya aku tahu..." bisik Feby pelan penuh kehati-hatian.

"Tahu apa?" tanya Rafa menunggu.

"Cara membeli permen." saat Feby ingin menjelaskan mereka berdua dikagetkan oleh sebuah suara cempreng seorang wanita muda.

"Rafaaaaaaa...." teriak wanita itu. Rafa menatap horor wanita di depannya.

"Siaga empat langsung ini." bisik Rafa di alat komunikasi tersembunyi di sekitar kerah bajunya.

"Heh cewek centil ngapain lo grepe-grepe dia?" Rafa hanya bisa mengangkat tangannya. Rencananya kali akan berujung gagal total. Bukan ini bukan rencana miliknya seorang.

"Sembarangan." bela Feby kesal.

"Lo juga yah Raf nggak tahu diri banget lo! Bisa-bisanya lo selingkuh dari Ruby.  Nggak akan gue biarin Ruby dipermainkan kaya gini." teriakan itu membuat semua mata tertuju ke arah mereka.

"Dia siapa Raf?" tanya Feby bingung campur malu, jelas saja semua mata memandang mereka.

"Ehh bukan siapa-siapa, cuma salah alamat aja." jawab Rafa bingung, tak lupa ia memasang senyum sangat terpaksa.

"Apa? Wah kelewatan lo Raf. Heh cewek nggak tahu diri perebut pacar orang." mendengar makian menggelegar membuat Feby menatap tajam wanita yang tidak ia kenal itu.

"Status awas, tanggap darurat." ucap Rafa sekali lagi di sekitar alat tersembunyi di kerah bajunya.

"Heh denger yah gue sama Rafa itu sama-sama tertarik, yah kan Raf? Lo nya aja yang aneh. Dasar cewek gila datang-datang main teriak." Feby berdiri menantang.

"Apa lo bilang?"

"Udah dong Rima nanti aja lo marah-marahnya sama gue." pinta Rafa memegang lengan Karimah, teman yang sudah sejak lama ia kenal.

"Nggak bisa, enak aja lo kasih harapan palsu terus ke Ruby. Dia saudara gue." bela Rima dengan semangat.

Puk...  Tepukan tangan di pundak Rima membuat si gadis bersuara lantang itu menoleh.

"Safir.." panggil Rafa lega.

"Nah ada Safir. Heh liat nih kelakuan pacar kembaran lo. Enak banget dia colak colek cewek nggak jelas di tempat umum." Rima menarik lengan Safir. Seolah memberikan kabar mengagetkan.

"Apa lo bilang cewek enggak jelas?" Feby tersulut mendengar panggilan Rima untuknya.

"Lo bawa saudara lo!" perintah Rafa kepada Safir.

"Ayo ikut gue Rim." Safir menarik paksa Rima. "Ayo sayang lo ikut gue." rayu Safir.

"Nggak mau, gue ada janji sama orang di sini." Rima terus berontak.

"Oke-oke tapi jangan deket sama mereka Rim.. Gue mohon kali ini aja yah." bisik Safir menarik Rima duduk di ujung Cafe. Jarak untuk menatap Rafa sedikit terhalang beberapa kursi dan meja.

"Lo nih aneh masa pacar kembaran sendiri lo dukung selingkuh." gerutu Rima. Safir hanya menghela nafas.

"Ini nggak seperti yang kelihatan Rim. Gue percaya sama Rafa ko." Rima mengerutkan keningnya. Belum sempat Rima ingin bertanya balik mata Rima tertuju kepada seorang pria yang baru saja masuk ke Cafe tersebut.

"Akbar." panggilnya dengan senyuman bahagia. Tetapi sayangnya senyuman itu hanya sementara. Ia melihat Akbar menghampiri Rafa dan Feby. Dan yang semakin membuat Rima kesal Feby bersalaman cukup lama dengan Akbar. Pria yang memang sedang ditunggunya.

"Eh mau kemana?" tanya Safir karena Rima berjalan cepat menghampiri Akbar.

"Akbar..." panggil Rima dengan ceria. Sangat ceria bahkan termasuk kategori manis. Rafa sampai bergidik ngeri melihat manisnya tingkah Rima. Ia sudah sangat tahu sifat Rima.

"Hei Rim.." Akbar melambaikan tangan.

"Dari tadi?" Rima menggeleng sangat manis. "Nggak ko, aku abis dari toilet." jawaban manis dengan nada lembut.

"Kamu kenal sama dia?" tanya Rima melirik manis Feby, sementara Rafa mendelik tajam ke arah Safir yang hanya bisa menaikkan bahunya.

"Dia tetangga aku, kita satu gedung apartement." jawab Akbar menatap Feby. Tatapan mata mereka seperti mengandung arti. Rafa dan Safir langsung mengetahuinya.

"Kenalin Akbar, ini Rafa." Akbar memberikan salam perkenalan kepada Rafa.

"Dan ini Safir." Safir hanya mengangguk di belakang Rima.

"Kayanya penuh yah di sini." Rima menatap sekeliling yang memang tidak ada tempat nyaman.

"Gimana kalau kita gabung aja?" ajak Akbar. Rima melirik Rafa dengan tatapan mengejek. "Boleh juga nggak ada salahnya, daripada para selingkuhan berbuat macam-macam."

Rafa kembali menoleh Safir. Apa fungsinya ia meminta bantuan Safir untuk mengurusi Rima jika pada akhirnya ia ikut terganggu.

"Rim gue mau bicara sama lo." bisik Safir sekali lagi.

"Jangan ganggu gue, ini lebih penting. Daripada lo pengkhianat sama kembaran lo." Safir menatap jengkel sepupu perempuannya ini.

"Ayo sebentar Rim." Safir menarik Rima menjauh dari mereka.

"Pinjem sebentar yah Rima-nya." pamit Safir. Akbar hanya mengangguk bingung tapi ia lebih memilih menatap daftar menu. Feby menatap sebal wanita berisik yang baru ia kenal. Sementara Rafa merasa rencananya gagal total.

"Apaan sih!" gerutu Rima.

"Pulang yuk!!!" senyuman Safir membuat Rima heran. Lebih tepatnya kesal.

"Udah gue bilang jangan ganggu. Pokoknya gue mau ngadu sama Ruby." Safir menahan tangan Rima yang hendak meninggalkan dirinya.

"Heh Safir lepasin nggak tangan gue?" ancam Rima.

"Gue nggak mau." tantang Safir.

"Oke  mau gue aduin lo sama papa dan mama kalo lo punya koleksi dvd ehem satu koper?" dan terhempaslah tangan Rima dari genggaman Safir.

"Gue akan tuntasin aksi perselingkuhan ini." Rima berlalu.

"Sialan nih toa karang taruna. Evakuasi gagal, cari rencana lain." bisik Safir di alat komunikasi yang juga ia kenakan di bajunya.

Rafa menatap jengkel Safir dari kejauhan. Sementara Safir angkat tangan, Karimah sang sepupu memang mempunyai mulut tukang adu di keluarganya. Terlebih dia kaki tangan sang papa. Kartu mati jika melanggar ancaman seorang Rima.

"Sorry lama yah?" senyuman Rima yang sangat cantik.

"Kamu mau makan apa Rim?" tanya Akbar.

"Ada udang goreng asam manis nggak? Mendadak pengen makan yang kecut-kecut liat muka orang nggak jelas." sindiran Rima lugu, Feby merasa tersindir.

"Atau udang bakar. Kayaknya lagi nge-trend suka main api sendiri." kali ini giliran Rafa yang jelas-jelas di sindir Rima di sampingnya. Rafa sudah cukup hafal sifat teman sedari kecilnya itu. Ceplas-ceplos dan apa adanya.

"Mana ada Rima ini kan Cafe western masa menunya lokal." Feby  tertawa mengejek karena perkataan Akbar ada benarnya. Tanpa sepengetahuan Akbar, Rima memeletkan lidahnya ke arah Feby.

"Raf kita nonton yuk!" ajak Feby sambil memegang tangan Rafa yang berada di meja. Berada dekat dengan Rima membuat ia tak nyaman. Firasat buruk seolah mendominasinya.

Plak. Rima mendepak tangan Feby.

"Lo bukannya baru kena cacar air Raf?" tanya Rima asal. Rafa sekali lagi menghembuskan nafasnya.

"Status darurat masih diberlakukan." bisik Rafa penuh penekanan. Ia melihat keadaan sekitar, matanya melotot menatap Safir yang justru sedang asyik minum di minibar yang tersedia. Safir seolah mengalah dari ancaman Rima.

"Akbar ini teman aku loh. Aku cukup tahu kriteria wanita yang dikencaninya." Feby menatap Rima. Ia merasa aneh pilihan Akbar karena memilih wanita berisik itu.

"Feb yuk kita cari makan di tempat lain." ajak Rafa pada akhirnya. Rima menggeleng dan menarik tangan Rafa untuk duduk kembali.

"Di sini aja Raf. Kita double date." senyum Rima penuh arti.

"Akbar nggak apa-apa kan kita bersama?" tanya Rima kepada Akbar.

"Nggak masalah." Rima kembali menatap Rafa dengan senyum penuh kemenangan.

"Rafa boleh minta minumnya nggak aku haus?" pinta Rima yang langsung mengambil orange juice pesanan Rafa. Pesanan Rafa dan Feby memang datang lebih dulu.

"Terserah lo." jawab Rafa yang sudah sangat gagal total mendekati Feby. Ia tidak akan bisa bertanya-tanya jika Rima selalu ikut campur berbicara.

"Rim-rim ku sayaaaang." mendengar panggilan untuk dirinya dari seorang pria membuat Karimah menyemburkan minumannya ke arah Rafa. Lengan baju Rafa menjadi korban semburan.

"Rimaku sayang kenapa kamu datang ke Cafe jadian kita?" sekarang pria itu berdiri di samping Rima.

"Hah?" Rima seolah tak percaya seorang pria yang sangat ia benci selama ia bernafas memangilnya sayang dan berkata mereka jadian?

Apakah kiamat sudah dekat? Apa jangan-jangan kiamat sudah sampai Bekasi?

"Rima jawab aku sayang aku masih mengharapkan kita bersama." dan sekarang pria itu sudah duduk seenaknya di kursi yang ia tempati. Ini lebih mirip berbagi satu kursi.

"Siapa dia Rima?" tanya Akbar bingung.

"Gue Raja mantan kekasihnya yang akan kembali lagi sama dia."

"Haaaahhh..." jawab Rima tak percaya.

"Bukan, ini salah faham Akbar." Rima melotot menatap Raja.

"Rima aku sudah memaafkan kamu karena ini sudah kesekian kalinya kamu selingkuh. Belum lagi acara utang-piutang kamu sama aku. Aku ikhlas sebagai tanda sayang." ucapan Raja membuat Rima kesal.

Apa-apaan ini!!!

"Hahaha gila lo yeh jadi cewek. Berani banget pinjem duit." Feby menimpali.

"Hei girl jangan salah. Aku tahu Rima menyesal putus denganku. Maka dari itu aku termotifasi sukses karena dirinya." sekali lagi Raja berkicau.

Puk.. Puk.. Raja menepuk pundak Rima dengan kencang. Rima mendelikkan matanya menatap Raja.

"Ibarat kata-kata truck gandeng, dibalik pria sukses terdapat mantan yang menyesal." Raja mengedipkan matanya ke arah Rima.

Dan hei jangan lupakan rangkulan di pundak Rima.

"Rima kamu masih ada hubungan dengan dia?" tanya Akbar. Rima menggeleng sementara Raja mengangguk yakin.

"Masih, baru semalem dia datang ke rumah gue." Rima semakin melotot.

"Bohong! Akbar aku mohon jangan percaya orang sinting ini. Rafa lo semalem kan ada di rumah Ruby. Kasih tahu dong kalo gue nginep di rumah pacar lo." Rima menarik baju Rafa.

"Haduh apa yang kalian bicarakan sih? Feb dia pacar lo bukan?" tanya Akbar bingung.

"Raf aku pulang dulu yah, maaf kalo kamu sudah punya pacar. Asal kamu tahu aku nggak punya hobby ganggu pacar orang." Feby berdiri dan langsung berjalan cepat dengan wajah kecewa. Rafa hanya melambaikan tangan tanpa berniat mengejar. Sejujurnya ini bukan keahliannya.

"Ini gara-gara lo sinting. Dasar saus sambal." gerutu Rima ke Raja.

"Jelasin nggak kalo kita nggak ada hubungan apa-apa." perintah Rima.

"Ah bilang aja lo malu. Eh bung maaf yah gue cuma mau kasih tahu. Dia udah pernah belum ajak lo main ke taman bermain?" tanpa malu Raja bertanya dan dengan bodohnya Akbar mengangguk.

"Klise." lirik Raja menatap Rima yang sedang mengumpulkan kekuatan untuk menendang bokong Raja.

"Sok keibuan itu, entar ujung-ujungnya minta pinjaman."

"Dasar sedeng lo yeh. Seneng bener lo ganggu hidup gue." teriakan Rima akhirnya keluar juga.

"Siapa suruh lo hobby selingkuh. Ini udah kesekian kalinya kisah kita lo torehkan luka." drama Raja membuat Rafa terkikik di sampingnya. Bahkan Safir yang bisa mendengar omongan dari minibar ikut tertawa. Hanya Raja yang bisa menimpali berisiknya seorang Rima.

"Sinting." Rima menarik baju Raja.

"Tunggu sebentar yah Akbar. Ini harus diselesaikan."

"Mendingan lo pergi bung. Rima pasti memilih gue." Raja berkata sambil tertawa.

"Ih maunya apaan sih lo." sekarang Rima berdiri di samping Safir dan Raja.

"Lo ganggu misi kita." jelas Raja. Safir juga mengangguk.

"Misi apaan? Acara selingkuhan Rafa?"
Safir dan Raja sama-sama menghembuskan nafas kesal.

"Rimaa gue masih cukup normal untuk membela acara perselingkuhan, terlebih ini Ruby." jelas Safir. Rima masih mencerna kata-kata Safir.

"Gue cabut yah." teriak Rafa. Rima menoleh dan tidak melihat lagi Akbar di Cafe itu.

"Ini gara-gara lo. Ganggu kencan orang." Rima mendorong dada Raja.

"Dasar toa karang taruna." ledek Raja menahan tawa.

"Raf mana Akbar?" tanya Rima panik, mereka bahkan belum berbincang akrab.

"Pergi. Gue bilang lo pasti CLBK sama Raja." Rima melebarkan matanya. Rafa hanya tersenyum lalu mengacak rambut Rima. "Gue cuma punya satu wanita spesial di hati dari dulu dan untuk selamanya. Cuma Ruby seorang, jadi jangan meremehkan janji gue." bisik Rafa lalu pergi meninggalkan Rima yang sedang mengerucutkan bibirnya. Lagi-lagi ia gagal kencan.

"Rim jangan aduin papa yah rahasia gue." ucap Safir yang juga berjalan melewati Rima keluar dari Cafe.

"Gagal nih yee kencannya. Apa perlu gue cariin yang baru? Tenang aja efek samping budeg akan gue kasih tahu sama mereka nantinya." Raja tertawa sambil melambaikan tangan. Sementara Rima hanya diam menahan emosi.

"Dasar saus sambal." teriak Rima tanpa malu.

"Mbak ini bill nya?" pelayan memberikan struk menu yang dipesan. Bahkan dia belum sempat memesan, kekesalan Rima semakin bertambah.

"Sialan!!!!" gerutunya.

Sementara di luar Rafa, Safir dan Raja hanya bisa saling menghela nafas kesal. Rencana mereka gagal.

"Padahal tadi Feby hampir aja kasih tau. Eh si toa karang taruna muncul. Lo juga bego banget nggak bisa urus." Rafa ketus melirik Safir.

"Yah mana tahu kelemahan gue nongol. Rima antek-antek papa. Dia maennya anceman." jelas Safir.

"Terus gimana dong. Abang Aries pasti marah sama kita misi kali ini kam nggak boleh gagal? Masa kita nggak bisa nyusup ke sana." Raja berkacak pinggang. Rafa dan Safir sama-sama bingung.

"Oh iya si Akbar juga kayanya mencurigakan. Gue curiga dia termasuk group manisan yang kita incar. Dia satu apartement sama Feby." Rafa bersuara.

"Nanti kita cari tahu." jelas Raja.

"Terus si Feby gimana ini?" tanya Rafa bingung. Dari awal ia memang menolak dijadikan umpan untuk Feby, tetapi karena latar belakang Rafa yang bersinar dipastikan setiap perempuan akan tersihir.

Sayangnya kejadian tak terduga terjadi. Rima menjadi pengacau misi mereka.

Bip. Mereka mendapat pesan bersamaan.

Razi : suruh urus Feby aja susah bener lo bertiga. Biar gue yang urus, dia udah ngajak bertandang ke APARTEMENT BRITANIA. Welldone Razi. (ps: Raf lo uler keket.)

Tak lama setelah mereka bertiga membaca pesan bersamaan terlihat di jalan motor besar milik Razi sedang berjalan pelan. Jelas Razi yang mengendarainya dan Feby berada di belakangnya sambil melingkarkan tangan ke tubuh Razi yang mengenakan jacket kulit hitam.

"Sialan Razi, kenapa nggak dari awal aja dia yang urus." cibir Rafa.

"Iya daripada si uler keket ama cewek masih takut-takutan" ledek Raja.

"Mending gue, nah die ama toa karang taruna aja takut nggak bisa berkutik." sindir Rafa.

"Ini kan gara-gara lo semua yang minta titip dvd sama gue. Rima mikirnya gue tukang cabul. Nama baik gue tercoreng." Rafa dan Raja tertawa.

"Hei sialan lo semua bayar nggak ini tagihan makanan." teriakan Rima membuat mereka menoleh ke arahnya.

"Lo urus saudara lo. Jangan bilang kakaknya kalau adiknya yang ngerecokin misi." Rafa menepuk pundak Safir lalu pamit pulang.

"Heh toa mau gue cariin temen kencan nggak? Stok cowok sedeng gue punya banyak." Raja berlari karena Rima berjalan cepat mendekati mereka.

"Bye bye Safir." ledek Raja.

"Sialan lo!!!" Safir pada akhirnya pasrah karena Rima sudah memeluk lengannya.

"Ganti rugi.." gerutu Rima. Safir mengangguk dan membuka dompetnya.

"Bayarnya pake beling aja secara dia pemakan beling dan jenis paku-pakuan." sekali lagi Raja berteriak dari kejauhan.

"Diem lo kuda lumping." ketus Rima kencang, Safir hanya menutup telinganya.

"Anterin gue yah! Ayo gue mau cari baju pesta, Kak Alvina kan mau tunangan seminggu lagi."

"Iyaaaa." mereka berjalan bersamaan. Rima terus saja bergelanyut di lengan Safir.

"Oh iya siapa nama calonnya Kak Alvina?"

"Kalo nggak salah namanya Dimas.."

TBC...
Kamis, 14 Januari 2016
-mounalizza-

Sekedar percobaan ini masih slow update.. Heheheh

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top