9. I Love You Sayang
Setelah pulang dari rumah sakit, Nara memenuhi janjinya untuk membelikan permen, coklat dan agar-agar untuk Sayang. Nara dan Sayang berada di Taman bukit gelanggang, sebuah lapangan yang memuat tempat hiburan dan kuliner yang cukup lengkap. Lokasi Taman Bukit Gelanggang terletak di tengah kota, jadi dari arah manapun akan mengarah ke Taman itu.
Setelah membeli permen, coklat dan agar-agar, Sayang juga minta dibelikan sate Padang. Kali ini Sayang meminta pada penjualnya satenya untuk memanggang satenya sendiri dan mengipasinya sendiri. Sayang berbicara dengan bahasa Korea, pejualnya hanya ber-haha dan ber-hihi saja karena tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Sayang. Sayang menaik turunkan alisnya karena senang mungkin ia merasa memanggang sate itu terasa seru. Setelah memanggang sate Sayang membawa sekitar 50 tusuk sate.
Ting...
"Banyak sekali! Apa kau bisa menghabiskannya sendirian?" protes Nara.
"Kita habiskan bersama!" jawab Sayang.
"Enggak bisa! Aku kurang suka sate!" tolak Nara.
"Ayo lah! Coba buatanku ini!" rengek Sayang.
Sayang pun mengambil satu tusuk sate dan mendekatkan kursinya ke sebelah Nara duduk. Sayang memandang Nara tajam dan menyipitkan matanya.
"Bos! Buka mulutmu!" perintah Sayang. Mau tak mau Nara membuka mulutnya dan sukses satu suapan daging sate. Sayang tertawa dengan keberhasilannya, setelah itu ia mengambil satu tusuk dan memakannya sendiri.
"Sekarang gantian! Kau yang suapi aku Bos!" kata sayang.
Mau tak mau Nara mengikuti permintaan Sayang. Akhirnya mereka berdua suap-suapan sate hingga sate itu habis. Nara yang kurang suka dengan sate, akhirnya menghabiskan satu itu berdua dengan Sayang. Sepertinya kini Nara menyukai sate karena disuapi oleh Sayang. Setelah makan sate berakhir Sayang meminta hal yang benar-benar diluar dugaan yaitu naik komidi putar.
"Ayo kita ke sana," ajak Sayang dengan merarik tangan Nara. Nara berjalan mengikuti Sayang yang kelihatannya sangat bersemangat.
"Nara!" tiba-tiba suara lelaki menghentikan langkahnya dan seketika Nara menoleh pada sumber suara, ternyata Varo mantan pacar Nara.
"Varo!" jawab Nara, Nara pun menarik tangan Sayang dan Sayang lantas menghentikan langkahnya.
Sayang memperhatikan Varo dari ujung rambut hingga ujung kaki dan cewek yang ada di sebelah Varo yaitu Jessica juga diperhatikan Nara dan Sayang. Nara ingat betul dengan Jessica yang merebut Varo dari dirinya. Nara juga ingat kalau Varo bersikeras tidak memiliki hubungan dengan Jessica tapi nyatanya dengan santai Jessica menggandeng mantan pacarnya ini.
"Gimana kabarmu Nara?" tanya Varo dengan tangan yang masih digelendot Jessica. Jessica terlihat sangat norak dengan bergelendot di tangan Varo seolah ia tak ingin melepas Varo ke pelukan Nara lagi. Jessica sadar dirinya telah merebut Varo dari Nara dengan cara yang tidak benar. Tapi Jessica bangga dengan usaha tak sehatnya itu.
"Baik," jawab Nara singkat, tak lama ia menarik tangan Sayang dan mencoba bergelondot di tangan Sayang seperti yang dilakukan Jessica pada Varo.
"Pacar baru?" tanya Varo tanpa melepas senyumannya.
"Iya," jawab Nara santai dan mencoba saling berpandangan dengan Sayang.
"Orang Cina?" tanya Varo.
"Orang Korea!" jawab Nara.
"Anyeong!" sapa Sayang pada Varo dengan melambaikan tangannya.
"Hai, aku Varo," sapa Varo Ramah.
"Sayang!" jawab Sayang seolah mengerti kalau Varo dan dirinya sedang saling berkenalan.
"Varo, mmm... Jessica kami duluan ya," potong Nara, "Sayang ayo."
Nara terburu-buru membawa Sayang menjauh dari Varo dan Jessica. Bisa gawat kalau Sayang berkata yang aneh-aneh atau bertingkah yang aneh juga di depan Varo. Untuk saat ini saja dirinya merasa menang dari Varo karena Sayang jauh lebih tampan jika dibandingkan Varo, tapi karena amnesia ini Nara tak mau kalau Sayang terlihat aneh. Jalan satu-satunya adalah membawa Sayang menjauh sejauh-jauhnya dari Varo dan Jessica.
Ting...
"Bos aku mau naik itu!" tiba-tiba Sayang kumat lagi, ia menunjuk-nunjuk kuda-kudaan komidi putar.
"Tuh kan benar! Kamu minta yang aneh-aneh," gemas Nara.
"Aku mau naik itu!" rengek Sayang.
"Sayang, kita itu sudah dewasa rasanya lucu kalau naik itu. Lupakan! Maaf aku enggak bisa nuruti kamu, ada mantanku aku malu!" ketus Nara.
Ting...
"Apa itu mantan?" tanya Sayang. Alat penerjemah sepertinya tidak bisa menerjemahkan kata mantan, mungkin alat penerjemah hanya bisa menerjemahkan bekas, sisa, lepasan atau alumni.
"Mantan itu orang jahat!" jawab Nara singkat.
"Jadi dia tadi mantan?" tanya Sayang polos.
"Iya," jawab Nara sebal.
"Kau tenang saja Bos, ada aku di sini. Aku akan melindungimu dari mantan!" tegas Sayang sambil menaikkan alisnya berulang-ulang. Tingkah sayang telah mengundang senyum Nara.
"Makasih ya, Sayang!"
"Oke tapi kita naik itu ya!" lagi-lagi Sayang menunjuk komidi putar.
"Sayang, aku malu naik kuda-kudaan itu untuk anak-anak yang benar saja," jawab Nara malas.
Sayang menyipitkan matanya dan menatap Nara dengan penuh kekecewaan. Hatinya sangat kalut karena kemauannya tidak dipenuhi Nara. Ia mematikan alatnya dan menjauh dari Nara. Kemudia ia duduk di bawah pohon yang tak jauh dari Nara yang masih berdiri.
Nara berjalan mendekati Sayang yang masih duduk di bawah pohon dengan tatapan mata yang kosong.
"Oke lah Sayang, aku menyerah. Sebagai gantinya kita naik itu saja!" Nara memberi tawaran naik bianglala.
Setidaknya Nara tidak terlalu malu jika naik bianglala. Selain tidak berbentuk kuda yang semestinya dinaiki anak-anak, setidaknya keranjang bianglala di desain sedikit tertutup dan tentunya wajah mereka tidak terlihat oleh mantan.
Sejujurnya Nara sedikit takut naik bianglala, tapi supaya Sayang tidak merajuk mau tak mau Nara menyanggupinya. Ketika kecil Nara pernah terjebak di putaran paling atas dan tiba-tiba bianglalanya berhenti, tepat saat itu ia naik bianglala sendirian. Karena trauma, sejak itu ia tidak mau naik bianglala apalagi Nara juga takut ketinggian.
Bianglala berputar dan posisi mereka semakin tinggi. Nara mulai takut dan memegang erat tangan Sayang yang berotot itu.
Ting...
"Bos, kamu takut?" tanya Sayang.
Nara Cuma mengangguk pelan dan mengamati ke bawah. Dalam hatinya ia berdoa supaya bianglala ini berputar dengan semestinya dan jangan rusak.
"Jangan khawatir Bos, ada aku. Aku akan menjagamu," Sayang mencoba menenangkan Nara. Lalu Sayang merangkul bahu Nara dan menyandarkan kepala Nara ke bahunya.
Ternyata benar, tak lama bianglala berhenti dan mereka berada diposisi paling atas. Nara cemas dan mengangkat kepalanya dari sandaranya di bahu Sayang. Ketika ia mengangkat kepalanya tiba-tiba kepala Sayang dengan cepat menyandar di bahu Nara. Ternyata Sayang tertidur, dengkuran Sayang terdengar keras karena kepalanya kini bersandar manis di bahu Nara. Nara tak tega membangunkan, oh, bukan tak tega tapi Nara mencoba mengambil kesempatan. Seketika ia merasa harus berani karena seharusnya dia lah yang melindungi Sayang dengan kondisinya seperti saat ini.
Nara meraba pipi berjerawat Sayang ia mendekatkan wajahnya di ubun-ubun Sayang yang masih tertidur pulas dan bersandar di bahunya. Pelan-pelan gadis itu mengecup ubun-ubun pria Korea yang sedang amnesia itu.
"I Love You Sayang," batin Nara.
Narapun mencoba membuang ketakutannya hingga bianglala berputar kembali.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top