8. Cubitan Sayang
Seminggu sejak kehadiran Sayang di rumah, Nara menjadi selalu ingin cepat pulang dari kantor. Kalau biasanya Nara selalu mengikuti ajakan teman-temannya untuk ngopi-ngopi di warung kopi, kini Nara lebih suka pulang ke rumah. Nara seperti cinta dengan rumahnya, bahkan pekerjaan lemburnya ia kerjakan di rumah. Setiap pulang kantor ia juga menyempatkan dirinya untuk ke supermarket hanya untuk membeli beberpa permen dan coklat kesukaan Sayang.
Sepertinya hilangnya ingatan Sayang berakibat pada dirinya termasuk makanan kesukaannya yang sedikit aneh yaitu permen dan coklat. Mungkin jika ingatannya sudah kembali pria itu akan menjauhi permen dan coklat sebab dua makanan itu akan menimbulkan jerawat di wajah gantengnya.
Sementara Yona, Yona akan pulang ke rumah jika Nara sudah pulang ke rumah. Alasannya ia tak enak jika harus berduaan dengan pria yang sangat ganteng itu. Setiap wanita akan leleh dibuatnya, termasuk Yona yang juga wanita normal. Selama Nara di kantor Yona banyak menghabiskan waktu di kos temannya hingga Nara menjemputnya untuk pulang.
Sedangkan Sayang, Sayang menghabiskan waktu di rumah saja menjelang ingatannya pulih. Sayang belum diizinkan Nara untuk keluar rumah, Nara khawatir terjadi sesuatu pada Sayang. Sayang menghabiskan waktunya di rumah dengan menonton chanel televisi Indonesia alasannya adalah untuk belajar bahasa Indonesia. Kebetulan Sayang menyukai drama tentang pernikahan yaitu Kisah Nyata, Suara Sedih Istri dan Pintu Barokah yang tayang sejak pagi hingga malam. Ketika malam, Sayang juga menonton dangdut di chanel yang sama dengan drama yang ia tonton.
***
Sayang membukakan pintu rumah setelah mendengar mobil Nara masuk ke dalam halaman rumah mereka.
“Hai Nona, Hai Bos!” sapa Sayang.
Sayang menyipitkan matanya sembari terseyum memperlihatkan lesung pipinya. Sayang terlihat sangat tampan dan rupawan. Selama ini Nara belum pernah melihat ketampanan tiada tara seperti ini. Rasanya Nara ingin pura-pura pingsan supaya digendong pria tampan ini ala foto prewedding. Nara mengurungkan niatnya, walau bagaimanapun juga Nara harus menjaga wibawanya sebagai Bos di rumah ini, dan tidak boleh takluk begitu saja.
“Kamu sudah makan Sayang?” tanya Nara pada Sayang.
“Sudah,” jawab Sayang dengan sedikit membungkuk seperti orang Korea yang sangat sopan.
“Oke, setelah makan malam kita ke psikiater,” kata Nara singkat dan meninggalkan Sayang yang masih berdiri mematung di pintu.
Ting...
“Apa itu psikiater?” tanya Sayang polos.
“ORANG YANG AKAN MENGOBATI PENYAKIT LUPAMU ITU!” Kata Nara berlalu ke dalam kamarnya.
Sejam kemudian mereka sampai di rumah sakit yang kebetulan dokternya membuka praktek malam hari. Nara sudah membuat janji sejak siang tadi. Nara hanya ingin Sayang bisa secepatnya pulih dan tidak seperti alien yang tidak tahu apa-apa.
Setelah dokter menanyainya dengan beberapa pertanyaan dan dokter memerikasa kepalanya, Sayang diminta duduk di depan dokter laki-laki berusia paruh baya itu. Kini Nara dan Sayang duduk tepat di depan dokter yang dibatasi meja kerja dokter.
“Apakah dia pacar anda?” tanya Dokter itu.
“Benar Dok,” jawab Nara dengan wajah percaya diri.
“Sepertinya pacar anda mengalami amnesia disosiatif. Ia tidak mengingat apapun bahkan informasi pribadinya. Oh iya apakah dia mengingat anda?” tanya dokter memastikan.
Nara ragu, bagaimana ia akan menjawabnya? Sebab Sayang baru ia temukan dengan kondisi lupa segalanya. Sekarang ia harus mengaku sebagai pacar? Jika ingatan Sayang sudah kembali belum tentu Sayang mau menjadi pacarnya.
“Tidak Dok, saya cukup susah meyakinkannya,” jawab Nara asal.
“Kekasih anda ini sepertinya bukan orang Indonesia? Apakah dia tenaga kerja asing? Mungkin dari Cina?” tanya psikiater yang terlihat makin ingin tahu.
“Bukan Dokter, dia orang Korea,” jawab Nara.
“Oh, apa dia dari Korea utara? Mungkin mencoba kabur?” selidik dokter.
“Bukan dokter, dia dari Korea Selatan,” protes Nara.
“Oh begitu,” jawab Dokter diiringi anggukan.
“Memangnya ada apa Dok?” kini Nara yang merasa ingin tahu.
Sayang hanya melongo memperhatikan Nara dan dokter secara bergantian. Ia tidak mengerti apa yang diucapkan Nara dan Dokter. Sepertinya alat penerjemahnya tidak bisa bekerja untuk saat ini karena baik Dokter ataupun Nara berbicaranya terlalu cepat. Akhirnya Sayang hanya duduk sambil memperhatikan Nara dan Dokter tanpa mengetahui maksud pembicaraan mereka.
“Sepertinya sebelumnya pacar anda ini mengalami kecelakaan besar dan cukup parah. Benturan kuat mengenai kepalanya hingga ia mengalami amesia, saya melihat ada bekas luka cukup panjang di kepalanya,” terang dokter.
“Kasihan kamu Sayang,” lirih Nara.
“Saya akan tulis resepnya obatnya dan sebaiknya ia mengikuti terapi supaya ia cepat pulih dan berangsur mengingat semuanya,” kata Dokter.
“Baik Dokter,” jawab Nara.
“Anda harus sabar ya, tentunya semua ini perlu proses dan berjalan dengan perlahan. Ia akan membaik secara berangsur-angsur,” terang Dokter yang tujuannya menenangkan Nara.
“Iya Dokter,” jawab Nara.
***
Setelah mendapatkan resep Nara dan Sayang berjalan menuju apotik rumah sakit yang lokasinya di lantai satu. Nara menggandeng tangan Sayang. Sementara tangan Sayang juga menggenggam tangan Nara, ibu jarinya ia gerak-gerakan mengelus kulit punggung tangan Nara yang kini dalam genggamannya.
Merasakan gerakan ibu jari Sayang, lantas Nara mendongak ke atas memandangi wajah pria Korea yang sangat tampan itu. Pria itu terlalu tinggi untuk dirinya yang hanya setinggi bahunya. Sayang juga menoleh pada Nara yang memang setinggi bahunya. Lagi-lagi sayang tersenyum simpul dan memperlihatkan kedua lesung pipinya.
“Sayang, aku janji aku akan bantu kamu sampai ingatanmu pulih. Walau nantinya kamu akan melupakanku,” kata Nara tanpa melepas pandangannya pada Sayang.
Sayang sekali, Sayang tidak menyalakan aplikasi penerjemah ponselnya. Sayang tidak mengerti apa yang diucapkan Nara jauh dari lubuk hati Nara. Sayang masih betah dalam gandengan tangan Nara di tangan kirinya. Sementara tangan kanannya mencoba meronggoh kantong celana jeansnya dan mengambil ponselnya dan membuka aplikasi penerjemah bahasa.
Ting...
“Bos! Tolong belikan aku permen, coklat dan agar-agar!” tiba-tiba ponsel di tangan Sayang menyerukan kata-kata yang diperintahkan Sayang.
Nara menghentikan langkahnya dan melepas tangan Sayang. Nara memindahkan tubuhnya tepat di depan Sayang, lalu kedua tangannya meraih pipi Sayang dan mencubitnya lembut.
“All you want baby!” kata Nara.
Ting...
“Bos, tolong anda bicara yang jelas. Saya tak mengerti apa maksudnya,” protes Sayang.
Nara tersenyum jahil dan berlari meninggalkan Sayang yang masih mematung di koridor rumah sakit.
“Awas kau ya, aku akan mengejermu,” ancam Sayang dari aplikasi penerjemah yang ada di tangannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top