3. Lupa Mengunci Pintu

Nara kembali bekerja seperti biasanya. Begitupun dengan Yona sang adik. Ia kembali ke kampus.

Sore pun tiba. Ini sudah waktunya pulang. Nara bergegas merapikan segalanya dan berpamitan pulang kepada rekannya yang masih ada di kantor.

Ia kemudian menuju ke arah mobil berwarna biru itu. Mobil yang ia beli 1 tahun yang lalu dengan hasil keringatnya selama ini.

Nara melajukan mobilnya menuju ke kampus sang adik. Di sana, Yona sudah menunggu di depan halte dengan seorang gadis yang seumuran dengannya.

"Itu kakak ku sudah datang," kata Yona kepada teman disampingnya tersebut. Gadis itu mengangguk.

"Oke kalau gitu Yon. Aku pulang duluan ya, selamat tinggal," ucapnya sampul melambaikan tangan ke arah Yona. Begitupun dengan Yona.

Gadis itu kemudian menuju ke arah mobil kakaknya.

"Siapa Yon?" tanya Nara saat Yona sudah duduk didalam mobil.

"Ooh, itu kak. Dia Alena, teman sekampusku," kata Yona.

Nara mengangguk sebagai tanda mengerti. Ia melajukan kembali mobilnya menuju rumah. Di perjalanan Nara bertanya kembali tentang pria asing yang masuk ke dalam rumahnya.

"Yona," panggilnya.

"Ya kak," sahut Yona sambil bermain game di ponselnya.

Nara masih tetap mengemudi walau pikirannya tertuju pada pria asing yang kini diperkirakan ada di rumahnya.

"Kakak masih penasaran, kenapa pria itu bisa masuk kedalam rumah? Apa kamu lupa mengunci pintu?" tanya Nara.

"Haduh, mampus aku, Ketahuan," batin Yona.

"Yona?" panggil Nara sekali lagi.

"Eh, i-iya kak. Maafin Yona ya kak," ucap Yona memelas.

"Jadi benar kamu lupa mengunci pintu?" selidik Nara.

"Maaf Kak, iya," jawab Yona tergagap.

"Ya ampun, kalau dia pria jahat bagaimana? Lain kali kamu hati-hati dong!" cerca Nara.

Yona hanya tertunduk, ia tak berani menjawab kata-kata kakaknya. Ia juga sudah menduga kalau kakaknya akan murka seperti saat ini.

"Maaf Kak," lirih Yona.

"Ya sudah lah!" kata Nara. Ia sepertinya tak ingin memperpanjang masalah. Sedangkan rumah dimasuki pria asing saja sudah menjadi masalah besar.

Raut wajah Nara berubah masam dan sedikit marah. Adiknya ini begitu pelupa jika tidak diingatkan berkali-kali.

"Tidak apa-apa. Apa Susi sudah mengetahuinya?" Tanya Nara.

Ia jadi ingat temannya yang juga tinggal bersamanya yaitu susi. Susi baru saja diberhentikan kerja dari salah satu perusahaan di kota ini. Susi mendapatkan uang tolak cukup besar dan ia menikmati liburan di Bali. Susi sendiri sangat berbeda dengan mereka berdua.

Susi adalah penggemar berat K-Pop dan drama Korea. Sementara mereka berdua kurang menyukai bahkan hampir tidak pernah menonton drama Korea dan musik Korea. Nara tahu bintang K-Pop hanya Choi Seon Won salah satu member Super Senior. Dan itu pun Nara tahu karena Seon Won adalah bintang iklan mie instan edisi rasa samyang dan bulgogi yang merupakan mie enak dan resepnya dari Korea. Nara mengingat Seon Won hanya karena tampan dan tipikal pria idamannya. Lantas bagaimana dengan orang Tiongkok yang ada di rumahnya?

Berbeda dengan Nara, Susi temannya sangat tergila-gila musik Korea terutama BST. Susi menamai dirinya dengan BST Soldiers. Hari-hari Susi habis hanya untuk memikirkan bagaimana supaya dirinya bisa menjadi pacar Jung Wook. Segala upaya ia kerahkan dan setiap malam selalu menyebut Jung Wook, Jung Wook, dan Jung Wook. Dan Nara sangat yakin apa yang dilakukan Susi adalah pekerjaan sia-sia, mengingat Jung Wook sendiri tidak kenal dengan Susi.

"Em, Yona lupa kasih tau kak Susi,"
kening Nara berkerut, seolah bertanya mengapa lupa lagi?

Yona yang paham perubahan wajah sang kakak ia terpaksa menjelaskan lagi.

"Aku lupa kak. Setelah kakak nyuruh aku balik ke kampus malah hilang begitu saja masalah ini. Tadi saja kalau kakak tak bertanya lagi tentang pria itu. Aku jadi tak ingat lagi," jelasnya.

Nara menepuk dahinya dengan tangan kirinya, "Ya ampun Yona. Apa penyakit lupa mu begitu parah?"

Yona menggeleng.

Setelah itu tak ada lagi percakapan sampai menuju rumah mereka. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit. Mobil biru itu sampai di sebuah rumah minimalis bergaya Indonesia tersebut.

Rumah dengan nuansa putih dengan di belakangnya rumah ini adalah pantai yang begitu indah. Banyak bukaan kaca yang ada pada rumah ini. Karena rumah ini didesain sesuai dengan kondisi dan tempatnya.

Mobil Nara berhenti di rumah tersebut. Di samping sebuah gazebo mini yang sering ia gunakan sebagai tempat beristirahat saat pekerjaan nya terasa begitu berat. Kedua gadis berbeda usia itu keluar dari mobil dan menuju ke arah rumah tersebut.

Rumah itu masih terlihat sama seperti saat berangkat kerja. Pintunya masih tertutup rapat.

"Apa pria itu masih di dalam?" batin Nara.

"Kita masuk sekarang kak?" ucap Yona bergetar.

"Enggak, tahun depan!" jawab Nara sarkas.

"Kok tahun depan?," tanya Yona polos.

"Ya sekarang, memangnya kamu mau kalau rumahmu dimasuki orang asing!" jawab Nara sebal.

Gadis itu begitu takut. Ia masih mengira pastinya pria asing itu masih ada di dalam rumah mereka. Ia juga masih mengira pria itu seorang mata-mata dan ingin berbuat jahat kepada keluarganya.

Nara mengangguk, "ayo kita masuk."

Nara melangkah kan kakinya menuju ke dalam rumah itu. Begitu pun dengan Yona yang mengikuti dibelakang kakaknya.

Nara melihat disekeliling ruang tamu yang bergaya Indonesia asli tersebut. Kursi yang terbuat dari bambu kuning sepaket dengan meja panjang. Serta sebuah vas bunga hasil buatannya yang kala itu ikut kursus pembuatan vas dari tanah liat kala masih SMA.

Kembali dia menatap dan merinci setiap sudut rumahnya tersebut. Kamar adiknya itu menghadap ke arah barat rumah ini. Kamar yang bernuansa merah muda kesukaan Yona dan penuh dengan banyak hiasan bintang di dindingnya.

Gadis yang satu itu begitu menyukai benda di langit yang hanya dapat muncul saat malam hari tiba.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top