Bab 5
Move on KUBACA & DREAME, ya, Gaes, ya 😘
Malam berganti pagi, tugas sang rembulan usai, dan kini sang mentari mengambil alih menyinari bumi. Suara khas ibu-ibu Kompleks mulai terdengar sahut-sahutan.
Ada yang sibuk menawar sayuran, ada juga yang tergesa mengantar anaknya bersepeda keliling Komplek, sebagian sibuk hendak bepergian. Mereka kembali disibukkan dengan rutinitas masing-masing di akhir pekan.
Cristian berdiri di dekat mobilnya, hannya mengenakan kaos dan celana biasa saja, dia tidak mau terlihat mencolok dengan pakaian branded seperti biasanya.
Matanya melirik ke arah rumah yang sebelah kanan, masih sepi, belum ada tanda-tanda biang onar semalam keluar dari rumah.
Tengah anteng menatap rumah tetangganya, tiba-tiba sang empunya rumah membuka pintu dan keluar dengan pakaian santai yang terlihat pas di tubuh semampainya. Cristian tak mampu berpaling dia masih terpaku pada sosok yang kini sedang mendelik ke arah dirinya.
Sadar orang yang ditatapnya menatap balik dirinya juga, Cristian gelagapan dan memutuskan kontak mata di antara mereka.
“Pagi, Bang. Pagi, Ra.” Seorang wanita cantik lainnya keluar dari rumah dan menyapa keduanya. Zahra hanya tersenyum tipis, berbeda dengan Cristian.
“Pagi juga, Vriel.” Cristian membalas sapaan Avriel dengan penuh senyuman.
Avriel tersenyum manis pada Cristian, sangat manis.
“Kamu cantik banget, Ra,” puji Avriel, matanya menatap Zahra dengan takjub.
“Makasih. Kamu juga cantik,” jawab Zahra dengan datar, bak dinding tembok Kelurahan.
“Kamu mau ke mana, Ra?” Avriel merasa penasaran melihat Zahra sudah rapi, padahal ini kan weekend pikirnya.
“Mau ke pasar.” Singkat dan padat jawaban Zahra.
“Oh kamu jalan kaki ke sana ya? Gak minta anter tetangga, Ra? nih mau yang sebelah kiri apa sebelah kanan?” seloroh Avriel sambil menyengir. Zahra hanya mendengus dan segera berlalu tanpa memedulikan Avriel yang menggodanya.
“Lo bicara apa sih, Vriel, seenaknya saja bicara begitu.” Davi yang sedari tadi diam akhirnya buka suara, setelah mendengar ocehan Avriel.
“Ya dari pada lo, cuma curi-curi pandang, 'kan lebih bagus langsung aja anterin dia tuh,” ucap Avriel, sontak membuat wajah Davi memerah.
“Nggak. Ntar gue ikutan aneh kayak dia lagi.”
“Huss lo ini, Dav, gak baik begitu, nanti lo cinta sama dia,” seloroh Avriel.
“Sorry yee, gak ada dalam kamus. Kalau sama lo, kayak nya boleh tuh.” Davi menatap Avriel yang mencebikkan bibirnya.
Sementara Cristian masih tak bergeming dari tempatnya, pikirannya bercabang, membandingkan Zahra dan Avriel yang berbeda sifat, bak langit dan bumi.
Avriel yang lemah lembut, sedangkan Zahra judes, galak plus cuek.
Cristian keluar dari halaman rumahnya mengendarai mobil tanpa arah dan tujuan, hingga dia melihat taman yang dipenuhi anak-anak serta orang dewasa. Taman yang terlihat biasa saja hannya lahan terbuka dengan beberapa tanaman hias serta pohon kersen dan bangku yang sudah lapuk. Namun warga di kompleks tempat tinggalnya begitu gembira bermain di sana.
Ingatannya kembali pada kejadian beberapa bulan lalu di mana dia pernah duduk di bangku taman itu, bersama seorang wanita yang dia sendiri tidak tahu namanya.
Wanita itu yang sudah menarik dirinya ke sana menjauh dari keluarga besarnya.
Sekilas terlihat siluet seseorang yang sudah di kenalnya. Cristian memarkirkan mobilnya dan segera keluar dari dalam mobil. Dia terus menatap sosok wanita yang tengah membeli cilok di pedagang keliling.
“Apa dia membelinya untuk stok sebulan?” gumam Cristian.
Tak lama terlihat gerombolan anak-anak kecil menghampiri wanita itu, dengan penuh senyuman dan kata-kata yang halus lembut, bahkan Cristian baru kali ini mendengarnya keluar dari mulut pedas wanita di seberang sana.
Dia terlihat membagikan makanan yang di belinya.
Rasa penasaran membawa kaki Cristian melangkah, mendekati tempat wanita itu dan juga anak-anak yang tengah mengelilingi si penjual makanan.
“Anak-anak jangan berebut ya. Ingat satu orang, satu bungkus, tidak boleh rebutan!” ucapnya masih dengan senyuman yang tak pudar dari wajah cantiknya.
“Iyaa!” Suara riang anak-anak terdengar kompak menjawab, mereka sangat antusias menerima makanan sederhana dalam plastik kecil itu.
Tangan Zahra yang memegang bungkusan mengambang di udara ketika sadar bukan anak kecil yang berdiri di hadapannya, akan tetapi orang dewasa.
Canggung, itulah yang di rasakan Zahra sekarang.
“Maaf, saya pikir anak-anak.” Tangannya yang memegang bungkusan perlahan turun.
Tapi dengan sigap Cristian mengambil bungkusannya dan memperhatikannya sebentar.
“Itu cilok,” ucap Zahra.
“Cilok?” Cristian mengulangi ucapan Zahra.
“Jangan bilang kalau kamu tidak pernah memakannya?” Zahra melirik Cristian sekilas.
“Semua orang tahu Ra, kalau ini cilok. Tapi kalau memakannya memang belum pernah.” Cristian hanya bisa meneruskan kata-katanya di dalam hati saja.
“Saya pikir kamu tidak tahu dan belum pernah memakannya, melihat dari caramu yang seperti ....” Zahra tidak melanjutkan ucapannya.
“Seperti apa?”
“Tidak ada, kalau suka makanlah.” Zahra berlalu, dia berjalan ke arah bangku kayu yang terlihat agak sedikit usang.
Dengan santainya dia mengambil tusukan, dan menusuk bulatan-bulatan kecil yang berada dalam plastik, kemudian memakannya.
Cristian menatap cara wanita itu duduk dan memperhatikan setiap gerakannya dengan saksama. Masih sama batinnya.
Red onion
Bunga kecombrang
Daun kari/salam koja
Kira - kira...siabang Cris mau di buatkan masakan apa yaa...sama mbak Zahra ?
*maren minggu gue ke pasar, dan beli daun kari/ salam koja, terus ngubek - ngubek seisi pasar, nyari bunga kecombrang, ehh dapetnya di carrefour 😂😂 karena di pasar jarang ada yang jual.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top