Bab 4
Yuhu ... sebentar lagi Zahra PO. Yuks nabung biar bisa kekepin simbak sama siabang Cris💜
Zahra yang berdiri di balik pintu rumahnya menatap tetangganya yang mematung seperti orang bingung sampai dia berlalu meninggalkan halaman rumahnya.
"Orang tidak jelas, tumben dia gak julid ke aku, apa kepalanya ke jedot efek berantem sama pacarnya tadi." Zahra segera berjalan ke kamarnya.
Rasa kantuk mulai bergelayut, dan akhirnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Tetangga sinting, semoga dia tidak mengganggu lagi." Akhirnya Zahra tertidur dengan sangat lelap.
Samar di telinga Zahra kembali terdengar suara orang berbicara di luar. Perasaan baru saja memejamkan mata, kok sudah pagi pikirnya.
Zahra menggeliat dan segera bangun, dia hendak mengambil air wudu dan menunaikan kewajibannya pada sang Khaliq.
Langkahnya tertahan ketika pendengarannya kembali mendengar suara orang berbicara di luar.
Apa dia kesiangan? Rasa penasaran membawa dia segera menghampiri jendela kamarnya dan membuka tirainya dengan lebar.
Gelap.
Di luar masih gelap gulita, antara heran dan penasaran, akhirnya dia menatap jam Mickey yang bertengger di atas nakas.
"Pukul dua pagi." Zahra syok. Berarti memang benar dia baru memejamkan mata sebentar. Zahra menatap ke arah jendela kamarnya yang terbuka tirainya, lalu berlari keluar kamar dan mengambil pemukul bisbol.
Melangkahkan kakinya dengan terburu-buru, dia membuka jendela kemudian keluar dan melihat sekeliling, hanya lampu-lampu di rumah tetangganya yang terlihat, lalu suara siapa yang terdengar tadi?
Zahra menggeram kesal.
"Sialan, siapa tengah malam begini ribut terus?" Zahra terus mengomel sendirian.
Tak lama kembali terdengar suara pria yang tengah berbicara, suaranya sangat nyaring terdengar. Zahra yang keluar lewat jendela kamarnya tadi melirik ke arah kiri rumahnya si tetangga julid, sepi.
Zahra melirik ke arah sebelah kanan rumahnya, dan terlihat di sana seorang pria tengah duduk santai dengan ponsel yang menempel di telinganya, si Berondong expired tengah malam mainan telepon di luar dengan gemas Zahra melemparkan pemukul bisbol yang sedari tadi di pegangnya.
Bruk!
Tongkat bisbol di lempar ke arah pagar menimbulkan suara nyaring, pria yang tengah duduk sambil bertelepon ria terlonjak kaget, dan melirik horor ke arah Zahra yang rambutnya terlihat acak-acakan.
Zahra mendelik. "Bisa tidak, jangan berisik tengah malam begini, mengganggu orang tidur saja!" Zahra berjalan ke dekat pagar dan memungut tongkat bisbol yang tadi di lemparnya.
Tak berapa lama lampu-lampu di rumah si pria menyala dan seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh keluar dari rumah dengan ekspresi wajah kaget.
"Dav, suara apa tadi?" tanyanya pada pria yang ternyata Davi.
Davi hanya diam tak menjawab pertanyaan ibunya. Tak lama berselang tetangga satunya tampak ikut keluar, melihat hal itu Zahra mendesah lelah.
"Ini anak, ditanya malah diem-dieman bae!"
"Tuh, tetangga kurang kerjaan melempar tongkat bisbol di pagar!" jawabnya ketus sambil menunjuk Zahra, yang tengah memegang tongkat bisbol.
"Kenapa, Neng? Ada apa ini?"
"Anak Ibu tuh, tengah malam begini berisik terus, telponan di sebelah kamar saya, mana suaranya kenceng banget, mengganggu orang tidur saja!"
Si ibu menatap Davi, kemudian bergantian menatap Zahra.
"Kamu ngapain Dav tengah malam begini di luar rumah?"
Davi menelan ludahnya susah payah.
"Eh ... hanya ... menelepon, Mam."
"Tengah malam begini nelponin siapa?"
"Hanya teman."
"Pantas saja kamu di lempar tongkat, tengah malam begini pake acara telponan di sebelah kamar orang segala."
Davi hanya tersenyum kecut.
"Ada apa ribut-ribut?"
Davi dan ibunya menoleh ke arah pemilik suara, sementara Zahra masih tetap tak acuh.
"Nak Cris, tidak ada apa-apa, hanya sedikit salah paham saja, maaf terganggu ya," ujar Ibunya Davi dengan sopan.
Cristian hanya melirik Zahra sekilas, setelah berbasa basi dia segera pamit dan kembali memasuki rumahnya. Zahra ikut mengeloyor tanpa bicara sepatah kata pun, dia lelah luar dalam.
"Tuh Mam, wanita itu aneh banget kan, udah bikin ribut, ehh main ngeloyor aja tanpa permisi."
"Kalau kamu tidak ribut tengah malam, dia juga enggak mungkin begitu Dav. Sudahlah, masuk ke rumah!"
Davi hanya menurut, dia mengikuti ibunya masuk kembali ke dalam rumah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top