01 | Gadis di Boncengannya.

Mungkin itu sudah kehendak takdir, yang katanya jodoh benar-benar datang di waktu tak terduga dan tak disangka-sangka. Namun, apakah benar, gadis di boncengannya kala itu adalah petunjuk jodoh dari Tuhan?

Entahlah. Muhammad Sodiq tidak tahu apa arti dari memikirkan gadis itu sepanjang hari, sepanjang malam, bahkan di hari-hari berikutnya pun, wajah dan perawakan gadis yang baru dijumpainya hanya dalam beberapa saat itu terus muncul dalam bayang-bayang.

Semuanya berawal dari ketika ia ikut mengantar Suadi–senior yang sangat ia hormati dalam dunia kerja sebab pernah berbisnis bersama dengannya, bahkan sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. Cak Suadi, begitu Sodiq memanggilnya. Kala itu, ia pergi ke Desa Pujer Baru dengan mengendarai motor matic miliknya, niat hati ikut mengantar iring-iringan mempelai lelaki menuju ke kediaman mempelai wanita di Desa Suger pada kecamatan sebelah sebagai tempat resepsi utama.

Sodiq menunggu di pinggiran jalan utama desa tersebut, mesin motor matic-nya tidak dinyalakan tetapi dia tetap menunggangi motornya dengan tenang sambil melihat-lihat keluarga besar Suadi mulai berdatangan dan memasuki mobil-mobil yang sudah dipersiapkan di pinggiran jalan. Namun, Sodiq terkesiap untuk sesaat. Pandangannya secara spontan terkunci pada sosok seorang gadis di antara kerumunan keluarga besar Suadi yang masih berdiri di pinggir mobil dan membantu memasukkan barang-barang seserahan pengantin ke dalam mobil. Gadis itu tampak ... berbeda.

Tidak, dia tidak sedang mencela penampilan si gadis atau hal negatif lainnya, justru sebaliknya. Terpesona? Entahlah. Bibir Sodiq terbuka beberapa senti ketika gadis itu melintas, berbincang riang dengan keluarganya dengan senyuman lebar.

Hingga tanpa sadar, Sodiq bergumam, "Cantik."

Gadis itu berpenampilan yang terkesan simple. Mengenakan celana jeans berwarna abu-abu dan sweater kuning dengan gambar yang kucing yang imut di bagian depan bajunya, lengkap dengan sepatu sewarna dengan baju pun tas yang ada bahunya. Jika dibandingkan dengan keluarga Suadi yang lain, pakaian gamis dengan kerudung yang dimodel-model dengan style tampak rumit, atau gadis-gadis lain yang pakaiannya dress dan rambut yang diberi banyak aksesoris, penampilan sederhana dari gadis yang mengunci atensi Sodiq malah terlihat lebih mencolok.

Oh, atau alasannya ada karena gadis itu yang paling cantik di antara orang-orang tersebut? Tidak tahu. Sodiq buru-buru mengalihkan pandang lagi menatap jalanan yang tak dilewati oleh satu kendaraan pun sebab dirinya sudah ketahuan oleh mata si gadis bahwa ia menatap cukup lama.

"Yah, gimana nih, Pak Lek? Mobilnya penuh lah. Aku gak dapat tempat." Suara seorang perempuan, nadanya agak-agak manja.

Sodiq melirik, sekali lagi ke mobil panjang tempat seserahan dan keluarga Suadi tadi. Rupanya yang berbicara adalah gadis yang telah menarik perhatiannya selama beberapa menit terakhir.

"Aku juga Lek Suadi," seru seorang anak kecil perempuan yang berdiri di samping si gadis.

"Ikut Sodiq aja sana," jawab Suadi dari dalam mobil khusus mempelai.

Mendengar namanya disebut, Sodiq mau tak mau menoleh ke arah Suadi yang sekarang sedang berbincang dengan gadis berbaju kuning itu. Jantungnya secara tiba-tiba berdebar kencang ketika melihat si gadis malah makin mendekat ke arahnya.

"Diq, ponakanku kamu yang bonceng, ya," seru Suadi dari kejauhan.

Sodiq gerogi, gelagapan mau menjawab hingga ujung-ujungnya hanya bisa mengangguk. Akan tetapi yang perlu dibonceng ternyata bukan hanya si gadis berbaju kuning, melainkan anak kecil yang bersama dengannya juga. Anak kecil perempuan itu membonceng di belakang Sodiq, sedangkan si gadis di paling belakang. Lantas, ketika semua seserahan sudah siap dan keluarga besar juga sudah ada di kendaraan masing-masing, iring-iringan itu berangkat.

Sayangnya, si anak kecil kemudian merengek di perjalanan. Katanya, naik motor itu tidak nyaman, katanya pula sempit.

"Itu di sana ada bapakku, mau turun! Aku mau turun!" Mendengar rengekan anak itu, Sodiq menghentikan motornya di tepian jalan.

Anak kecil itu melambai ke motor ayahnya di seberang jalan. Dia pada akhirnya turun, lebih memilih untuk dibonceng oleh sang ayah meski sama saja harus membonceng dua orang.

"Ih, dasar si Khilda. Tadi gak mau dibonceng bapaknya sekarang malah merengek minta berhenti." Sodiq mendengar gerutuan dari gadis di boncengannya.

Dia hanya diam, tidak memberikan tanggapan apa-apa dan kembali melaju menuju ke lokasi akad nikah. Sepanjang perjalanan, tidak ada pembicaraan yang terjadi dengan si gadis cantik misterius yang belum dia ketahui namanya. Yang jelas, dia nervous, gelisah dan tidak tenang pada bagian jantungnya. Matanya melirik pada kaca spion motor, wajan gadis itu di belakang terpampang jelas di sana. Mata sipit, make up yang tidak terlalu tebal, dan bibir yang dipoles tipis. Cantik.

Sodiq gugup. Agaknya ini adalah pertama kali dalam hidupnya membonceng seorang wanita secantik gadis yang ada di belakangnya saat ini.

Hanya berselang beberapa menit dalam perjalanan, ia pun tiba di tujuan. Lokasi acara akad nikah bersebelahan dan hanya berjarak beberapa langkah dengan rumah kakeknya sehingga ia memilih memarkirkan motor di pekarangan sang kakek. Dia membiarkan si gadis turun lalu berjalan masuk menuju rumah kakeknya.

"Ini lokasi akadnya yang mana, Mas?"

Sodiq melangkah sampai ke pintu depan rumah sang kakek tetapi niat untuk memasuki ruang tamu yang terbuka lebar itu urung ketika mendapatkan tepukan keras pada punggungnya. Dia menoleh, mendapati gadis yang diboncengnya memandang dengan tatapan yang ... terlihat tidak suka. Keningnya berkerut dan bibirnya mengerucut.

Lantas si gadis itu kembali menggerutu, "Ditanyain kok gak jawab, sih?" Kemudian si gadis membalik badan dan langsung pergi begitu saja.

"Tunggu? Emangnya tadi dia ada bicara sama aku? Aku gak dengar apa-apa." Sodiq membatin panik.

Dia mengacak-acak rambutnya yang rapi dan menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Ingin mengumpat karena di pertemuan pertama dan interaksi pertamanya dengan gadis yang baru saja dia kagumi malah meninggalkan kesan yang kurang menyenangkan.

.

.

Dipublikasikan pertama kali pada :
Kamis, 05 Desember 2024, 11:45 WIB.

A/N : Cerita ini adalah kisah nyata perjalanan romansa cielah romansa pokoknya kisah antara aku dan lelaki yang kini menjadi pasangan hidupku. Eaaa... Cuma ini dari sudut pandang beliau.

Beliau mengiri, jealous, sebab katanya aku kalau nulis novel kok ya mesti tentang orang lain. Ana, FLC, Ven. Sehingga beliau minta untuk dibuatkan juga. Jadilah beliau bercerita secara lisan pengalaman dan perasaan saat bersama denganku dari awal lalu aku yang mengetikkannya ke dalam sebuah cerita.

Sorry aja kalau cringe. 😔

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top